Validitas: Definisi, Jenis, dan Cara Mengukurnya
Pendahuluan
Dalam penelitian maupun evaluasi instrumen baik di bidang pendidikan, sosial, maupun psikologi, keberhasilan pengukuran sangat bergantung pada dua hal utama: validitas dan reliabilitas. Fokus artikel ini adalah validitas yakni sejauh mana alat ukur atau instrumen benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Tanpa validitas yang memadai, hasil penelitian bisa menjadi tidak bermakna karena data yang dikumpulkan bukan cerminan nyata dari konstruksi yang dimaksud. Dengan memahami validitas secara mendalamdari definisi, jenis-jenis, hingga cara mengukurnyapeneliti atau praktisi evaluasi dapat memastikan bahwa instrumen yang digunakan memiliki kualitas yang baik. Artikel ini akan menguraikan: definisi validitas secara umum, menurut KBBI, menurut para ahli; kemudian membahas jenis-jenis validitas; selanjutnya menguraikan cara mengukurnya; dan diakhiri dengan kesimpulan.
Definisi Validitas
Definisi Validitas Secara Umum
Secara umum, validitas mengacu pada derajat keakuratan atau ketepatan suatu pengukuran dalam mencerminkan konstruk, variabel, atau fenomena yang ingin diukur. Sebagai contoh, suatu tes dikatakan valid apabila memang mengukur kemampuan atau variabel yang diinginkan, bukan hal lain yang tidak terkait. Artikel pendahuluan menjelaskan bahwa validitas adalah konsep dasar yang perlu diingat ketika melakukan penilaian apa pun: “validitas mengacu pada apakah suatu tes mengukur apa yang ingin diukurnya”. [Lihat sumber Disini]
Dalam literatur penelitian Indonesia pun, dikatakan bahwa “validitas dalam penelitian menyatakan derajat ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi sebenarnya yang diukur.” [Lihat sumber Disini]
Dengan demikian, secara umum validitas dapat diartikan sebagai kemampuan suatu instrumen untuk mengukur apa yang memang semestinya diukur, sehingga hasil pengukuran dapat dipercaya.
Definisi Validitas dalam KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, definisi “validitas” adalah sebagai berikut:
“sifat benar menurut bahan bukti yang ada, logika berpikir, atau kekuatan hukum; sifat valid; kesahihan: menentukan -- suatu tes dengan tepat memang sukar; -- informasi tingkat kebenaran, kekuatan, atau keabsahan suatu fakta atau informasi.” [Lihat sumber Disini]
Dengan kata lain, dalam KBBI validitas bermakna “keabsahan”, “kesahihan”, atau “sifat valid” dari sesuatu berdasarkan bukti, logika, atau kekuatan hukum. Konteks penelitian kemudian memfokuskan arti ini ke dalam pengukuran instrumen: yaitu apakah alat ukur sahih dan sesuai dengan apa yang ingin diukur.
Definisi Validitas Menurut Para Ahli
Berikut beberapa pendapat ahli mengenai validitas:
- Azwar (1986) Dalam tulisan teori validitas disebutkan bahwa validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. [Lihat sumber Disini]
- Kerlinger (1990) Dalam literatur disebutkan bahwa validitas konstruk adalah sejauh mana butir-butir tes mampu mengukur apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan definisi konseptual yang telah ditetapkan. [Lihat sumber Disini]
- Ghozali (2021) Dalam metodologi penelitian kuantitatif, Ghozali menyatakan: “Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.” [Lihat sumber Disini]
- Arikunto (2006) Dalam konteks instrumen penelitian, Arikunto menyebut bahwa “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. [Lihat sumber Disini]
Dari keempat pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa para ahli sepakat: validitas lebih dari sekadar keandalan; ia menyangkut apakah instrumen benar-benar mengukur konstruk yang dimaksud, bukan hanya menghasilkan hasil yang konsisten (yang lebih terkait dengan reliabilitas). Maka, validitas adalah fondasi utama agar data yang diperoleh penelitian memiliki keabsahan internal dan eksternal.
Jenis-Jenis Validitas
Dalam praktik penelitian, validitas dibagi ke dalam berbagai jenis atau bentuk. Berikut uraian utama yang sering digunakan.
Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi merujuk pada sejauh mana item-item dalam instrumen mencakup seluruh domain atau aspek konstruk yang hendak diukur, serta relevan dengan tujuan pengukuran. Misalnya, jika instrumen mengukur motivasi belajar, maka pertanyaan harus mencakup berbagai dimensi motivasi belajar dan bukan hanya satu aspek saja. Dalam literatur disebut:
“Validitas isi adalah sejauhmana elemen-elemen instrumen asesmen relevan dan mewakili konstruk alat ukur yang ditargetkan.” [Lihat sumber Disini]
Metode umum pengujian validitas isi misalnya melalui penilaian pakar (expert judgement) terhadap butir-butir instrumen atau melalui indeks seperti Content Validity Index (CVI). Contoh kajian Indonesia: dalam penelitian “PENGUJIAN VALIDASI ISI (CONTENT VALIDITY) ANGKET” menunjukkan penghitungan nilai i-CVI dan s-CVI sebagai indikator validitas isi. [Lihat sumber Disini]
Validitas isi penting karena jika domain konstruk tidak dicakup secara komprehensif, maka instrumen bisa kehilangan representativitas atau bahkan mengukur hal yang salah.
Validitas Konstruk (Construct Validity)
Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana instrumen memang mengukur konstruk teoretis yang dimaksud yang sering bersifat abstrak (misalnya motivasi, sikap, kepercayaan). Instrumen perlu memiliki dukungan teoretis bahwa indikator-indikator yang dibuat memang merefleksikan konstruk tersebut. Sebagai literatur menyebut:
“Validitas konstruk … menunjukkan sejauhmana butir-butir tes mampu mengukur apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan definisi konseptual yang telah ditetapkan.” [Lihat sumber Disini]
Pengujian validitas konstruk sering menggunakan analisis faktor, konfirmatori atau eksploratori, atau analisis konvergen/discriminan. Sebagai contoh: Ghozali (2021) menyebut bahwa dalam PLS-SEM, pengukuran validitas konstruk bisa dilihat dari loading factor, average variance extracted (AVE), dan sebagainya. [Lihat sumber Disini]
Validitas konstruk penting terutama bila instrumen mengukur sifat psikologis atau behavior yang tidak langsung tampak.
Validitas Kriteria (Criterion-Related Validity)
Validitas kriteria adalah sejauh mana hasil pengukuran suatu instrumen berkorelasi dengan kriteria eksternal yang relevan, baik secara konkuren (concurrent) maupun prediktif (predictive). Sebagai literatur menyebut:
“Validitas kriteria … validitas ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internal maupun kriteria eksternal.” [Lihat sumber Disini]
Contoh: Tes seleksi masuk kampus yang valid jika skor tes berkorelasi tinggi dengan prestasi akademik mahasiswa (kriteria eksternal).
Dalam penelitian Indonesia, ada yang menyebut bahwa validitas kriteria termasuk validitas internal (butir dengan total skor) dan validitas eksternal (kriteria di luar instrumen). [Lihat sumber Disini]
Validitas Muka (Face Validity) dan Validitas Logis (Logical Validity)
Walaupun bukan jenis yang paling kuat secara statistik, validitas muka (berapa tampaknya instrumen valid) dan validitas logis (sejauh mana instrument secara rasional mencerminkan konstruk) juga sering disebut. Misalnya dalam teori-validitas disebut:
“… validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikasinya karena hanya didasarkan pada penilaian selintas mengenai isi alat ukur.” [Lihat sumber Disini]
Maka, meskipun instrumen “tampak” valid, penggunaannya tetap harus didukung oleh pengujian empiris agar memiliki validitas yang sebenarnya.
Ringkasan Jenis dalam Format Berurutan
- Validitas isi: instrumen mencakup seluruh aspek konstruk, relevan, di-expert judgement.
- Validitas konstruk: instrumen mengukur konstruk teoretis yang dimaksud, dianalisis melalui metode empiris/statistik.
- Validitas kriteria: hasil instrumen berkorelasi dengan kriteria eksternal yang relevan (konkuren/prediktif).
- Validitas muka/logis: instrumen tampak valid secara “mata” atau logika, namun memiliki bobot empiris yang lebih rendah.
Cara Mengukur Validitas
Setelah mengetahui jenis-jenis validitas, bagaimana cara mengukurnya dalam praktik penelitian? Berikut uraian langkah dan metode yang umum digunakan di penelitian Indonesia.
Teknik Pengukuran Statistik
- Korelasi Pearson (Product-Moment) antara skor item dengan skor total atau kriteria eksternal. Sebagai contoh, dalam penelitian Indonesia: “26 dari 30 pertanyaan valid … dengan rβitung > rβabel”. [Lihat sumber Disini]
- Analisis faktor (Exploratory Factor Analysis / EFA, Confirmatory Factor Analysis / CFA) untuk melihat struktur konstruk instrumen. Sebagai referensi: Ghozali (2021) menyebut bahwa pengujian validitas konstruk dapat dilakukan melalui CFA dengan metrik seperti Loading Factor ≥ 0,60–0,70, AVE > 0,50. [Lihat sumber Disini]
- Content Validity Index (CVI): digunakan untuk validitas isi dengan penilaian pakar. Contoh: penelitian “PENGUJIAN VALIDASI ISI (CONTENT VALIDITY) ANGKET” menunjukkan i-CVI dan s-CVI sebagai ukuran. [Lihat sumber Disini]
Tahapan Umum Uji Validitas
- Penyusunan instrumen berdasarkan definisi operasional, konstruk, indikator.
- Validasi isi awal: mengundang ahli untuk menilai relevansi item, kejelasan, ke representatifannya terhadap konstruk.
- Uji coba instrumen (pre-test) dengan sampel kecil untuk memeriksa apakah item bekerja seperti yang diharapkan (misalnya menampilkan skor variabel, korelasi awal).
- Analisis statistik: uji korelasi item-total, EFA/CFA, melihat nilai loading, AVE, cronbach alfa (meskipun ini reliabilitas, tapi berhubungan erat).
- Revisi instrumen sesuai hasil uji: item yang tidak valid bisa dihapus atau diperbaiki.
- Pelaksanaan instrumen penuh (main test) setelah instrumen terbukti valid dan reliabel. Contoh literatur menyebut bahwa perubahan konteks sosial dan budaya dapat memengaruhi validitas sehingga penting uji ulang. [Lihat sumber Disini]
Beberapa Catatan Praktis
- Validitas bukanlah sifat mutlak dari instrumen secara umum, melainkan valid untuk konteks, tujuan, dan populasi tertentu. Seperti disebut: “Suatu tes yang valid untuk tujuan tertentu atau pengambilan keputusan tertentu, mungkin tidak valid untuk tujuan atau pengambilan keputusan lain.” [Lihat sumber Disini]
- Validitas dan reliabilitas saling terkait: meskipun instrumen reliabel (konsisten), belum tentu valid (mengukur yang benar). Sebaliknya, jika instrumen tidak reliabel, maka mustahil valid.
- Konteks lokal atau budaya dapat memengaruhi validitas instrumen yang dikembangkan di tempat lain. Peneliti harus mempertimbangkan adaptasi dan uji ulang dalam konteks lokal. [Lihat sumber Disini]
Kesimpulan
Validitas adalah aspek fundamental dalam penelitian yang menentukan apakah instrumen yang digunakan benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Dari definisi umum, definisi KBBI, dan definisi menurut para ahli, jelas bahwa validitas mencakup keabsahan, ketepatan, dan kecermatan instrumen. Jenis-jenis validitas utama meliputi validitas isi, konstruk, kriteria, serta validitas muka/logis. Metode pengukuran validitas melibatkan teknik seperti korelasi statistik, analisis faktor, dan penilaian pakar (CVI) serta harus dilakukan secara sistematis mulai dari penyusunan instrumen hingga uji coba dan revisi. Bagi peneliti atau praktisi evaluasi, memastikan instrumen valid dalam konteks dan tujuannya adalah langkah penting untuk menghasilkan data yang dapat dipercaya dan temuan penelitian yang memiliki kredibilitas. Dengan demikian, validitas bukan sekadar prosedur formal, melainkan pijakan kualitas penelitian yang baik.