Coding: Pengertian, Fungsi, dan Tahapan dalam Penelitian Kualitatif [PDF]
1. Pendahuluan
Coding merupakan elemen penting dalam penelitian kualitatif, karena berfungsi menyaring, mengorganisasi, dan menafsirkan data mentah agar menjadi temuan yang bermakna. Di Indonesia, penelitian terkait coding dalam ranah kualitatif semakin berkembang, terutama dengan pendekatan interpretatif dan analitis yang khas metode kualitatif. Artikel ini bakal ulas pengertian coding, fungsi utamanya, serta tahapan-tahapan utama yang biasa dilakukan oleh peneliti kualitatif.
2. Pengertian Coding dalam Penelitian Kualitatif
Secara Umum
Coding adalah proses memberikan label, kode, atau tanda pada bagian data (seperti teks wawancara, dokumen, atau media lain) untuk mengorganisasi informasi, menemukan tema, dan merumuskan temuan analitis secara sistematis. Koding memungkinkan peneliti mengubah data mentah menjadi unit analisis yang terstruktur. Grad CoachData Management Expert GuideWikipedia
Menurut Para Ahli
Gibbs (2007) mendefinisikan coding sebagai cara mendefinisikan apa yang dianalisis dalam data. Ia menjelaskan bahwa coding bukan sekadar memberi label—melainkan menghubungkan data ke konsep atau ide dan kembali membandingkannya dengan data lain dalam kerangka analisis Student Affairs Staff InfoData Management Expert Guide.
Dalam penelitian kualitatif kesehatan (lokal), coding dijelaskan sebagai “proses pengelompokan dan pemaknaan data ke dalam kategori tertentu sehingga lebih mudah dianalisis di tahap selanjutnya” (Prihapsari & Indah, 2021) ResearchGate.
Richards & Morse menyatakan bahwa coding adalah strategi memindahkan data dari teks yang tersebar dan tidak teratur ke dalam ide-ide terorganisir tentang apa yang sedang terjadi Doc Pak.
Prof. Ari Probandari (UGM) menyampaikan bahwa proses coding dimulai dari menemukan label makna, lalu mengelompokkannya menjadi kategori, kemudian menentukan tema hingga akhirnya membentuk teori FKKMK UGM.
3. Fungsi Coding dalam Penelitian Kualitatif
Coding memiliki peranan yang sangat krusial dalam penelitian kualitatif karena menjadi jembatan antara data mentah yang diperoleh di lapangan dengan konstruksi pengetahuan yang lebih abstrak. Tanpa proses coding, data wawancara, observasi, maupun dokumentasi hanya akan menjadi tumpukan informasi yang sulit dipahami. Dengan coding, peneliti bisa memberi makna, menyusun pola, dan mengembangkan kerangka analisis yang sistematis sehingga hasil penelitian menjadi lebih mendalam, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan.
a. Mereduksi dan Mengorganisasi Data
Fungsi utama coding adalah mereduksi dan mengorganisasi data. Dalam penelitian kualitatif, jumlah data biasanya sangat besar dan beragam, misalnya hasil wawancara puluhan halaman, catatan observasi detail, maupun dokumen pendukung lain. Coding memungkinkan peneliti menyaring bagian yang relevan dan penting, lalu menatanya ke dalam kategori yang lebih sederhana. Proses ini membuat data yang awalnya kompleks berubah menjadi struktur yang lebih terorganisir sehingga mudah dianalisis. Menurut Heriyanto (2025), reduksi ini penting agar peneliti tidak tenggelam dalam detail yang berlebihan dan dapat tetap fokus pada isu utama penelitian (Undip E-Journal).
b. Menjadi Jembatan Menuju Konsep Teoretis
Fungsi berikutnya adalah menjadi jembatan menuju konsep teoretis. Coding tidak berhenti pada pemberian label, tetapi menghubungkan data dengan teori atau konsep yang lebih luas. Misalnya, kode yang muncul tentang “kecemasan siswa” bisa dihubungkan dengan teori psikologi pendidikan tentang stres akademik. Dengan begitu, coding membantu peneliti bergerak dari data mentah menuju level abstraksi yang lebih tinggi, sehingga temuan penelitian tidak hanya bersifat deskriptif tetapi juga memiliki kontribusi teoretis. Heriyanto (2025) menekankan bahwa coding adalah tahap analitis yang reflektif, di mana peneliti harus mampu melihat keterkaitan antara potongan data dengan kerangka konseptual yang sedang digunakan (Undip E-Journal).
c. Memudahkan Identifikasi Tema dan Pola
Selain itu, coding berfungsi memudahkan identifikasi tema dan pola. Dari sekian banyak potongan data, peneliti dapat menemukan kecenderungan tertentu, misalnya perasaan, pengalaman, atau pandangan yang sering muncul di antara partisipan. Proses ini memungkinkan peneliti menemukan makna yang tersembunyi atau bahkan yang tidak disadari oleh partisipan sendiri. Najmah dkk. (2021) menjelaskan bahwa analisis tematik dalam penelitian kualitatif sangat bergantung pada coding yang tepat, karena dari sinilah pola makna dapat disusun secara sistematis untuk menjawab pertanyaan penelitian (Kolibi Journal; Sriwijaya University Repository).
d. Mendorong Efektivitas Analisis
Fungsi lain yang tak kalah penting adalah mendorong efektivitas analisis. Coding menjadikan proses analisis lebih terarah dan efisien, karena peneliti tidak lagi harus membaca ulang seluruh data secara berulang, tetapi cukup fokus pada unit-unit data yang sudah terorganisir dalam kode. Di era digital, proses ini semakin dipermudah dengan adanya perangkat lunak analisis kualitatif seperti NVivo, Atlas.ti, atau MAXQDA. Software ini memungkinkan peneliti mengelompokkan kode, membuat visualisasi hubungan antar-tema, serta menjaga jejak audit (audit trail) penelitian. Penelitian di Universitas 45 Surabaya (2022) menegaskan bahwa penggunaan NVivo dalam proses coding mampu mempercepat dan memudahkan analisis tanpa mengurangi kedalaman interpretasi (Jurnal Universitas 45 Surabaya).
4. Tahapan dalam Coding
4.1 Persiapan Awal
Sebelum mulai coding, peneliti perlu menyiapkan data secara matang dalam bentuk transkrip atau verbatim. Juga penting membangun skema coding awal dan memo untuk mencatat alasan setiap kode Semantic Scholar PDFsSriwijaya University Repository.
4.2 First Cycle Coding
Pada tahap awal (first cycle), peneliti memberi label pada potongan data sesuai makna yang muncul. Teknik umum meliputi:
Descriptive Coding: ringkasan isi dengan kata/frasa kunci.
In Vivo Coding: menggunakan frasa langsung dari partisipan untuk menjaga makna autentik.
Process Coding: merekam aktivitas atau tindakan (misalnya “mengakses informasi”).
Emotion Coding: menangkap ekspresi emosional seperti “frustrasi,” “puas,” dsb.
Value Coding: mencatat nilai atau keyakinan partisipan Undip E-Journal.
4.3 Validasi Kode
Setelah memberikan kode, peneliti perlu membaca ulang data dan kode untuk mengecek validitasnya. Memo membantu menyatukan kode menjadi kategori yang lebih besar Semantic Scholar PDFs.
4.4 Tahapan Pendekatan Studi Kasus
Beberapa penelitian (contoh: Robbani, 2022) merangkum coding ke dalam lima langkah praktis dalam studi kasus:
Temukan makna umum yang fundamental.
Kajilah ulang makna-makna tersebut.
Susun catatan berdasar konteks partisipan.
Kelompokkan informasi serupa.
Tentukan pola untuk organisasi data selanjutnya Neolectura Journals.
Tahapan ini sering diringkas menjadi tiga proses utama: Reduksi Data Pengorganisasian Data – Interpretasi Data Neolectura Journals.
4.5 Analisis Lanjutan & Visualisasi Data
Setelah coding, peneliti melakukan analisis lanjutan seperti membentuk tema dan teori. Tools seperti NVivo membantu proses visualisasi, pelacakan pola, dan menjaga audit trail Jurnal Universitas 45 Surabaya.
5. Penutup
Singkatnya, coding adalah pintu masuk peneliti dalam mengubah data mentah menjadi wawasan yang bermakna. Fungsinya — mulai dari reduksi data hingga fondasi konsep teoretis sangat krusial. Tahapan coding mencakup persiapan data, first cycle coding dengan teknik seperti descriptive atau in vivo, validasi kode, hingga reduksi dan interpretasi data. Memanfaatkan tools seperti NVivo bisa memperlancar dan memperdalam analisis. Coding bukan proses otomatis, melainkan reflektif membutuhkan sensitivitas peneliti terhadap makna dan konteks.