Terakhir diperbarui: 26 November 2025

Citation (APA Style):
Davacom. (2025, 26 November 2025). Idealisme dalam Filsafat Ilmu: Ciri dan Relevansinya. SumberAjar. Retrieved 26 November 2025, from https://sumberajar.com/kamus/idealisme-dalam-filsafat-ilmu-ciri-dan-relevansinya 

Kamu menggunakan Mendeley? Add entry manual di sini.

Idealisme dalam Filsafat Ilmu: Ciri dan Relevansinya - SumberAjar.com

Idealisme dalam Filsafat Ilmu: Ciri dan Relevansinya

Pendahuluan

Dalam kajian filsafat ilmu, sebuah konsep yang tidak kalah penting untuk dibahas adalah idealisme. Idealisme, sebagai aliran dalam filsafat, membawa posisi bahwa pikiran, ide, atau jiwa memiliki kedudukan yang lebih mendasar dibandingkan realitas fisik atau materi sebagai dasar pengetahuan dan kenyataan. Sebagai salah satu landasan filosofis, idealisme memiliki implikasi yang signifikan bagi bagaimana ilmu pengetahuan dipahami, dibangun, dan digunakan. Artikel ini akan membahas secara komprehensif pengertian idealisme dalam konteks filsafat ilmu, mulai dari definisinya secara umum, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hingga menurut para ahli, kemudian menguraikan ciri-ciri utama idealisme serta relevansinya dalam konteks filsafat ilmu modern. Harapannya pembahasan ini memberi gambaran yang jelas bagi pembaca tentang bagaimana idealisme bisa menjadi kerangka pemikiran yang menarik untuk meninjau ilmu pengetahuan.

Definisi Idealisme

Definisi Idealisme Secara Umum

Secara umum, idealisme (idealism) dalam filsafat dapat dipahami sebagai paham atau aliran yang menempatkan ide, pikiran, atau kesadaran sebagai substansi utama atau paling dasar dalam realitas atau pengetahuan. Dalam arti ontologis, idealisme menyatakan bahwa realitas sejati adalah mental atau ide-mental, bukan sekadar materi; dalam arti epistemologis, idealisme menekankan bahwa pengetahuan kita tentang dunia sangat bergantung pada struktur pikiran atau kesadaran kita. Misalnya, sumber dari realitas bisa dipahami sebagai ide-ide yang mendahului bentuk materi. Dalam salah satu ringkasan klasikal:

“Idealism is the view that reality is in some sense dependent on the mind rather than independent of it.” [Lihat sumber Disini - plato.stanford.edu]
Dengan demikian, secara umum idealisme memperlihatkan posisi bahwa pikiran atau ide bukan sekadar refleksi dari dunia, tetapi memiliki kedudukan aktif dalam membentuk atau menyusun realitas ataupun pengetahuan.

Definisi Idealisme dalam KBBI

Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa melalui versi daring Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata idealisme didefinisikan sebagai:

  1. aliran ilmu filsafat yang menganggap pikiran atau cita-cita sebagai satu-satunya hal yang benar yang dapat dicamkan dan dipahami; [Lihat sumber Disini - kbbi.web.id]
  2. hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita, menurut patokan yang dianggap sempurna; [Lihat sumber Disini - kbbi.web.id]
  3. (Sastra) aliran yang mementingkan khayal atau fantasi untuk menunjukkan keindahan dan kesempurnaan meskipun tidak sesuai dengan kenyataan. [Lihat sumber Disini - kbbi.web.id]
    Dengan demikian, dalam kosa kata Indonesia, idealisme tidak hanya merujuk pada paham filsafat, tetapi juga pada sikap atau orientasi hidup yang menekankan cita-cita yang tinggi dan karakter “ideal”.

Definisi Idealisme Menurut Para Ahli

Berikut beberapa definisi idealisme menurut para ahli yang dapat dijadikan rujukan dalam konteks filsafat ilmu:

  1. Immanuel Kant (dalam konteks idealisme transendental) menyatakan bahwa manusia hanya dapat mengetahui fenomena sebagaimana struktur pikiran kita mengaturnya, sementara “benda-dalam-diri” (thing-in-itself) tidak dapat kita kenali secara langsung, sehingga realitas pengetahuan sangat bergantung pada pikiran kita. [Lihat sumber Disini - en.wikipedia.org]
  2. George Berkeley (subjektif idealisme) yang merumuskan bahwa “esse est percipi”, menjadi berarti “ada adalah dipersepsi”, artinya objek hanya ada sejauh dipersepsi oleh pikiran. [Lihat sumber Disini - plato.stanford.edu]
  3. Menurut entri Stanford Encyclopedia of Philosophy, idealisme “is the genus of views which attribute ontological priority to the mental (especially the conceptual or ideational) over the non-mental.” [Lihat sumber Disini - plato.stanford.edu]
  4. Dalam konteks Indonesia, sebuah artikel menyatakan: “Idealism is a philosophy that holds that the world of ideas and the idea is the nature of reality. Reality is not actually present in the material object…” [Lihat sumber Disini - journal.uinsi.ac.id]
    Dengan berbagai definisi tersebut, dapat dipahami bahwa para ahli menekankan dua aspek utama: (a) pikiran/ide sebagai substansi realitas, (b) pengetahuan manusia sebagai dibentuk oleh struktur mental atau ide-pikiran.

Ciri-Ciri Idealisme

Dalam kerangka filsafat ilmu, beberapa ciri khas dari paham idealisme dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Primasi Pikiran atau Ide atas Materi

Salah satu sifat paling mendasar dari idealisme adalah menempatkan pikiran, kesadaran, atau ide sebagai dasar eksistensi atau realitas, bukan materi semata. Artinya, bukan dunia materi “di luar” pikiran yang mendasari pengetahuan, melainkan struktur mental atau ide terlebih dahulu. Misalnya dalam artikel: “Idealism asserts that the mind, soul, or spirit is superior to material objects.” [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
Dalam konteks ilmu pengetahuan, ini berarti bahwa aktivitas ilmiah tidak semata-mata melihat fakta materi sebagai yang utama, tetapi melihat bahwa interpretasi, konsep, dan ide-mental memegang peranan penting.

2. Kesadaran Akan Makna, Nilai dan Idealisme

Idealism sering dikaitkan dengan orientasi normatif: cita-cita, nilai, moral, atau tujuan ideal menjadi bagian integral dari bagaimana realitas dan pengetahuan diorganisasi. Hal ini terlihat dari definisi KBBI yang memasukkan arti “hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita, menurut patokan yang dianggap sempurna.” [Lihat sumber Disini - kbbi.web.id]
Dalam ilmu pengetahuan, maka bukan hanya “apa itu” yang diteliti, tetapi juga mengapa dan untuk apa, dimensi nilai dan makna ikut dalam konstruksi pengetahuan.

3. Peran Aktif Subjek atau Kesadaran

Dalam idealisme, subjek atau kesadaran bukan hanya penerima pasif realitas, melainkan aktif dalam membentuk realitas atau pengetahuan. Subjek memegang peranan penting dalam bagaimana dunia dikenal. Sebagai contoh: idealisme epistemologis menegaskan bahwa pengetahuan manusia dibentuk oleh struktur mental kita, bukan semata penerimaan fakta-objek luar. [Lihat sumber Disini - britannica.com]
Dalam ranah filsafat ilmu, ini menuntut refleksi atas bagaimana metode ilmiah, teori, dan interpretasi tidak bisa dilepaskan dari kondisi pemikiran dan perspektif ilmuwan.

4. Pengutamaan Ide yang Universal atau Abstrak

Idealism cenderung memberi perhatian pada aspek-aspek universal, abstrak atau ide-ideal (misalnya konsep keadilan, kebenaran, moralitas) dibandingkan aspek material yang kontingensi atau berubah-ubah. Sebagai contoh, artikel “Idealism | Doctrines, Arguments, & Criticism” menyebut bahwa idealisme “stresses the central role of the ideal or the spiritual in the interpretation of experience.” [Lihat sumber Disini - britannica.com]
Dalam konteks ilmu, hal ini berarti bahwa teori ilmiah tidak hanya memetakan fakta, tetapi juga menangkap struktur ide atau konsep yang berada di balik realitas empiris.

5. Implikasi Metafisik dan Epistemik yang Kuat

Karena menempatkan pikiran/ide sebagai utama, idealisme membawa implikasi metafisik (tentang apa yang sungguh-sungguh ada) dan epistemik (tentang bagaimana kita bisa mengetahui). Misalnya, jika realitas tergantung pada pikiran, maka pertanyaan tentang obyek ilmiah menjadi berbeda dibandingkan jika realitas dianggap independen dari pikiran. Artikel dari Stanford Encyclopedia of Philosophy mengatakan bahwa idealisme “attributes ontological priority to the mental … over the non-mental.” [Lihat sumber Disini - plato.stanford.edu]
Dalam filsafat ilmu, ini berarti bahwa teori, metode, dan interpretasi ilmu harus mempertimbangkan aspek metafisik dan epistemik, tidak hanya data empiris.

Relevansi Idealisme dalam Filsafat Ilmu

Mengapa idealisme penting dalam pembahasan filsafat ilmu? Berikut beberapa poin relevansi yang dapat diuraikan.

1. Memperluas Pemahaman tentang Pengetahuan Ilmiah

Ilmu pengetahuan sering terfokus pada aspek empiris dan material: pengumpulan data, pengukuran, model matematika, eksperimen. Namun pendekatan idealisme mengingatkan bahwa aktivitas ilmiah juga melibatkan ide-konsep, struktur mental, interpretasi, dan nilai-nilai. Dengan demikian, idealisme menawarkan kerangka yang membantu memahami bagaimana pengetahuan ilmiah dibentuk bukan hanya oleh fakta empiris, tetapi juga oleh mental-konsep dan ide-ideal. Sebagai contoh, sebuah artikel Indonesia menyebut bahwa kajian filsafat idealisme dalam konteks pendidikan “menghubungkan nilai-nilai idealisme seperti rasionalitas, kebebasan dan tanggungjawab moral” dengan praktik pendidikan. [Lihat sumber Disini - jurnal.staidaf.ac.id]
Dengan demikian, aplikasinya dalam filsafat ilmu menuntut kita untuk melihat bahwa teori ilmiah bukan hanya deskriptif tapi juga normatif dan ide-konseptual.

2. Refleksi Mengenai Metodologi Ilmu dan Objektivitas

Karena idealisme mengingatkan bahwa subjek atau kesadaran memegang peranan, maka dalam filsafat ilmu kita perlu refleksi kritis terhadap bagaimana metode ilmiah dibentuk, bagaimana paradigma pengetahuan muncul, dan bagaimana konsep “objektivitas” dipahami. Misalnya, sebuah artikel “Systematic Literature Review: Kritik Terhadap Ilmu Pengetahuan dalam Konteks Filsafat Idealisme …” menunjukkan bahwa idealisme dapat menjadi landasan kritik terhadap ilmu pengetahuan yang terlalu materialistik atau teknokratis. [Lihat sumber Disini - ejournal.sembilanpemuda.id]
Dengan demikian, idealisme relevan untuk membongkar asumsi-asumsi tersembunyi dalam praktik ilmu, misalnya bahwa materi atau data saja cukup tanpa mempertimbangkan interpretasi atau ide-nilai.

3. Kontribusi terhadap Etika Ilmu dan Nilai Ilmiah

Ilmu tidak berjalan di ruang hampa nilai; ia terkait dengan isu-etika, tanggungjawab sosial, tujuan ilmu pengetahuan. Idealism, dengan orientasi pada ide, nilai, moral, memberikan kerangka untuk memikirkan bagaimana ilmu harus diorientasikan bukan hanya untuk pengembangan teknologi atau materi, tetapi untuk kemanusiaan dan kebaikan bersama. Sebuah penelitian menyebut bahwa dalam pendidikan filosofi idealisme menempatkan guru sebagai teladan moral dan intelektual. [Lihat sumber Disini - journal.uny.ac.id]
Dalam filsafat ilmu, relevansi ini berarti bahwa para ilmuwan, institusi ilmu, dan masyarakat perlu mempertimbangkan: untuk apa ilmu ini dibuat? Apa nilai yang mendasari teori dan praktik ilmiah?

4. Konteks Nasional dan Pendidikan Ilmu di Indonesia

Dalam konteks Indonesia, idealisme memiliki relevansi khusus ketika dikaitkan dengan pendidikan, kurikulum, dan nilai keindonesiaan. Sebagai contoh, sebuah artikel berjudul The Relevance of Idealism Philosophy to the Transformation of Freedom Curriculum menyatakan bahwa filosofi idealisme dapat menjadi kerangka konseptual untuk menghubungkan nilai-universal dan lokal (Pancasila) dalam pendidikan. [Lihat sumber Disini - jurnal.staidaf.ac.id]
Dalam konteks filsafat ilmu, khususnya di lingkungan Indonesia, idealisme membantu menempatkan ilmu pengetahuan bukan semata sebagai alat teknis, tetapi sebagai medium pembentukan karakter, moral, dan kebangsaan.

5. Tantangan dan Kritik terhadap Ilmu Berbasis Materialisme

Ilmu pengetahuan modern sering dikritisi sebagai bersifat reduksionis, mekanistik, atau terlalu menekankan aspek materi tanpa mempertimbangkan aspek kesadaran, makna, orientasi ide-ideal. Idealism sebagai alternatif atau pelengkap memberi narasi bahwa aspek mental/spiritual/ide tidak boleh dilupakan. Sebagai contoh, artikel “FILSAFAT IDEALISME (IMPLIKASINYA DALAM …)” menyatakan bahwa idealisme memproposisikan bahwa dunia ide dan gagasan adalah yang paling dasar, bukan objek materi saja. [Lihat sumber Disini - journal.uinsi.ac.id]
Dalam filsafat ilmu, hal ini mendorong para peneliti dan filsuf ilmu untuk mempertanyakan: apakah semua aspek pengetahuan dapat diselesaikan dengan metode empiris saja, atau apakah ada ruang bagi interpretasi, makna, kesadaran yang lebih mendalam?

Kesimpulan

Sebagai rangkuman, idealisme dalam filsafat ilmu adalah kerangka yang menekankan bahwa ide, pikiran, atau kesadaran memiliki kedudukan sentral dalam realitas dan pengetahuan. Mulai dari definisi secara umum, versi KBBI, hingga definisi para ahli, idealisme menampilkan ciri-ciri seperti primasi pikiran atas materi, orientasi nilai dan cita-cita, peran aktif subjek, dan pengutamaan ide universal. Dalam konteks filsafat ilmu, relevansi idealisme sangat besar: ia memperluas pemahaman tentang pengetahuan ilmiah, memunculkan refleksi metodologis dan etis, berkontribusi pada pendidikan ilmu di Indonesia, dan memberi tantangan terhadap pendekatan ilmu yang semata-materialistis. Oleh karena itu, pemahaman idealisme bukan hanya penting secara teoretis, tetapi juga praktis untuk membangun ilmu pengetahuan yang lebih manusiawi, bermakna, dan bertanggungjawab.

 

Artikel ini ditulis dan disunting oleh tim redaksi SumberAjar.com berdasarkan referensi akademik Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Idealisme dalam filsafat ilmu adalah aliran yang menempatkan pikiran, ide, dan kesadaran sebagai dasar utama dalam memahami realitas dan membangun pengetahuan ilmiah.

Ciri-ciri idealisme meliputi penekanan pada primasi pikiran atas materi, peran aktif subjek dalam membentuk pengetahuan, pengutamaan nilai dan ide universal, serta perhatian pada makna dan kesadaran.

Idealisme penting karena memberikan kerangka konseptual untuk memahami bagaimana ide, nilai, dan struktur pikiran ilmuwan berpengaruh dalam proses pembentukan teori, interpretasi data, serta pengembangan ilmu pengetahuan.

Idealisme menempatkan pikiran atau ide sebagai dasar realitas, sedangkan materialisme melihat bahwa materi adalah hakikat utama realitas. Idealisme lebih menekankan kesadaran, nilai, dan makna, sementara materialisme fokus pada objek material dan fenomena fisik.

Dalam konteks modern, idealisme relevan untuk menyoroti aspek interpretasi, nilai, dan kesadaran dalam ilmu pengetahuan. Idealisme membantu menyeimbangkan pendekatan ilmiah yang terlalu materialistik dengan menekankan dimensi moral, filosofis, dan konseptual.

Home
Kamus
Cite Halaman Ini