Terakhir diperbarui: 24 October 2025

Citation (APA Style):
Davacom. (2025, 23 October 2025). Logika: Pengertian, Jenis, dan Contohnya di bidang Sains. SumberAjar. Retrieved 12 November 2025, from https://sumberajar.com/kamus/logika-pengertian-jenis-dan-contohnya-di-bidang-sains 

Kamu menggunakan Mendeley? Add entry manual di sini.

Logika: Pengertian, Jenis, dan Contohnya di bidang Sains

Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia akademik, kemampuan berpikir secara logis sangat penting. Terutama dalam bidang sains baik fisika, biologi, kimia, maupun ilmu ke-komputeran kita dihadapkan pada permasalahan yang menuntut agar penalaran kita tidak hanya “masuk akal”, tetapi juga “teratur”, “koheren”, dan berbasis bukti. Istilah logika sering muncul sebagai dasar berpikir ilmiah: bagaimana kita menarik kesimpulan dari data, bagaimana kita menghindari kekeliruan berpikir, bagaimana kita membangun argumen yang valid. Oleh karena itu, dalam artikel ini akan dibahas secara mendalam: apa itu logika (pengertian), lalu jenis-jenisnya yang sering dipakai dalam sains, kemudian contoh konkret penerapannya di bidang sains. Pembahasan diawali dengan definisi dari berbagai perspektif agar pembaca punya fondasi yang kuat.


Definisi logika

Secara Umum

Secara umum, logika dapat dipahami sebagai “pengetahuan tentang kaidah berpikir” atau “jalan pikiran yang masuk akal”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) secara daring, logika diartikan sebagai berikut: “1) pengetahuan tentang kaidah berpikir; 2) jalan pikiran yang masuk akal …”. [Lihat sumber Disini]
Dengan kata lain, ketika seseorang berpikir secara logis, maka alurnya dapat dipertanggungjawabkan, bukan sekadar “emosi” atau “asumsi kosong”. Namun definisi ini masih bersifat umum, maka akan dilengkapi dengan definisi menurut KBBI dan menurut para ahli.

Menurut KBBI

Menurut KBBI, logika (lo·gi·ka) memiliki beberapa arti:

  • “pengetahuan tentang kaidah berpikir”

  • “jalan pikiran yang masuk akal: keterangan saksi tidak ada logikanya”
    Lebih lanjut, KBBI juga menyebut jenis-jenis atau alur berpikir dalam logika misalnya: logika deduktif: “alur berpikir dengan menarik kesimpulan mulai dari yang umum menuju kepada yang empiris atau hal yang khusus”; logika induktif: “alur berpikir yang menarik kesimpulan mulai dari pengalaman empiris menuju kepada yang umum atau general”. [Lihat sumber Disini]
    Dengan demikian, definisi KBBI memperjelas bahwa logika bukan hanya “berpikir masuk akal”, tetapi juga mencakup metode atau alur berpikir yang sistematis.

Menurut Para Ahli

Berikut beberapa definisi logika menurut para ahli (minimal empat):

  1. Menurut Irving M. Copi (dikutip dalam Susanto) logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dan penalaran yang salah. [Lihat sumber Disini]

  2. Menurut W. Poespoprodjo logika menunjukkan, meletakkan, menguraikan dan membuktikan hukum-hukum dan aturan-aturan yang akan menjaga kita agar tidak terjerumus dalam kekeliruan. [Lihat sumber Disini]

  3. Menurut Kadir Sobur logika adalah “suatu cabang filsafat yang membahas tentang aturan-aturan, asas-asas, hukum-hukum dan metode atau prosedur dalam mencapai pengetahuan secara rasional dan benar”. [Lihat sumber Disini]

  4. Menurut Cecep Sumarna (dalam Susanto) logika adalah cara penarikan kesimpulan atau pengkajian untuk berpikir kritis secara sahih. [Lihat sumber Disini]

Dalam kajian ilmu pengetahuan (sains) sendiri, definisi ini diperluas: misalnya logika dilihat sebagai kerangka dasar berpikir yang sistematis dalam penelitian ilmiah. Sebagai contoh, dalam jurnal “Pengantar Logika sebagai Dasar Pemikiran dalam Menulis …” disebut bahwa logika adalah ilmu yang memberikan prinsip-prinsip untuk berpikir valid sesuai kaidah yang berlaku, dan penalaran ilmiah membutuhkan bukti kebenaran yang terintegrasi. [Lihat sumber Disini]
Dengan demikian: dalam konteks sains, logika bukan hanya “berpikir yang benar saja”, tetapi “berpikir yang benar menurut kaidah, secara sistematis dan berbasis bukti”.


Jenis-Jenis Logika

Dalam bidang sains dan penalaran ilmiah, terdapat beberapa jenis logika atau alur pikir yang sering digunakan. Berikut pembahasan lengkap.

1. Logika Deduktif

Logika deduktif adalah alur berpikir yang mulai dari premis umum menuju kepada kesimpulan khusus. Contoh klasik: “Semua manusia bernapas; Andi adalah manusia; maka Andi bernapas.” Dalam penelitian sains, deduksi sering digunakan ketika kita memiliki teori umum dan menguji kasus spesifik.
Dalam jurnal “Tinjauan Mendalam Terhadap Peran Logika dalam Pemikiran dan Penalaran Manusia” (2024) disebut: “Penalaran deduktif adalah jenis logika yang fokus pada penarikan kesimpulan yang jelas dari premis-premis tertentu.” [Lihat sumber Disini]
Contoh di bidang sains: Dalam fisika, dari hukum umum (misalnya Hukum Newton) kita deduksi ke kasus spesifik (misalnya benda tertentu yang bergerak di bawah gaya X).

2. Logika Induktif

Induksi adalah kebalikan dari deduksi: mulai dari observasi fakta-khusus menuju generalisasi atau teori umum. Jurnal yang sama menyebut: “penalaran induktif adalah suatu proses dimana dapat ditarik kesimpulan dari permasalahan khusus ke permasalahan umum”. [Lihat sumber Disini]
Dalam sains, induksi sangat penting: misalnya mengamati bahwa banyak zat memuai ketika dipanaskan → kemudian merumuskan bahwa semua zat memuai ketika dipanaskan (kemudian diuji lebih lanjut).
Namun kekurangannya: generalisasi induktif tidak selalu menjamin kesimpulan benar secara mutlak.

3. Logika Abduktif

Logika abduktif adalah jenis penalaran yang berusaha menghasilkan hipotesis paling masuk akal dari bukti terbatas. Dalam jurnal yang sama disebut bahwa jenis ini sering digunakan dalam proses penelitian dan penurunan hipotesis. [Lihat sumber Disini]
Contoh di sains: Seorang peneliti menemukan hasil pengukuran tak terduga → ia mengajukan hipotesis penyebab paling masuk akal. Ini merupakan penalaran abduktif.

4. Logika Formal / Simbolik / Matematika

Dalam kisaran penelitian terbaru, jenis logika formal atau matematika semakin penting. Sebagai contoh, jurnal “Penerapan Logika Matematika dalam Menyelesaikan Masalah Sehari-Hari” (2025) menyebut bahwa “logika matematika adalah cabang ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip penalaran logis dan cara menilai kebenaran suatu pernyataan”. [Lihat sumber Disini]
Dalam sains (terutama matematika, ilmu komputer, fisika teoretis), logika formal sangat digunakan: algoritma, pemrograman, sistem pakar, bahkan mekanika kuantum yang menggunakan logika kuantum sebagai model berpikir alternatif.

5. Jenis Lain / Variasi Modern

Beberapa penelitian Indonesia juga menyebut jenis-jenis lain seperti logika fuzzy, logika temporal, logika kuantum sebagai bagian dari evolusi logika dalam sains modern. Contoh: jurnal “Tinjauan Mendalam…” (Mei 2024) menyebut “Logika Fuzzy”, “Logika Temporal”, “Logika Kuantum”. [Lihat sumber Disini]
Walaupun belum sebanyak deduksi/induksi, jenis-jenis ini menunjukkan bagaimana logika terus berkembang seiring perkembangan sains dan teknologi.

 

Contoh di Bidang Sains

Dalam bidang sains, logika menjadi kerangka yang memandu metode penelitian, interpretasi data, dan pembentukan teori. Berikut beberapa contoh penerapan logika di sains.

Contoh 1: Biologi – Logika Induktif

Seorang ahli biologi mengamati bahwa beberapa spesies amfibi di daerah tertentu memiliki kulit yang sangat tipis dan rentan terhadap polusi air. Ia kemudian mengumpulkan data dari spesies lain di berbagai wilayah dan memperoleh pola yang sama. Berdasarkan observasi tersebut, ia menggeneralisasi bahwa “Spesies amfibi dengan kulit tipis di ekosistem air tawar sangat rentan terhadap polusi kimia”. Proses ini merupakan logika induktif: dari fakta khusus menuju kesimpulan umum.

Contoh 2: Fisika – Logika Deduktif

Dalam fisika klasik, hukum gravitasi universal ­(F = G m₁m₂/r²) dianggap berlaku. Dari hukum ini deduksi bahwa jika dua benda massa dan jaraknya diketahui maka gaya gravitasi di antara mereka dapat dihitung. Ini adalah logika deduktif: teori umum → kasus khusus.

Contoh 3: Ilmu Komputer / AI – Logika Formal

Dalam komputasi, para peneliti menggunakan logika formal (simbolik) untuk merancang algoritma dan sistem berbasis pengetahuan. Sebagai contoh, sebuah jurnal Indonesia 2025 menyebut “Penggunaan logika matematika … mendukung algoritma, pemrograman, kecerdasan buatan, serta struktur data.” [Lihat sumber Disini]
Di bidang sains komputer, logika simbolik (true/false, proposisi, predikat) menjadi dasar pemrograman dan verifikasi sistem.

Contoh 4: Kimia / Sains Lingkungan – Logika Abduktif

Seorang peneliti lingkungan menemukan tingkat logam berat tinggi di sebuah sungai tanpa sumber pencemaran jelas. Ia menggunakan logika abduktif: bukti (logam berat tinggi) → hipotesis paling masuk akal (mungkin pembuangan limbah industri tak terdaftar) → kemudian diuji lebih lanjut. Ini adalah contoh bagaimana logika abduktif membantu dalam proses hipotesis ilmiah.

Contoh 5: Ilmu Terapan – Logika Fuzzy

Dalam pengendalian sistem otomatis (misalnya suhu ruangan, aliran air), logika fuzzy digunakan untuk menangani nilai-antara (tidak hanya benar/salah). Meskipun belum banyak dipakai dalam jurnal Indonesia sains umum, jenis logika ini sudah disebut sebagai bagian dari kemajuan logika dalam sains modern. [Lihat sumber Disini]

 

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:

  • Logika adalah fondasi berpikir yang sistematis, koheren, dan dapat dipertanggungjawabkan yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan. Baik menurut KBBI maupun para ahli, logika mencakup kaidah berpikir dan alur berpikir yang valid.

  • Terdapat beberapa jenis logika yang sering digunakan dalam sains: deduktif, induktif, abduktif, formal/simbolik, serta variasi modern seperti logika fuzzy dan temporal. Setiap jenis memiliki karakteristik, keunggulan dan keterbatasan masing-masing.

  • Dalam bidang sains, logika digunakan secara luas: dari pengamatan biologis, eksperimen fisika, algoritma komputer, hingga hipotesis lingkungan dan sistem otomatis. Penerapan logika membantu memastikan bahwa argumen ilmiah bukan sekadar opini, melainkan hasil penalaran yang valid.

  • Menguasai logika berarti meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan ilmiah. Karena tanpa logika yang tepat, penelitian bisa terjebak pada kekeliruan, kesimpulan lemah, atau teori yang tidak konsisten.

 

Artikel ini ditulis dan disunting oleh tim redaksi SumberAjar.com berdasarkan referensi akademik Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Logika dalam sains adalah dasar berpikir rasional dan sistematis yang digunakan untuk menarik kesimpulan berdasarkan bukti dan kaidah ilmiah. Logika membantu peneliti membedakan antara penalaran yang sahih dan yang keliru dalam proses ilmiah.

Jenis-jenis logika dalam sains meliputi logika deduktif, induktif, abduktif, formal atau simbolik, dan variasi modern seperti logika fuzzy serta logika kuantum. Setiap jenis memiliki peran berbeda dalam proses penalaran ilmiah.

Contoh penerapan logika dalam sains antara lain: penarikan kesimpulan deduktif dari hukum Newton dalam fisika, generalisasi induktif dari hasil observasi biologi, penggunaan logika formal dalam algoritma komputer, serta penalaran abduktif dalam riset lingkungan.

Logika penting dalam penelitian ilmiah karena membantu memastikan bahwa setiap kesimpulan didasarkan pada bukti yang sahih dan penalaran yang valid. Dengan logika, peneliti dapat membangun argumen ilmiah yang koheren, sistematis, dan dapat diuji secara objektif.

Beberapa ahli yang mendefinisikan logika antara lain Irving M. Copi, W. Poespoprodjo, Kadir Sobur, dan Cecep Sumarna. Mereka menekankan bahwa logika adalah ilmu tentang metode berpikir benar untuk menghindari kekeliruan penalaran dan mendukung pencapaian kebenaran ilmiah.