Terakhir diperbarui: 05 November 2025

Citation (APA Style):
Davacom. (2025, 5 November 2025). Desain Eksperimen: Pengertian, Jenis, dan Contohnya. SumberAjar. Retrieved 12 November 2025, from https://sumberajar.com/kamus/desain-eksperimen-pengertian-jenis-dan-contohnya 

Kamu menggunakan Mendeley? Add entry manual di sini.

Desain Eksperimen: Pengertian, Jenis, dan Contohnya - SumberAjar.com

Desain Eksperimen: Pengertian, Jenis, dan Contohnya

Pengertian Desain Eksperimen

Desain eksperimen adalah kerangka atau rancangan sistematis yang digunakan dalam penelitian untuk menguji hubungan sebab-akibat (kausal) antara satu atau lebih variabel bebas dengan satu atau lebih variabel terikat melalui manipulasi dan pengendalian variabel-variabel penelitian. Misalnya, menurut Wiersma (1991:99) desain eksperimen adalah “sesuatu yang diujicobakan, yakni satu atau lebih variabel bebas diatur dan dikontrol untuk menentukan efeknya” [Lihat sumber Disini - ejournal.undiksha.ac.id].
Lebih khusus lagi dalam konteks penelitian pendidikan, dalam artikel “Model Penelitian Eksperimental dalam Pendidikan: Jenis, Tujuan, dan Aplikasinya” disebutkan bahwa “penelitian eksperimental merupakan metode kuantitatif yang digunakan untuk menguji hubungan sebab-akibat melalui manipulasi variabel bebas dan pengendalian variabel luar” [Lihat sumber Disini - jurnal.mediaakademik.com].
Dengan demikian, beberapa elemen pokok dari desain eksperimen meliputi: manipulasi variabel bebas, pengendalian variabel lain yang berpotensi memengaruhi (variabel pengganggu), pengukuran variabel terikat, dan adanya kelompok kontrol atau perbandingan (tergantung jenis desain) [Lihat sumber Disini - jurnal.peneliti.net].

Menurut salah satu definisi di jurnal Indonesia: “metode eksperimen dianggap sebagai standar baku karena bersifat objektif dan presisi dalam menjawab hipotesis sebab-akibat, dengan fokus pada pengaruh variabel bebas terhadap luaran yang diukur dan pengendalian variabel pengganggu.” [Lihat sumber Disini - jurnal.stikesbethesda.ac.id]
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa desain eksperimen bukan sekadar melakukan “percobaan” secara acak, tetapi harus dirancang sedemikian rupa agar kondisi eksperimen memungkinkan kesimpulan kausal yang valid.
Sebagai penulis dari SumberAjar, kita melihat bahwa memahami desain eksperimen secara mendalam penting agar peneliti bisa merancang eksperimen yang valid, dapat diulang, serta menghasilkan bukti yang meyakinkan.

Mengapa Desain Eksperimen Penting

Desain eksperimen memiliki beberapa manfaat signifikan dalam penelitian, antara lain:

  1. Memungkinkan peneliti untuk menegaskan hubungan sebab-akibat (causal) antara variabel. Karena dengan manipulasi variabel bebas dan kontrol terhadap variabel luar, hasil yang diperoleh bisa menunjukkan bahwa perubahan pada variabel terikat memang disebabkan oleh perlakuan/variabel bebas. Sebagaimana disebut dalam literatur bahwa eksperimen adalah “satu‐satunya tipe penelitian yang lebih akurat/menyeluruh dibandingkan penelitian lain dalam menentukan relasi sebab-akibat”. [Lihat sumber Disini - jurnal.peneliti.net]
  2. Meningkatkan validitas internal penelitian. Dengan adanya pengendalian variabel luar dan pemilihan kelompok secara acak (pada desain tertentu), maka ancaman terhadap validitas (misalnya seleksi, sejarah, maturasi) bisa diminimalkan.
  3. Dapat menghasilkan data yang bisa dianalisis secara statistik inferensial dan dapat digeneralisasikan (termasuk kelompok sampel ke populasi) bila dirancang dengan baik. Contoh: artikel menyebut karakteristik penelitian eksperimen bahwa terdapat “penggunaan statistik inferensial” sebagai salah satu cirinya. [Lihat sumber Disini - jurnal.peneliti.net]
  4. Cocok untuk menguji efektivitas intervensi atau perlakuan (treatment) dalam konteks pendidikan, psikologi, industri, kesehatan, dan bidang lainnya.

Meski demikian, desain eksperimen juga menghadapi beberapa keterbatasan seperti kesulitan dalam mengendalikan variabel di konteks sosial/pendidikan, etika dalam manipulasi variabel, serta generalisasi ke kondisi “real world”.

Landasan Pemikiran dan Pendapat Ahli

Berikut beberapa pendapat ahli mengenai desain eksperimen:

  • Menurut Sugiyono (2019: 111) yang dikutip dalam beberapa penelitian: “Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (treatment atau perlakuan) terhadap variabel dependen (hasil) dalam kondisi yang terkendali.” [Lihat sumber Disini - repository.upi.edu]
  • Menurut Emzir (2008) yang dikutip dalam artikel: bahwa desain eksperimen terbagi menjadi tiga jenis besar, dan desain faktorial dianggap sebagai elaborasi dari eksperimen murni (true experimental) [Lihat sumber Disini - ejournal.undiksha.ac.id]
  • Menurut Abraham & Supriyati (2022) dalam artikel “Desain Kuasi Eksperimen dalam Pendidikan: Literatur Review”: “Quasi Eksperimen lahir karena adanya faktor sulitnya mengontrol variabel lain dalam penelitian sosial khususnya dalam hal ini di kelas.” [Lihat sumber Disini - ejournal.mandalanursa.org]
  • Menurut Setyanto (dalam “Memperkenalkan Kembali Metode Eksperimen dalam Kajian Komunikasi”) bahwa “desain faktorial memungkinkan peneliti melakukan penelitian dengan lebih dari satu variabel bebas dan melibatkan analisis secara serempak terhadap beberapa variabel penelitian tersebut, masing-masing variabel tersebut yang dimaksud dengan faktor.” [Lihat sumber Disini - media.neliti.com]

Dengan demikian, bisa kita lihat bahwa para ahli secara umum sepakat bahwa desain eksperimen itu merupakan alat metodologis yang kuat untuk penelitian sebab-akibat, namun harus dilengkapi dengan kontrol dan struktur desain yang baik agar hasilnya valid.

Jenis-Jenis Desain Eksperimen

Dalam literatur metodologi penelitian kita mengenal beberapa jenis desain eksperimen. Berikut jenis-jenis utama yang sering digunakan dalam penelitian dan penjelasannya:

  1. Pre-Eksperimental (Pre-Experimental Design)
    Desain ini merupakan desain eksperimen yang paling sederhana dan kelemahannya cukup besar karena kontrol terhadap variabel luar dan kelompok kontrol sering kurang memadai. Contoh: One-Shot Case Study, One-Group Pretest-Posttest Design, Static Group Comparison. Sebagaimana dikutip bahwa penelitian dengan desain prae-eksperimen “belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen.” [Lihat sumber Disini - repository.upi.edu]
    Kelebihan: mudah dirancang dan diterapkan, terutama bila kondisi kontrol sulit. Kekurangan: validitas internal rendah, sulit memastikan perubahan disebabkan oleh perlakuan.
    Contoh: kelompok tunggal diberi pretest, kemudian treatment, kemudian posttest tanpa kelompok kontrol.
  2. True Experimental (Eksperimen Sejati)
    Desain ini adalah “eksperimen yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dengan mengontrol semua variabel luar yang dapat mempengaruhi kegiatan eksperimen. Dalam eksperimen murni (true experimental) pengujian variabel bebas dan variabel terikat dilakukan terhadap sampel kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Subjek-subjek yang diteliti … diambil secara acak.” [Lihat sumber Disini - jurnal.peneliti.net]
    Karakteristik desain ini antara lain: kelompok dipilih secara acak (random), terdapat kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan, variabel bebas dimanipulasi, variabel dependen diukur.
    Kelebihan: validitas internal tinggi, memungkinkan inferensi kausal yang lebih kuat. Kekurangan: sering sulit diterapkan terutama di setting sosial/pendidikan (karena etika, randomisasi, kontrol lingkungan).
  3. Quasi-Experimental (Eksperimen Kuasi)
    Jenis ini muncul karena keterbatasan penerapan true experimental di lapangan, terutama dalam penelitian pendidikan atau sosial. Dalam desain kuasi, mungkin tidak ada randomisasi penuh, atau kelompok kontrol tidak benar-benar sama dengan kelompok eksperimen. Dalam artikel “Desain Kuasi Eksperimen dalam Pendidikan” disebut: “Quasi Eksperimen … karena adanya faktor sulitnya mengontrol variabel lain dalam penelitian sosial … Dalam keadaan seperti ini kaidah-kaidah … tidak dapat dipenuhi secara utuh.” [Lihat sumber Disini - ejournal.mandalanursa.org]
    Contoh desain: Non-equivalent Control Group Design, Time Series Design, Single Subject Design.
    Kelebihan: lebih fleksibel dan realistis di lapangan pendidikan. Kekurangan: validitas internal lebih rendah dibanding true experimental, harus lebih hati-hati dalam interpretasi kausal.
  4. Factorial Experimental Design (Desain Faktorial)
    Ini adalah jenis pengembangan dari eksperimen murni yang memperhatikan lebih dari satu variabel bebas (faktor). Menurut Setyanto: “Desain faktorial adalah struktur penelitian yang dua atau lebih variabel independen disusun bersama-sama untuk mengkaji pengaruhnya secara sendiri-sendiri ataupun interaksinya terhadap variabel dependen.” [Lihat sumber Disini - media.neliti.com]
    Model ini memungkinkan peneliti melihat tidak hanya pengaruh masing-masing variabel bebas tetapi juga interaksi antar variabel bebas, yang menjadikannya sangat berguna dalam konteks penelitian yang lebih kompleks.
  5. Desain lainnya (termasuk desain campuran, blok acak lengkap, desain split-plot, dan sebagainya)
    Meskipun tidak selalu dikategorikan sebagai “jenis dasar” dalam literatur pendidikan, desain-desain seperti randomized block design, split-plot design, repeated measures design juga termasuk dalam ranah eksperimen dan sering digunakan di bidang teknik, industri, maupun pendidikan lanjutan.

Secara ringkas:
Jenis 1 = Pre-Eksperimental
Jenis 2 = True Experimental
Jenis 3 = Quasi-Experimental
Jenis 4 = Faktorial (pengembangan true experimental)
Jenis lainnya = variasi lanjut dari eksperimen.

Contoh Penerapan Desain Eksperimen
Untuk memperjelas, berikut beberapa contoh penerapan desain eksperimen yang diambil dari studi di Indonesia.

Contoh 1: Dalam jurnal “Desain Kuasi Eksperimen dalam Pendidikan: Literatur Review” digunakan desain kuasi eksperimen dalam konteks pendidikan. [Lihat sumber Disini - ejournal.mandalanursa.org]
Contoh 2: Dalam artikel “Desain Eksperimen untuk Mengoptimalkan Proses Pengecoran …” penelitian di bidang teknik menggunakan metode desain faktorial untuk menentukan faktor signifikan serta kondisi optimum dari proses pengecoran. [Lihat sumber Disini - media.neliti.com]
Contoh 3: Dalam artikel “Analisis Pemanfaatan Metode Eksperimental dalam Mengembangkan Keterampilan Sains pada Anak Usia Dini” (2025) menunjukkan penggunaan metode eksperimen/kuasi-eksperimen untuk mengembangkan keterampilan sains anak usia dini. [Lihat sumber Disini - jiip.stkipyapisdompu.ac.id]
Contoh 4: Dalam artikel “Model Penelitian Eksperimental dalam Pendidikan: Jenis, Tujuan, dan Aplikasinya” (2025) disebutkan bahwa secara umum desain eksperimen dibedakan menjadi tiga kategori utama: true experimental, quasi experimental, dan pre-experimental. [Lihat sumber Disini - jurnal.mediaakademik.com]

Mari kita uraikan satu contoh yang lebih lengkap:
Misalnya di penelitian pendidikan: peneliti ingin mengetahui pengaruh penggunaan strategi pembelajaran tertentu (treatment) terhadap hasil belajar siswa.
– Kelompok eksperimen mendapatkan treatment (misalnya model pembelajaran baru)
– Kelompok kontrol mendapatkan pembelajaran biasa
– Sebelum dan sesudah diberi treatment, dilakukan pretest dan posttest
– Subjek dipilih secara acak atau dipasangkan (jika true experimental)
– Variabel luar (misalnya usia, kemampuan awal) dikendalikan atau disamakan melalui randomisasi atau pemilihan yang homogen
– Data dianalisis dengan uji statistik inferensial untuk melihat apakah ada perbedaan hasil yang signifikan.

Tips Praktis Merancang Desain Eksperimen

Sebagai “penulis dari SumberAjar”, berikut beberapa saran praktis agar desain eksperimen Anda berjalan dengan baik:

  1. Tentukan tujuan penelitian dengan jelas: apakah ingin menguji pengaruh perlakuan, atau membandingkan dua kondisi?
  2. Pilih variabel bebas (treatment) dan variabel terikat (outcome) dengan spesifik dan operasional.
  3. Pertimbangkan variabel pengganggu (extraneous) yang bisa memengaruhi hasil, dan buat strategi pengendalian: randomisasi, pemadanan, kelompok kontrol, kondisi lingkungan sama, dan sebagainya.
  4. Pilih jenis desain yang tepat sesuai konteks: misalnya jika di lapangan pendidikan dengan subjek siswa dan sulit melakukan randomisasi penuh, mungkin desain kuasi lebih realistis.
  5. Rancang kelompok kontrol atau perbandingan dengan baik. Tidak cukup hanya kelompok eksperimen saja jika ingin inferensi kausal yang kuat.
  6. Pastikan instrumen pengukuran (pretest, posttest, observasi) valid dan reliabel.
  7. Analisis data secara tepat: gunakan uji statistik yang sesuai (t-test, ANOVA, factorial analysis) dan pastikan asumsi diperiksa (normalitas, homogenitas, independensi).
  8. Catat semua prosedur secara jelas (manipulasi treatment, jumlah subjek, durasi, kondisi kontrol) agar reproducibility tinggi.
  9. Refleksikan keterbatasan desain: misalnya jika menggunakan kuasi eksperimen, akui bahwa kontrol terhadap variabel luar mungkin tidak sekuat true experimental.
  10. Dokumentasikan dengan baik dalam laporan penelitian: definisi variabel, desain, prosedur, analisis, temuan, serta implikasi penelitian.

Kesimpulan

Desain eksperimen merupakan pilar penting dalam penelitian ilmiah terutama ketika tujuan penelitian adalah untuk menentukan pengaruh atau hubungan sebab-akibat antara variabel. Dengan pemilihan desain yang tepat, pengendalian variabel yang baik, dan prosedur yang sistematis, maka hasil penelitian dapat memberikan kontribusi yang valid dan bermanfaat. Jenis desainnya meliputi pre-eksperimental, true experimental, quasi-experimental, dan desain faktorial. Contoh penerapan menunjukkan keberagaman konteks baik di bidang pendidikan, teknik, maupun industri. Bagi Anda yang hendak melakukan penelitian dengan rancangan eksperimen, penting memahami prinsip-prinsip dasar desain eksperimen agar rancangan, pelaksanaan, dan analisis berjalan dengan baik.

 

Artikel ini ditulis dan disunting oleh tim redaksi SumberAjar.com berdasarkan referensi akademik Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Desain eksperimen adalah rancangan sistematis yang digunakan dalam penelitian untuk menguji hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan variabel terikat melalui manipulasi dan pengendalian variabel penelitian.

Jenis-jenis desain eksperimen meliputi pre-eksperimental, true experimental, quasi-experimental, dan desain faktorial. Masing-masing memiliki perbedaan dalam tingkat kontrol dan validitas internal.

Kelebihan desain eksperimen adalah kemampuannya menentukan hubungan sebab-akibat secara akurat, sedangkan kelemahannya antara lain sulitnya pengendalian variabel luar dan keterbatasan etika pada penelitian sosial.

Contoh penerapan desain eksperimen misalnya penelitian yang membandingkan hasil belajar siswa antara kelompok yang menggunakan model pembelajaran baru dengan kelompok yang menggunakan metode konvensional.

Desain eksperimen penting karena memungkinkan peneliti untuk menguji pengaruh suatu perlakuan secara terukur dan memastikan hasil penelitian yang valid serta dapat diandalkan.