Logika Empiris: Pengertian, Ciri, dan Contoh dalam Penelitian
Pendahuluan
Penelitian ilmiah dalam berbagai disiplin ilmu tak hanya memerlukan data dan metode, tetapi juga pondasi berpikir yang benar: yakni berpikir secara logis sekaligus empiris. Istilah “logika empiris” muncul sebagai konsep yang memadukan kedua aspek: logika sebagai cara berpikir yang sistematis dan valid, dan empiris sebagai pendekatan yang berbasis pengalaman atau observasi nyata. Dengan memahami logika empiris, peneliti dapat menyusun argumen, merumuskan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Artikel ini bertujuan menjelaskan pengertian logika empiris, karakteristiknya, serta contoh penerapannya dalam penelitian ilmiah.
Definisi Logika Empiris
Definisi Logika Empiris Secara Umum
Secara umum, logika empiris dapat dipartikan sebagai proses berpikir yang menggunakan prinsip-prinsip logika (aturan berpikir yang sah dan valid) dan sekaligus didasarkan pada fakta empiris (pengalaman, observasi, atau data nyata). Dengan demikian, logika empiris bukan hanya soal “apa yang masuk akal” tetapi juga “apa yang dapat dibuktikan melalui pengalaman atau pengamatan”. Dalam dunia penelitian, logika empiris berarti bahwa penalaran (logika) suatu studi harus terpaut dengan bukti yang diperoleh dari lapangan (empiris). Sebagai contoh, sebuah penelitian tidak cukup hanya berkutat di ranah teori dan silogisme, tetapi juga harus menunjukkan data nyata yang mendukung argumen yang dibangun.
Definisi Logika Empiris dalam KBBI
Kita uraikan dulu dua kata yang membentuk istilah ini:
– Logika: menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, “logika” berarti “pengetahuan tentang kaidah berpikir” atau “jalan pikiran yang masuk akal”. [Lihat sumber Disini - kbbi.web.id]
– Empiris: menurut KBBI online, “empiris” berarti “berdasarkan pengalaman (terutama yang diperoleh dari penemuan, percobaan, pengamatan yang telah dilakukan)”. [Lihat sumber Disini - kbbi.web.id]
Dengan demikian, istilah “logika empiris” menurut KBBI bisa diartikan sebagai “kaidah berpikir yang masuk akal dan berdasarkan pengalaman atau pengamatan yang telah dilakukan”. Meskipun istilah ini tidak secara eksplisit tercantum sebagai satu entitas di KBBI, komponen-komponennya bisa dibangun dari definisi masing-masing kata.
Definisi Logika Empiris Menurut Para Ahli
Berikut ini beberapa pendapat ahli (minimal 4) yang relevan dengan aspek “logika” dan/atau “empiris” dalam penelitian:
- Kadir Sobur menyebut bahwa penalaran (yang merupakan elemen logika) “merupakan kegiatan berpikir … yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empiris atau sesuai fakta di lapangan) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian”. [Lihat sumber Disini - tajdid.uinjambi.ac.id]
- N. Burhanuddin mengatakan bahwa “logis dan empiris … dibahas secara mendalam atas dasar fakta yang dapat dibenarkan, selain menggunakan akal untuk merenung, memutuskan, dan mengembangkan”. [Lihat sumber Disini - digitallibrary.ump.ac.id]
- S. Vera mengulas aliran empirisme dalam kerangka ilmu pengetahuan dan menyebut bahwa empirisme menegaskan bahwa sumber seluruh pengetahuan harus berdasarkan pengalaman indera. [Lihat sumber Disini - journal.uinsgd.ac.id]
- A. Susilo (meskipun tidak langsung menyebut “logika empiris” tetapi menguraikan “kajian empiris” sebagai kajian berdasarkan penelitian terdahulu yang nyata) dalam disertasinya menyebut bahwa kajian empiris adalah kajian yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain. [Lihat sumber Disini - dspace.uii.ac.id]
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat dirumuskan bahwa logika empiris adalah suatu pendekatan penelitian yang mengintegrasikan cara berpikir yang sistematis dan kausal (logika) dengan data dan observasi nyata (empiris) sebagai landasan argumen dan kesimpulan.
Ciri-Ciri Logika Empiris
Berikut adalah ciri-ciri khas dari pendekatan logika empiris dalam penelitian:
- Penelitian menggunakan argumen yang logis, yakni alur berpikir yang konsisten, tidak bertentangan, menggunakan premis , kesimpulan yang jelas (misalnya induksi atau deduksi) seperti yang dijelaskan oleh Sobur. [Lihat sumber Disini - tajdid.uinjambi.ac.id]
- Tautannya dengan data empiris, yaitu penelitian didasarkan pada bukti yang dapat diamati atau diukur, bukan semata spekulasi atau pendapat tanpa dasar. Sebagai contoh, disebutkan bahwa penelitian ilmiah mempunyai karakteristik “empirik (suatu penelitian yang didasarkan pada pengalaman sehari-hari, yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba)”. [Lihat sumber Disini - ejournal.indo-intellectual.id]
- Sistematisitas: penelitian harus dilakukan secara berurutan, menyeluruh, dan terencana,ini berhubungan dengan logika dan empiris bersama-sama. Contoh: “penelitian adalah suatu bangunan logika, yang dari awal sampai akhir harus merupakan rangkaian yang saling menjelaskan satu sama lain”. [Lihat sumber Disini - ejournal2.undip.ac.id]
- Verifikasi atau uji kembali: Karena berbasis data empiris, kesimpulan penelitian harus dapat diuji ulang atau direplikasi oleh peneliti lain dalam kondisi serupa. Hal ini mendukung integritas logika empiris. Sebagai contoh: “replikatif: suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain…” [Lihat sumber Disini - ejournal.indo-intellectual.id]
- Keterhubungan antara teori dan data: Logika empiris memerlukan bahwa teori/argumen berpikir tidak berdiri sendiri tetapi selalu diuji terhadap realitas empiris. Misalnya, dalam penelitian disebut bahwa hipotesis diuji secara empiris. [Lihat sumber Disini - download.garuda.kemdikbud.go.id]
- Transparansi metode: Peneliti menjelaskan bagaimana data dikumpulkan, dianalisis, dan bagaimana penarikan kesimpulan dilakukan,ini bagian dari logika berpikir dan bukti empiris. (Meski ciri ini mungkin lebih metodologis, namun bagian dari “logika empiris” dalam praktik penelitian)
Dengan mengenali ciri-ciri tersebut, peneliti dapat memastikan bahwa penelitian yang dilakukannya memiliki pendekatan yang kuat secara logis dan empiris.
Contoh Logika Empiris dalam Penelitian
Berikut beberapa contoh penerapan logika empiris dalam penelitian ilmiah:
- Dalam penelitian hukum non-doktrinal misalnya, Administrative Law & Governance Journal memuat artikel “Hukum dan Studi Penelitian Empiris: Penggunaan Metode Survey sebagai Instrumen Penelitian Hukum Empiris” oleh Adiyanta (2019). Dalam artikel tersebut disebut bahwa penelitian hukum “adalah suatu bangunan logika, yang dari awal sampai akhir harus merupakan rangkaian yang saling menjelaskan satu sama lain”. [Lihat sumber Disini - ejournal2.undip.ac.id] Peneliti mengumpulkan data dari informan melalui survei (empiris) dan menyusun argumen secara sistematis (logika).
- Dalam kajian metodologi penelitian, artikel “Metodologi Penelitian: Analisis Konseptual untuk Memahami Hakikat, Tujuan, Prosedur, dan Klasifikasi Penelitian” (Nur, Sulaiman & Rahman, 2024) menyebut bahwa salah satu karakteristik penelitian ilmiah adalah “logis … empirik (suatu penelitian yang didasarkan pada pengalaman sehari-hari …)”. [Lihat sumber Disini - ejournal.indo-intellectual.id] Ini menunjukkan bahwa pendekatan logika empiris menjadi standar dalam penelitian pendidikan.
- Contoh dalam penelitian kuantitatif sosial: sebuah studi mengukur faktor-risiko di kota/kabupaten terhadap Covid-19 di Indonesia (“Mapping of Covid-19 Risk Factors of Cities and Regencies in Indonesia during the Initial Stages of the Pandemic”, Pramana et al., 2021) mengumpulkan data empiris lalu menerapkan analisis statistik untuk menarik inferensi , proses berpikirnya memakai logika empiris (meskipun bukan secara eksplisit disebut). [Lihat sumber Disini - arxiv.org]
- Contoh kualitatif: penelitian dalam pendidikan yang menggunakan observasi dan wawancara terhadap guru/siswa untuk memahami fenomena belajar, lalu menghubungkannya ke kerangka teori dan menarik kesimpulan , meski tidak selalu disebut sebagai “logika empiris”, namun secara praktik ia memenuhi ciri-ciri logika empiris: data empiris → analisis berpikir sistematis → kesimpulan. Misalnya artikel “Logika dan Rasionalitas dalam Ilmu” (2025) menyebut bahwa logika dan empiris merupakan komponen kunci dalam metode ilmiah. [Lihat sumber Disini - ejournal.sembilanpemuda.id]
Dari contoh-contoh tersebut, bisa terlihat bahwa logika empiris bukan hanya sekadar jargon, tetapi praktik nyata dalam penelitian yang baik: argumen sistematis + data nyata + transparansi.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa logika empiris adalah pendekatan penelitian yang penting dan relevan di era ilmu pengetahuan modern. Dengan memahami logika empiris, peneliti dapat memastikan bahwa proses penelitian-nya tidak hanya berbasis teori dan asumsi, tetapi juga terhubung dengan realitas melalui data empiris, serta dibangun melalui alur berpikir yang sistematis dan valid. Ciri-ciri logika empiris , seperti berpikir logis, berbasis data empiris, sistematis, dapat diuji ulang, dan mengintegrasikan teori serta fakta , menjadi indikator kualitas penelitian yang baik. Contoh-contoh penelitian yang telah menerapkan logika empiris menunjukkan bahwa pendekatan ini berlaku lintas disiplin: hukum, pendidikan, sosial, kesehatan, dan lainnya. Dengan demikian, bagi siapa pun yang melakukan penelitian ilmiah, baik mahasiswa, dosen, maupun peneliti profesional, penerapan logika empiris menjadi landasan penting untuk menghasilkan temuan yang valid, dapat dipercaya, dan memiliki kontribusi terhadap ilmu dan praktik.
