Terakhir diperbarui: 27 November 2025

Citation (APA Style):
Davacom. (2025, 27 November 2025). Teori dan Praksis dalam Filsafat Ilmu. SumberAjar. Retrieved 27 November 2025, from https://sumberajar.com/kamus/teori-dan-praksis-dalam-filsafat-ilmu 

Kamu menggunakan Mendeley? Add entry manual di sini.

Teori dan Praksis dalam Filsafat Ilmu - SumberAjar.com

Teori dan Praksis dalam Filsafat Ilmu

Pendahuluan

Filsafat ilmu, atau dalam istilah internasional, philosophy of science, adalah cabang filsafat yang secara konseptual mempertanyakan landasan, metode, dan implikasi ilmu pengetahuan. [Lihat sumber Disini - id.wikipedia.org]
Sebagai disiplin reflektif, filsafat ilmu tidak hanya berfokus pada aspek teori (teoretis) dari sains, seperti logika, epistemologi, dan metafisika, tetapi juga mempertimbangkan aspek praktis: bagaimana ilmu diterapkan, bagaimana metode dipraktikkan, dan bagaimana dampaknya terhadap manusia serta masyarakat. Dalam konteks ini muncul dikotomi antara elemen “teori” dan “praksis” dalam filsafat ilmu.

Artikel ini bertujuan menguraikan secara komprehensif apa yang dimaksud dengan teori dan praksis dalam filsafat ilmu: bagaimana kedua aspek ini didefinisikan, bagaimana pandangan dalam literatur filsafat, serta bagaimana relevansi keduanya dalam praktik keilmuan modern.


Definisi “Teori dan Praksis dalam Filsafat Ilmu”

Definisi secara Umum

Secara umum, “teori dan praksis dalam filsafat ilmu” mengacu pada dua dimensi kajian dalam filsafat ilmu:

  • Teori: aspek konseptual dan filosofis, yakni landasan epistemologis, ontologis, metodologis, apa itu ilmu, bagaimana ilmu dibangun, bagaimana metode ilmiah dijustifikasi, apa syarat validitas, kebenaran, dan koherensi pengetahuan ilmiah.
  • Praksis: aspek aplikatif, bagaimana ilmu dipraktekkan, bagaimana metode diimplementasikan, serta implikasi sosial, moral, dan aksiologis dari penggunaan ilmu.

Filsafat ilmu, dengan demikian, bukan sekadar “teori tentang ilmu dalam tingkat abstrak,” tetapi juga refleksi atas bagaimana ilmu itu dijalankan dan digunakan.

Definisi dalam KBBI

Istilah “teori” dalam Bahasa Indonesia, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berarti “rangkaian konsep, definisi, dan proposisi tentang suatu hal, yang membentuk kerangka penjelasan terhadap fenomena.” Sedangkan “praksis” secara umum merujuk pada “pelaksanaan teori atau ide dalam tindakan nyata.” Meskipun KBBI sendiri tidak selalu memuat frasa “teori dan praksis” khusus untuk filsafat ilmu, perpaduan makna tersebut secara terminologis mendasari pemahaman bahwa teori dan praksis adalah dua aspek berbeda namun saling berkaitan dalam proses pengetahuan dan tindakan ilmiah.

Definisi menurut Para Ahli

Berikut beberapa definisi dan pandangan dari para ahli/penulis dalam literatur filsafat ilmu / filsafat umum terkait dimensi teori–praktsis:

  • Menurut kerangka kajian dalam literatur modul pengajaran filsafat ilmu di Indonesia, ilmu pengetahuan dibedakan menjadi dua ragam: ilmu teoritis (theoretical science) dan ilmu praktis (practical science). [Lihat sumber Disini - repository.lppm.unila.ac.id]
  • Sebagai refleksi dari filsafat, teori dalam filsafat ilmu berkaitan dengan aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologi ilmu, yaitu: realitas dan hakikat yang diteliti (ontologi), metode serta validitas pengetahuan (epistemologi), serta nilai-nilai yang melandasi dan muncul dari penggunaan ilmu (aksiologi). [Lihat sumber Disini - repository.usd.ac.id]
  • Sementara itu, aspek praksis, meskipun kadang-kadang dianggap terpisah dari filsafat murni, dalam kajian terhadap ilmu sosial dan sains dinyatakan perlu karena bahwa “tidak ada ilmu yang value-free / bebas nilai.” Artinya, setiap ilmu selalu memiliki implikasi praktis, baik dalam metode, aplikasi, maupun nilai moral dan sosial. [Lihat sumber Disini - library.instiperjogja.ac.id]
  • Dalam konteks pendidikan dan penerapan keilmuan, literatur pendidikan menekankan bahwa kombinasi antara teori dan praktik, dilandasi pemahaman filosofis, akan membawa kontribusi signifikan terhadap perkembangan sistem pendidikan maupun developmen ilmu secara umum. [Lihat sumber Disini - journal.umg.ac.id]

Dengan demikian, definisi “teori dan praksis dalam filsafat ilmu” dalam literatur menunjukkan bahwa filsafat ilmu tidak bisa dilepaskan dari keduanya: teori sebagai landasan konseptual, dan praksis sebagai wujud nyata penerapan dan implikasinya.


Dimensi dan Ruang Lingkup Filsafat Ilmu: Teori & Praksis

Aspek Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis

Filsafat ilmu secara tradisional memuat tiga dimensi besar: ontologi (apa yang ada / realitas), epistemologi (bagaimana kita tahu), dan aksiologi (nilai serta implikasi moral dari ilmu). [Lihat sumber Disini - id.wikipedia.org]

  • Ontologi: membahas hakikat realitas, objek ilmu, dan struktur dunia yang dijadikan objek penelitian.
  • Epistemologi: membahas metode, prosedur, validitas, dan kriteria kebenaran ilmiah.
  • Aksiologi: membahas nilai, tanggung jawab sosial, etika penggunaan ilmu, serta implikasi praktis terhadap manusia dan lingkungan.

Dengan demikian, filsafat ilmu menyediakan kerangka teoretis yang mendalam, teori, sekaligus menjadi landasan etis dan normatif ketika ilmu dijalankan, praksis.

Ilmu Teoretis vs Ilmu Praktis

Literatur menyebutkan bahwa ilmu dapat dibedakan menjadi dua ragam berdasarkan tujuan dan orientasinya: teori dan praktik. Ilmu teoretis fokus pada pemahaman realitas dan prinsip dasar, sedangkan ilmu praktis berkaitan dengan aplikasi dan tindakan nyata di masyarakat. [Lihat sumber Disini - repository.lppm.unila.ac.id]
Dalam konteks filsafat ilmu, perbedaan ini penting: teori mendasari struktur konseptual dan metodologis ilmu, sedangkan praktik menguji, menerapkan, dan merefleksikan nilai serta dampak ilmu dalam dunia nyata.

Kritik terhadap Nilai Netral Ilmu (Value-free Science)

Salah satu kontribusi penting filsafat ilmu adalah kritik terhadap anggapan bahwa ilmu bersifat netral, objektif, dan bebas nilai. Banyak ahli berpendapat bahwa ilmu selalu berhubungan dengan nilai, baik dalam pemilihan topik penelitian, metode, interpretasi hasil, hingga aplikasi. [Lihat sumber Disini - library.instiperjogja.ac.id]
Dengan demikian, aspek praksis dalam filsafat ilmu mengajak para ilmuwan dan pemikir untuk menyadari tanggung jawab moral dan sosial, bahwa keilmuan bukan hanya soal memperoleh pengetahuan, tetapi juga soal bagaimana pengetahuan itu digunakan.


Relevansi dan Penerapan Teori–Praksis dalam Konteks Keilmuan Kontemporer

Kerangka Filosofis sebagai Dasar Validitas Ilmu

Dalam era modern, dengan kemajuan ilmu, teknologi, dan globalisasi, keberadaan filsafat ilmu menjadi sangat penting untuk menjaga integritas keilmuan. Kerangka teori (ontologi, epistemologi, aksiologi) membantu para peneliti memeriksa asumsi, metode, dan implikasi penelitian mereka. Hal ini penting agar ilmu tidak semata-mata berkembang berdasarkan pragmatisme atau tekanan eksternal, tapi tetap berdasarkan argumentasi filosofis yang rasional dan etis.

Pertimbangan Etis dan Sosial dalam Praktik Ilmiah

Ketika ilmu diterapkan dalam kehidupan nyata, misalnya dalam pendidikan, kebijakan publik, teknologi, kesehatan, aspek praksis dan nilai menjadi kunci. Filsafat ilmu mengingatkan bahwa keilmuan tidak lepas dari tanggung jawab: pilihan topik, metode, interpretasi, dan aplikasi harus mempertimbangkan dampak pada manusia dan masyarakat. Studi terkini di Indonesia menunjukkan bahwa filsafat ilmu memiliki peran strategis dalam membangun paradigma keilmuan yang sesuai konteks lokal dan nilai-nilai sosial. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]

Integrasi dalam Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Lokal

Menurut literatur pendidikan, menggabungkan teori dan praktik dengan landasan filosofis dalam pendidikan dapat memperkuat kualitas penelitian dan pengembangan ilmu. [Lihat sumber Disini - journal.umg.ac.id]
Lebih jauh, dalam konteks Indonesia yang kaya budaya dan fenomena lokal, filsafat ilmu juga dapat membantu membangun epistemologi lokal, yaitu cara pandang ilmiah yang mempertimbangkan realitas dan nilai lokal, bukan semata mengikuti paradigma Barat. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]


Tantangan dan Perdebatan: antara Teori, Praktik, dan Nilai

Antara Netralitas Ilmu vs Nilai Moral

Salah satu perdebatan klasik dalam filsafat ilmu adalah apakah ilmu bisa benar-benar netral, bebas dari nilai, atau apakah setiap ilmu selalu membawa nilai. Filsafat ilmu mendeklarasikan bahwa nilai tidak bisa dipisahkan: dalam metode, interpretasi, maupun aplikasi. [Lihat sumber Disini - library.instiperjogja.ac.id]
Hal ini menimbulkan tantangan: bagaimana menjaga objektivitas ilmiah sambil tetap sadar akan tanggung jawab etis dan sosial?

Ketegangan antara Abstraksi Teori dan Kompleksitas Praktik

Teori filsafat ilmu menawarkan kerangka ideal: logis, sistematis, rasional. Namun ketika teori itu diterapkan di dunia nyata, dengan kompleksitas sosial, politik, budaya, ekonomi, seringkali muncul dilema dan ketegangan. Ilmu praktis tidak selalu semudah teori: implementasi bisa terhambat, interpretasi bisa bias, hasil bisa kontroversial.

Relevansi terhadap Konteks Lokal dan Globalisasi Ilmu

Dalam konteks globalisasi dan transfer ilmu dari Barat ke negara lain (termasuk Indonesia), muncul tantangan bagaimana menyesuaikan teori dan metode ilmiah dengan konteks lokal, budaya, nilai, realitas sosial. Filsafat ilmu di Indonesia tetap banyak mengacu pada paradigma Barat, meskipun ada upaya membangun epistemologi lokal. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
Tantangannya: bagaimana membuat ilmu relevan dan responsif terhadap kebutuhan lokal, tanpa kehilangan integritas dan validitas ilmiah.


Kesimpulan

Teori dan praksis dalam filsafat ilmu adalah dua dimensi yang tidak bisa dipisahkan, keduanya saling melengkapi. Teori memberikan fondasi konseptual: landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis; sedangkan praksis membawa teori ke dunia nyata, melalui metode, penelitian, aplikasi, dan refleksi nilai.

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern, terutama di Indonesia, penting untuk menempatkan filsafat ilmu bukan sebagai disiplin teoretis semata, tetapi sebagai fondasi kritis dan etis bagi praktik keilmuan. Dengan demikian, keilmuan menjadi tidak hanya cerdas dan sistematis, tetapi juga bertanggung jawab dan relevan.

Sebagai rangkaian refleksi, filsafat ilmu mengajak kita selalu menjaga agar ilmu tidak menjadi mekanis atau teknis semata, tetapi tetap manusiawi, kontekstual, dan bermakna.

 

Artikel ini ditulis dan disunting oleh tim redaksi SumberAjar.com berdasarkan referensi akademik Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Teori dan praksis dalam filsafat ilmu merujuk pada dua aspek utama pengetahuan ilmiah: teori sebagai landasan konseptual dan rasional ilmu, serta praksis sebagai penerapan pengetahuan ilmiah dalam konteks kehidupan nyata.

Teori penting dalam filsafat ilmu karena memberikan dasar ontologis, epistemologis, dan aksiologis bagi seluruh proses ilmiah, termasuk bagaimana pengetahuan diperoleh, diuji, dan dikategorikan sebagai kebenaran ilmiah.

Praksis berperan dalam mengaplikasikan konsep dan teori ilmiah pada situasi nyata. Melalui praksis, ilmu diuji keefektifannya, ditafsirkan ulang bila perlu, serta memberikan dampak nyata bagi masyarakat dan lingkungan.

Teori dan praksis saling melengkapi. Teori memberikan prinsip dasar dan kerangka berpikir, sementara praksis menguji dan mengimplementasikan teori tersebut dalam tindakan nyata. Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam proses ilmiah yang utuh.

Contohnya adalah penerapan metode ilmiah dalam penelitian. Teori memberikan konsep mengenai langkah-langkah penelitian yang valid dan rasional, sementara praksis menerapkan langkah tersebut dalam eksperimen, observasi, serta pengumpulan data di lapangan.

⬇
Home
Kamus
Cite Halaman Ini