Terakhir diperbarui: 26 November 2025

Citation (APA Style):
Davacom. (2025, 26 November 2025). Paradigma Postmodern dalam Ilmu Pengetahuan. SumberAjar. Retrieved 26 November 2025, from https://sumberajar.com/kamus/paradigma-postmodern-dalam-ilmu-pengetahuan 

Kamu menggunakan Mendeley? Add entry manual di sini.

Paradigma Postmodern dalam Ilmu Pengetahuan - SumberAjar.com

Paradigma Postmodern dalam Ilmu Pengetahuan

Pendahuluan

Di era di mana perubahan sosial, budaya, dan teknologi berlangsung sangat cepat dan kompleks, muncul sebuah lensa pemikiran yang mencoba menangkap realitas baru tersebut: paradigma postmodern. Paradigma ini menawarkan cara pandang yang berbeda terhadap ilmu pengetahuan,yang selama ini banyak diasumsikan sebagai suatu sistem tunggal, objektif, dan universal,dengan menyoroti pluralitas, relativitas, dan konstruksi sosial atas pengetahuan. Tulisan ini akan menguraikan secara komprehensif pengertian paradigma postmodern dalam ilmu pengetahuan, mulai dari definisi umum, definisi menurut KBBI, hingga pendapat para ahli, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mendalam tentang implikasi paradigma postmodern bagi ilmu pengetahuan: perubahan ontologi, epistemologi, dan aksiologi; karakteristik ilmu pengetahuan dalam kerangka postmodern; tantangan dan kritik; serta relevansinya bagi penelitian dan praktik ilmiah kontemporer. Di akhir akan disajikan kesimpulan yang merangkum dan menyoroti pentingnya memahami paradigma ini dalam konteks ilmu pengetahuan masa kini.


Definisi Paradigma Postmodern

Definisi Paradigma Postmodern Secara Umum

Paradigma postmodern merupakan cara pandang atau kerangka berpikir yang muncul sebagai respons dan kritik terhadap paradigma modern (modernisme) yang banyak mendominasi pemikiran ilmiah dan sosial sejak era pencerahan dan modernitas. Secara umum, paradigma ini menolak ide bahwa ada satu kebenaran tunggal, satu narasi besar (metanarasi) yang universal, dan satu metode tunggal yang dapat menjelaskan semua realitas. Sebaliknya, paradigma postmodern menekankan pluralitas, fragmentasi, dekonstruksi struktur dominan, relasi kuasa dalam produksi pengetahuan, dan konstruksi realitas melalui bahasa, simbol, dan diskursus. [Lihat sumber Disini - info.populix.co]
Memahami paradigma postmodern secara umum berarti memahami bahwa ilmu pengetahuan tidak lagi dilihat sebagai sistem tertutup yang netral dan objektif semata, melainkan sebagai produk keterkaitan sosial, diskursif, dan historis, yang terbuka untuk dipertanyakan keabsahannya, kontekstualisasinya, serta keterkaitannya dengan kekuasaan dan ideologi.

Definisi Paradigma Postmodern dalam KBBI

Menurut entri daring pada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (KBBI Daring), kata dasar «pascamodern/pascamodern» didefinisikan sebagai “berhubungan dengan masa sesudah zaman modern”. [Lihat sumber Disini - kbbi.web.id]
Meskipun istilah “postmodern” (pasca-modern) dalam KBBI tidak secara spesifik memuat istilah “paradigma postmodern”, pengertian “masa sesudah zaman modern” memberi petunjuk bahwa kerangka berpikir “post-” merujuk pada kondisi yang melampaui atau setelah dominasi pemikiran modernisme. Dengan demikian, paradigma postmodern dalam ilmu pengetahuan bisa dipahami sebagai pola pikir yang muncul setelah dan mengoreksi paradigma ilmu modern.

Definisi Paradigma Postmodern Menurut Para Ahli

Beberapa pemikir penting telah menjelaskan paradigma postmodern dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan pengetahuan secara umum. Berikut beberapa definisi dari ahli-ahli tersebut:

  • Jean‑François Lyotard: Dalam karya legendarisnya The Postmodern Condition: A Report on Knowledge, ia mendefinisikan postmodern sebagai “ketidakpercayaan terhadap metanarasi” (incredulity toward metanarratives). [Lihat sumber Disini - lib.ui.ac.id] Lyotard menyatakan bahwa ilmu pengetahuan modern telah kehilangan legitimasi narasi besar yang menjanjikan pemahaman total atas realitas, sehingga muncul pluralitas narasi kecil yang berbeda-beda. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
  • Michel Foucault: Ia menolak keuniversalan pengetahuan dan menunjukkan bagaimana pengetahuan terkait dengan kekuasaan dan sejarah. Dalam perspektif postmodern, pengetahuan tidak bebas dari relasi kuasa, dan diskursus ilmiah adalah salah satu medan pertarungan ide dan identitas. [Lihat sumber Disini - jurnal.uns.ac.id]
  • Fredric Jameson: Dalam analisisnya mengenai postmodernisme, Jameson melihat bahwa postmodernisme adalah “logika budaya kapitalisme lanjut” (the cultural logic of late capitalism). Ia menyoroti bagaimana sistem kapitalis global dan teknologi produksi budaya mengubah fungsi ilmu pengetahuan, estetika, dan identitas sosial. [Lihat sumber Disini - download.garuda.kemdikbud.go.id]
  • Ahli lain menyebut bahwa paradigma postmodern menekankan relativitas, anti universalisme, nihilisme terhadap klaim kebenaran tunggal, serta kritik terhadap fundasionalisme dan sains yang kapitalistik. [Lihat sumber Disini - jurnal.umsb.ac.id]

Dengan demikian, definisi-definisi ini menunjukkan bahwa paradigma postmodern dalam ilmu pengetahuan adalah orientasi pemikiran yang menyoroti: (1) pluralitas dan heterogenitas narasi pengetahuan; (2) kondisi bahwa pengetahuan dikonstruksi dalam konteks sosial-kultural dan historis; (3) keterkaitan antara pengetahuan, bahasa, simbol, dan kekuasaan; serta (4) endapan skeptisisme terhadap klaim objektivitas absolut dan universalitas metode ilmiah modern.


Karakteristik Paradigma Postmodern dalam Ilmu Pengetahuan

Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Ilmu Pengetahuan Postmodern

Dalam kerangka pemikiran postmodern, ilmu pengetahuan (knowledge) dipahami secara berbeda dibanding paradigma modern. Terdapat perubahan mendasar pada tiga aspek: ontologi (apa yang ada/realitas), epistemologi (bagaimana kita tahu/pengetahuan), dan aksiologi (nilai & tujuan).

  • Ontologi: Realitas tidak dilihat sebagai satu entitas tunggal yang terukur secara objektif, melainkan sebagai konstruksi sosial, plural, dan terbuka. Realitas ilmiah bukan “ditemukan” semata, melainkan “dibentuk” melalui diskursus, bahasa, teknologi, dan relasi kuasa.
  • Epistemologi: Pengetahuan tidak lagi dianggap sebagai representasi akurat dari realitas objektif, melainkan sebagai hasil praktik sosial, permainan bahasa (language-games), dan narasi lokal. Sebagaimana dikemukakan Lyotard, ilmu pengetahuan postmodern memperluas kepekaan terhadap pandangan yang berbeda dan memperkuat pluralisme narasi. [Lihat sumber Disini - lib.ui.ac.id]
  • Aksiologi: Tujuan ilmu tidak sekadar “menemukan kebenaran” atau “menguasai alam”, melainkan mempertanyakan struktur legitimasi pengetahuan, mengangkat suara-suara minoritas, mempertimbangkan etika, konteks, dan dampak sosial. Postmodernisme mendorong tanggung jawab reflektif atas praktik ilmu pengetahuan.

Ilmu Pengetahuan dalam Kerangka Paradigma Postmodern

Ketika paradigma postmodern diterapkan pada ilmu pengetahuan, beberapa karakteristik berikut muncul:

  • Kritik terhadap narasi besar dan satu metode universal: Ilmu pengetahuan modern sering diasosiasikan dengan narasi besar (metanarasi) seperti Progres, Pencerahan, Kemajuan, Humanisme. Paradigma postmodern menolak bahwa satu narasi atau satu metode tunggal dapat mengakomodasi seluruh pengetahuan. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
  • Pluralitas metode dan pendekatan: Dalam ilmu, tidak hanya metode kuantitatif dan objektif yang sah, tetapi juga pendekatan kualitatif, reflektif, kontekstual, dan interpretatif dianggap valid. Peneliti postmodern lebih terbuka pada cerita-kecil (petite narratives) dan suara beragam.
  • Relasi pengetahuan‐kuasa: Ilmu pengetahuan bukan bebas dari kekuasaan; praktik ilmiah dipengaruhi oleh ideologi, institusi, teknologi, pasar, dan budaya. Foucault menunjukkan bagaimana “episteme” berubah dalam sejarah dan terkait dengan struktur kuasa. [Lihat sumber Disini - jurnal.uns.ac.id]
  • Dekonstruksi kategori tradisional: Postmodern mendorong pemecahan dualisme seperti subjek-objek, fakta-nilai, universal-lokal, pusat-pinggiran. Ilmu pengetahuan postmodern mempertanyakan batas-batas dan kategori mapan.
  • Kontekstualitas dan lokalitas pengetahuan: Pengetahuan dipahami dalam konteks spesifik, sejarah, budaya, dan bukan sebagai universal yang lepas konteks. Suara-suara lokal, berdasarkan pengalaman dan budaya, memperoleh tempat penting.
  • Teknologi dan budaya sebagai faktor produksi pengetahuan: Kondisi masyarakat informasi, digitalisasi, media, dan budaya konsumen memengaruhi bagaimana ilmu dikonstruksi dan disebarkan. Jameson misalnya menyoroti kapitalisme lanjut sebagai latar budaya postmodern. [Lihat sumber Disini - download.garuda.kemdikbud.go.id]

Implikasi bagi Produksi dan Praktik Ilmu Pengetahuan

Dengan karakteristik-di-atas, beberapa implikasi nyata bagi produksi dan praktik ilmu pengetahuan adalah:

  • Peneliti harus sadar bahwa posisi mereka tidak netral; mereka terlibat dalam praktik diskursif yang historis dan kontekstual.
  • Validitas, reliabilitas, dan objektivitas dalam pengertian modern perlu direkaji secara lebih reflektif,bagaimana metode, bahasa, teknologi penelitian memengaruhi hasil.
  • Ilmu pengetahuan semakin terbuka terhadap interdisipliner, kolaborasi antara sains dan humaniora, serta beragam paradigma penelitian.
  • Publikasi dan komunikasi ilmu juga berubah: representasi visual, media, teknologi informasi mempengaruhi bagaimana pengetahuan diartikulasikan, dipublikasikan, dan diterima publik.

Tantangan dan Kritik terhadap Paradigma Postmodern dalam Ilmu Pengetahuan

Tantangan

  • Fragmentasi dan relativisme ekstrem: Dengan menekankan pluralitas dan menolak kebenaran tunggal, ada risiko bahwa ilmu pengetahuan kehilangan landasan bersama untuk evaluasi, diskusi, dan konsensus ilmiah.
  • Pengaruh teknologi, media, dan budaya komersial: Kondisi postmodern sering diwarnai oleh dominasi budaya konsumen, media massa, dan teknologi yang cepat berubah. Hal ini dapat mempengaruhi fokus penelitian, prioritas, dan akses ke pengetahuan.
  • Kesulitan dalam menetapkan metode dan standar: Jika setiap narasi atau pendekatan dianggap sah, maka menetapkan standar ilmiah yang diakui bersama menjadi lebih kompleks. Penelitian mungkin dibandingkan dengan “cerita” yang berbeda kondisi.
  • Kekhawatiran tentang legitimasi ilmu pengetahuan: Jika pengetahuan tidak lagi dianggap sebagai pencapaian objektivitas, maka posisi ilmu pengetahuan sebagai alat legitimasi sosial, teknologi atau kebijakan mungkin dipertanyakan.

Kritik terhadap Paradigma Postmodern

Beberapa kritik penting terhadap paradigma postmodern antara lain:

  • Banyak yang menilai bahwa postmodernisme terlalu meruntuhkan struktur dan nilai modern tanpa menawarkan alternatif yang kuat dan konsisten.
  • Kritik menyebut bahwa penolakan terhadap kebenaran universal dan objektivitas dapat membuka jalan bagi relativisme yang ekstrem dan nihilisme,yang pada akhirnya melemahkan upaya ilmiah dan rasional. [Lihat sumber Disini - en.wikipedia.org]
  • Dalam praktek ilmiah, masih banyak situasi di mana penelitian membutuhkan standar yang relatif objektif, metode yang jelas, dan hasil yang dapat diverifikasi. Paradigma postmodern kadang dikritik karena kurang memperhatikan kebutuhan ini.

Relevansi Paradigma Postmodern bagi Ilmu Pengetahuan Kontemporer

Penelitian dan Metodologi

Di era globalisasi, digitalisasi, dan “big data”, ilmu pengetahuan menghadapi tantangan kompleks: integrasi data besar, kolaborasi global, interdisciplinary research, serta pergeseran paradigma dari top-down ke bottom-up. Paradigma postmodern relevan karena:

  • Mendorong penelitian yang lebih sensitif terhadap konteks lokal, budaya, dan keragaman pengalaman manusia.
  • Menekankan perlunya refleksi kritis terhadap metode dan teknologi yang digunakan: siapa yang memproduksi data, siapa yang menginterpretasikan, dan untuk tujuan apa.
  • Membuka ruang bagi jenis penelitian baru (misalnya penelitian tindakan, studi kritis, evaluasi sosial) yang mungkin sebelumnya kurang dihargai dalam paradigma modern.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan

Dalam konteks pendidikan sains dan teknologi, paradigma postmodern membawa beberapa konsekuensi:

  • Pendidikan tidak hanya mengajarkan fakta-sains dan metode ilmiah tunggal, tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir kritis, refleksi meta-pengetahuan, kesadaran akan konteks dan implikasi sosial.
  • Kurikulum dan pedagogi semakin memperhatikan pluralitas budaya pengetahuan, inter-koneksi ilmu dan masyarakat, serta dampak teknologi dan etika. Sebagai salah satu contoh, dalam penelitian tentang pendidikan IPS di era postmodern disebutkan bahwa “kondisi kehidupan saat ini memerlukan logika baru atau cara pandang baru terhadap iptek dan sosial budaya”. [Lihat sumber Disini - ejournal2.undiksha.ac.id]

Kebijakan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Masyarakat

Dalam kebijakan riset dan perkembangan teknologi, paradigma postmodern relevan karena:

  • Memungkinkan adanya pemikiran kebijakan yang lebih inklusif dan demokratis: misalnya mengangkat suara masyarakat terpinggir, mempertimbangkan dampak sosial dan etika, bukan hanya produktivitas dan efisiensi.
  • Memunculkan kesadaran bahwa pengetahuan ilmiah dapat dijangkau, dikonstruksi, dan dipublikasikan dalam berbagai bentuk media, bukan hanya jurnal akademik eksklusif.
  • Mendorong tanggung jawab sosial ilmuwan dan institusi penelitian dalam menjaga transparansi, keadilan pengetahuan, dan aksesibilitas.

Kesimpulan

Paradigma postmodern dalam ilmu pengetahuan menghadirkan lensa pemikiran yang sangat relevan untuk memahami tantangan kontemporer dalam produksi, penerimaan, dan implementasi pengetahuan ilmiah. Dengan fokus pada pluralitas, konstruksi sosial, konteks budaya dan historis, serta kekinian teknologi dan media, paradigma ini memberi kesempatan untuk memperkaya ilmu pengetahuan agar lebih fleksibel, inklusif, dan reflektif. Namun demikian, kebutuhan akan keseimbangan tetap ada: antara mempertahankan standar ilmiah yang dapat dipercaya dan terbuka terhadap kritik dan perubahan. Dalam praktik penelitian dan pendidikan, paradigma postmodern mengajak kita untuk tidak semata mengejar “kebenaran tunggal”, tetapi juga memahami proses bagaimana pengetahuan terbentuk, siapa yang terlibat, serta dampaknya dalam masyarakat. Dengan demikian, ilmu pengetahuan bukan hanya milik para ahli dan institusi besar, tetapi juga bagian dari dialog sosial yang dinamis, antara konteks lokal dan global, antara fakta dan makna, antara teknologi dan manusia.

 

Artikel ini ditulis dan disunting oleh tim redaksi SumberAjar.com berdasarkan referensi akademik Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Paradigma postmodern dalam ilmu pengetahuan adalah cara pandang yang menolak klaim kebenaran tunggal dan metanarasi, menekankan pluralitas, konstruksi sosial, serta keterkaitan antara pengetahuan dan kekuasaan.

Ciri utamanya meliputi penolakan terhadap metanarasi, pluralitas metode, dekonstruksi kategori tradisional, kesadaran relasi pengetahuan-kuasa, serta penekanan pada kontekstualitas dan lokalitas pengetahuan.

Beberapa tokoh penting dalam paradigma postmodern adalah Jean-François Lyotard, Michel Foucault, dan Fredric Jameson. Mereka mengkritik klaim kebenaran universal dan menyoroti peran kekuasaan, narasi, dan budaya dalam pembentukan pengetahuan.

Paradigma postmodern relevan untuk penelitian kontemporer karena mendorong pendekatan yang reflektif, sensitif terhadap konteks, inklusif terhadap berbagai perspektif, serta kritis terhadap relasi kekuasaan dalam produksi pengetahuan.

Paradigma modern menekankan kebenaran objektif, metode ilmiah universal, dan narasi besar tentang kemajuan, sedangkan paradigma postmodern menolak klaim objektivitas tunggal, menonjolkan pluralitas, konteks, dan konstruksi sosial realitas.

Home
Kamus
Cite Halaman Ini