Validitas Isi: Pengertian, Fungsi, dan Contoh
Pendahuluan
Dalam dunia penelitian, evaluasi instrumen, pengukuran, maupun alat ukur lainnya sangat bergantung pada aspek keabsahan dan relevansi, salah satu aspek kunci dalam keabsahan tersebut adalah validitas isi. Validitas isi (content validity) menjadi perhatian utama ketika peneliti ingin memastikan bahwa semua butir instrumen benar-benar mewakili domain yang hendak diukur, tanpa ada bagian yang hilang atau janggal.
Artikel ini akan menguraikan secara komprehensif tentang validitas isi, mulai dari definisi umum, definisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hingga definisi menurut para ahli. Selanjutnya kita akan membahas fungsi validitas isi, berbagai contoh penerapan dalam penelitian dan instrumen pembelajaran, serta faktor-pendukung dan hambatan dalam penerapannya. Diakhiri dengan kesimpulan yang merangkum seluruh pembahasan.
Definisi Validitas Isi
Definisi Validitas Isi Secara Umum
Secara umum, validitas isi dapat dipahami sebagai sejauh mana suatu instrumen atau alat ukur mencakup keseluruhan atau sebagian besar konten yang relevan dengan konstruk yang ingin diukur. Dengan kata lain, instrumen dikatakan memiliki validitas isi yang baik apabila butir-butirnya mewakili domain teoretis yang seharusnya diukur dengan lengkap, tanpa memasukkan konten yang tidak relevan dan tanpa mengabaikan elemen penting dari konstruk tersebut. Sebagai contoh, apabila kita membuat kuesioner mengenai “motivasi belajar”, maka seluruh dimensi-motivasi (misalnya: motivasi intrinsic, ekstrinsik) harus tercakup dalam butir-butirnya agar validitas isinya terjaga.
Beberapa penelitian menggarisbawahi bahwa validitas isi melibatkan analisis rasional dari panel ahli (expert judgement) terhadap relevansi dan representativitas butir-butir instrumen. Misalnya, dalam penelitian oleh Hendryadi menunjukkan bahwa:
“Validitas isi atau content validity memastikan bahwa pengukuran memasukkan sekumpulan item yang memadai dan mewakili yang mengungkap konsep.” [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
Lebih jauh, disebutkan bahwa semakin item skala mencerminkan keseluruhan konsep yang diukur, maka semakin besar validitas isinya. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
Definisi Validitas Isi dalam KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI daring), kata validitas didefinisikan sebagai “sifat benar menurut bahan bukti yang ada, logika berpikir, atau kekuatan hukum; sifat valid; kesahihan: menentukan suatu tes dengan tepat memang sukar; informasi tingkat kebenaran, kekuatan, atau keabsahan suatu fakta atau informasi.” [Lihat sumber Disini - kbbi.web.id]
Dengan demikian, apabila kita menambahkan kata “isi” dalam terminologi “validitas isi”, maka dapat ditafsirkan bahwa validitas isi adalah kesahihan atau keabsahan isi yang diukur berdasarkan bukti maupun relevansi konten terhadap tujuan pengukuran.
Definisi Validitas Isi Menurut Para Ahli
Berikut sejumlah definisi dari para ahli yang cukup sering dikutip:
- Azwar (2012) menjelaskan bahwa validitas isi berkaitan dengan sejauh mana butir-butir dalam instrumen mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang akan diukur. [Lihat sumber Disini - media.neliti.com]
- Hendryadi dalam jurnalnya menyatakan bahwa validitas isi “merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau melalui expert judgement”. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
- Suryadi dan kolega (2023) menyampaikan bahwa validitas isi adalah teknik validasi instrumen dengan menilai relevansi pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner yang akan diisi oleh responden, sehingga instrumen tersebut sesuai dengan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian. [Lihat sumber Disini - journal.ugm.ac.id]
- Fitriana (2022) dalam penelitian-nya mengatakan bahwa dalam instrumen penilaian problem solving matematika, validitas isi diukur menggunakan indeks Aiken’s V dan terbukti bahwa instrumen penilaian tersebut layak karena nilai V Aiken = 0,86. [Lihat sumber Disini - ejournal.iaikhozin.ac.id]
Dari keempat pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa validitas isi menitikberatkan pada aspek kesesuaian, kerepresentatifan, dan relevansi dari konten instrumen terhadap konstruk atau domain yang akan diukur.
Fungsi Validitas Isi
Validitas isi memiliki beberapa fungsi penting dalam konteks penelitian dan evaluasi instrumen, antara lain:
- Menjamin representativitas isi instrumen
Instrumen yang memiliki validitas isi yang baik akan mencakup seluruh aspek atau dimensi konstruk yang relevan, sehingga data yang dihasilkan akan mencerminkan domain secara menyeluruh. Misalnya, jika motivasi belajar terdiri dari tiga dimensi, maka instrumen harus memiliki butir yang mewakili ketiga dimensi tersebut, jika ada yang terabaikan, maka hasil ukuran akan bias atau kurang lengkap. - Meningkatkan kredibilitas dan keandalan hasil penelitian
Dengan adanya validitas isi yang teruji dan terbukti, maka hasil pengukuran mendapatkan fondasi ilmiah yang lebih kuat. Sebuah penelitian menemukan bahwa instrumen yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya memiliki kualitas yang lebih tinggi dan “kemampuan instrumen mampu memberikan hasil konsisten dengan tujuan pengukuran”. [Lihat sumber Disini - jer.or.id]
Dengan demikian, pengambilan kesimpulan dari penelitian menjadi lebih meyakinkan dan dapat dipertanggungjawabkan. - Meminimalkan kesalahan pengukuran (measurement error) dan bias isi
Jika butir-butir instrumen tidak mewakili seluruh domain atau terdapat isi yang tidak relevan, maka akan terjadi error pengukuran yang mengurangi validitas hasil. Validitas isi membantu meminimalkan hal ini dengan memastikan bahwa butir yang digunakan relevan dan representatif. - Sebagai landasan untuk validitas jenis lainnya (misalnya validitas konstruk, validitas kriteria)
Sebuah instrumen yang telah memiliki validitas isi yang baik akan mempermudah peneliti untuk kemudian menguji validitas konstruk atau kriteria. Validitas isi bisa dianggap tahap awal (prerequisite) dalam pengembangan instrumen. Sebagai contoh, penelitian Hendryadi menegaskan bahwa analisis validitas isi adalah langkah awal dalam pengembangan kuesioner. [Lihat sumber Disini - researchgate.net] - Meningkatkan kualitas instrumen pengukuran dalam pendidikan, evaluasi, dan penelitian sosial
Banyak penelitian di bidang pendidikan yang menunjukkan bahwa pengujian validitas isi membantu memastikan butir soal atau instrumen evaluasi memenuhi kaidah-kaidah dan indikator yang ditetapkan. Contohnya pada pengembangan instrumen tes literasi numerasi dan membaca, penggunaan indeks Aiken untuk validitas isi sangat membantu proses revisi butir soal. [Lihat sumber Disini - jurnal.uns.ac.id]
Contoh Validitas Isi
Berikut beberapa contoh penerapan validitas isi dalam penelitian dan instrumen sehingga kita bisa memahami lebih konkret bagaimana validitas isi diuji dan diimplementasikan:
Contoh 1: Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Dalam penelitian oleh Vera Wahyuni (2022) yang berjudul “Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Materi Relasi dan Fungsi”, ditemukan bahwa instrumen tes tersebut memenuhi syarat validitas isi berdasarkan para ahli dengan rata-rata indeks V > 0,3. [Lihat sumber Disini - jurnal.lp2msasbabel.ac.id]
Hal ini menunjukkan bahwa sebelum diuji secara empirik, instrumen telah melewati langkah validasi isi melalui expert judgement sehingga butir-butirnya relevan dengan konstruk “kemampuan komunikasi matematis”.
Contoh 2: Uji Validitas Isi Butir Soal Bahasa Indonesia
Penelitian oleh Dewi Rosita Dewi dkk. (2024) tentang “Validitas Isi Butir Soal pada Ujian Akhir Sekolah…” menunjukkan bahwa melalui proses analisis validitas isi dan konstruksi, sebagian besar soal memiliki validitas isi yang tinggi karena telah sesuai dengan indikator pembelajaran dan kompetensi dasar kurikulum. Dengan demikian soal-soal tersebut layak digunakan. [Lihat sumber Disini - journal.al-matani.com]
Contoh 3: Pengembangan Instrumen Tes Miskonsepsi
Penelitian oleh Z A Sirya (2024), “Validitas Instrumen Tes Miskonsepsi…”, melaporkan bahwa instrumen tes memiliki rata-rata indeks Aiken’s V sebesar 0,80, yang dikategorikan “sedang” hingga “tinggi”. Proses validasi isi dilakukan dengan melibatkan ahli dan mengukur aspek kesesuaian butir soal dengan konstruk yang ingin diukur (struktur dan fungsi jaringan tumbuhan). [Lihat sumber Disini - ejournal.unesa.ac.id]
Contoh 4: Analisis Validitas Isi Butir Soal AI-Generated
Dalam penelitian terbaru (2024) oleh Najwa Zalfa Zuhri dkk., soal-soal buatan platform AI diuji validitasnya menggunakan korelasi Point Biserial. Hasilnya: 60 % soal terbukti valid, sisanya perlu revisi. Ini menunjukkan bahwa meskipun instrumen dihasilkan oleh teknologi, validitas isi tetap harus diuji secara tradisional. [Lihat sumber Disini - jurnal.bimaberilmu.com]
Contoh 5: Validitas Isi Instrumen Evaluasi Pembelajaran
Penelitian oleh I Kurniawati dkk. (2022) menunjukkan bahwa tujuan pengujian validitas isi adalah untuk meneliti: (a) apakah butir pernyataan sesuai dengan indikator, (b) apakah bahasa yang digunakan telah komunikatif dan sesuai dengan kaidah. [Lihat sumber Disini - ejournal.ressi.id]
Dari contoh-contoh di atas tampak bahwa praktik validitas isi melibatkan pemilihan panel ahli, pembuatan instrumen atau butir soal yang representatif, analisis relevansi butir terhadap konstruk, dan perhitungan indeks seperti Aiken’s V, CVI, atau Point Biserial untuk mendukung keputusan valid/non-valid.
Faktor Penunjang dan Hambatan Validitas Isi
Faktor Penunjang
- Keterlibatan panel ahli (expert judgement) yang benar-benar memiliki kompetensi dalam domain konstruk yang diukur. Tanpa ahli yang tepat, penilaian relevansi dan representativitas butir menjadi kurang akurat.
- Penggunaan kisi-kisi (blueprint) instrumen yang jelas, dimana indikator, dimensi konstruk, dan butir soal atau pernyataan dirancang sistematis agar cakupan domain terjaga.
- Revisi instrumen berdasarkan masukan ahli dan uji coba awal (pilot test) untuk menyempurnakan butir yang kurang representatif atau ambigu.
- Pemanfaatan indeks kuantitatif (seperti Aiken’s V, CVI, Point Biserial) untuk mendukung keputusan validitas secara empiris.
- Kesesuaian bahasa dan konteks instrumen dengan responden dan domain konstruk, memastikan bahwa butir soal tidak mengandung istilah yang ambigu atau sulit dipahami oleh sampel.
Hambatan atau Tantangan
- Butir yang tidak relevan atau mewakili domain dengan tidak seimbang, misalnya terlalu banyak item pada satu dimensi konstruk dan sedikit pada dimensi lainnya, menyebabkan validitas isi menurun.
- Bahasa instrumen yang kurang komunikatif atau mengandung multi-tafsir sehingga responden salah paham maksud butir.
- Panel ahli yang kurang kompeten atau tidak memahami konstruk secara mendalam, sehingga judgement mereka terhadap relevansi butir bisa bias atau kurang akurat.
- Instrumen yang dihasilkan secara otomatis atau oleh teknologi tanpa pengujian awal panel ahli, seperti penelitian soal AI di atas, menghasilkan tingkat validitas yang tidak penuh (hanya 60 %). [Lihat sumber Disini - jurnal.bimaberilmu.com]
- Keterbatasan sampel atau lingkungan uji coba yang menyebabkan hasil validitas isi sulit digeneralisasi ke populasi luas.
Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa:
- Validitas isi adalah aspek penting dalam pengembangan instrumen pengukuran atau evaluasi, menekankan pada sejauh mana butir-butir instrumen mewakili keseluruhan domain konstruk yang hendak diukur.
- Dalam konteks definisi, validitas isi dapat dilihat dari definisi umum, definisi dalam KBBI, dan definisi menurut para ahli, masing-masing menegaskan aspek keabsahan, relevansi, dan representativitas konten.
- Fungsi validitas isi sangat strategis: menjamin representativitas isi, meningkatkan kredibilitas hasil penelitian, meminimalkan error pengukuran, menjadi fondasi untuk validitas lainnya, dan meningkatkan kualitas instrumen secara keseluruhan.
- Contoh-contoh dalam penelitian Indonesia menunjukkan bahwa uji validitas isi dilakukan secara serius melalui panel ahli, indeks kuantitatif, revisi instrumen, dan uji coba, namun tetap terdapat tantangan yang mesti diatasi agar validitas isi optimal.
- Untuk pengembangan instrumen yang valid secara isi, peneliti harus merancang kisi-kisi dengan baik, memilih panel ahli kompeten, menggunakan bahasa yang jelas, dan melakukan analisis indeks validitas sebelum penggunaan instrument secara luas.
