Terakhir diperbarui: 04 November 2025

Citation (APA Style):
Davacom. (2025, 4 November 2025). Jenis-Jenis Eksperimen dalam Penelitian. SumberAjar. Retrieved 12 November 2025, from https://sumberajar.com/kamus/jenisjenis-eksperimen-dalam-penelitian 

Kamu menggunakan Mendeley? Add entry manual di sini.

Jenis-Jenis Eksperimen dalam Penelitian - SumberAjar.com

Jenis-Jenis Eksperimen dalam Penelitian

Pendahuluan

Penelitian merupakan suatu upaya sistematis untuk memperoleh pengetahuan yang baru, mengembangkan pengetahuan, atau memecahkan permasalahan ilmiah. Menurut KBBI, eksperimen adalah “percobaan secara sistematis untuk mengetahui reaksi suatu benda terhadap perubahan keadaan” (KBBI daring). Dalam konteks penelitian ilmiah, eksperimen dianggap sebagai metode yang bertujuan untuk menguji hubungan sebab-akibat antara variabel dengan melakukan manipulasi dan pengendalian kondisi. Sebagai contoh, pada penelitian pendidikan atau sosial, metode eksperimen memungkinkan peneliti mengendalikan variabel bebas untuk melihat dampaknya pada variabel terikat. [Lihat sumber Disini - jurnal.peneliti.net]

Pada artikel ini akan dibahas secara mendalam berbagai jenis eksperimen dalam penelitian (desain-eksperimen), termasuk definisi menurut para ahli, karakteristik tiap jenis, keunggulan dan kelemahan, serta kapan jenis eksperimen tersebut cocok digunakan dalam penelitian. Diharapkan pembaca,baik mahasiswa, peneliti maupun dosen,dapat memahami dan memilih jenis eksperimen yang sesuai untuk studi mereka.

Definisi Eksperimen

Menurut Sugiyono (2019) dalam konteks penelitian pendidikan, metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang dilakukan dengan percobaan, di mana peneliti memberikan perlakuan tertentu kepada satu atau lebih kelompok variabel bebas, kemudian mengukur pengaruhnya terhadap variabel terikat dalam kondisi yang dikontrol. [Lihat sumber Disini - ejournal.unib.ac.id]

Sementara itu, dalam kajian metodologi pendidikan disebut bahwa “penelitian eksperimental merupakan satu‐satunya jenis penelitian yang lebih akurat/teliti dibandingkan dengan penelitian lain dalam menentukan relasi sebab‐akibat karena peneliti dapat melakukan kontrol terhadap variabel bebas sebelum penelitian maupun selama penelitian.” [Lihat sumber Disini - jurnal.peneliti.net]

Dengan demikian, secara ringkas eksperimen dalam penelitian dapat didefinisikan sebagai: “penelitian yang melibatkan manipulasi variabel bebas, pengendalian variabel pengganggu (extraneous variable), serta pengukuran dampak terhadap variabel terikat guna menguji hipotesis sebab‐akibat.”

Karakteristik Umum Penelitian Eksperimen

Penelitian eksperimen memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dari metode non-eksperimental, antara lain:

  1. Adanya variabel bebas (independent variable) yang dimanipulasi oleh peneliti. [Lihat sumber Disini - penerbitdeepublish.com]
  2. Adanya variabel terikat (dependent variable) yang diukur dampaknya akibat manipulasi variabel bebas. [Lihat sumber Disini - repository.uinjkt.ac.id]
  3. Pengendalian terhadap variabel pengganggu/ekstraneous (extraneous variables) agar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat bisa dipisahkan secara jelas. [Lihat sumber Disini - jurnal.stikesbethesda.ac.id]
  4. Adanya kelompok kontrol atau kondisi pembanding (tergantung jenis desain) yang memungkinkan pengukuran perbedaan antara kondisi perlakuan dan kondisi normal/tanpa perlakuan. [Lihat sumber Disini - jurnal.mediaakademik.com]
  5. Sebisa mungkin dilakukan randomisasi (pengacakan) subjek atau unit penelitian ke dalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, agar validitas internal meningkat. [Lihat sumber Disini - repository.upi.edu]
  6. Eksperimen cenderung bersifat kuantitatif, dengan pengumpulan data numerik yang kemudian dianalisis dengan teknik statistik untuk mengetahui pengaruh perlakuan. [Lihat sumber Disini - jipp.unram.ac.id]

Karena karakteristik-ini, penelitian eksperimen sering dianggap memiliki keunggulan dalam validitas internal (kemampuan menyimpulkan sebab akibat) dibandingkan metode lainnya. Namun demikian, eksperimen juga memiliki tantangan, terutama dalam dunia sosial/pendidikan, seperti etika, kondisi lapangan yang sulit dikontrol, dan generalisasi hasil ke populasi luas.

Para Ahli tentang Eksperimen

Beberapa ahli telah memberikan definisi, karakteristik dan jenis desain eksperimen dalam penelitian. Berikut ringkasannya:

  • Wiersma (1991) menyatakan bahwa konsep dasar eksperimen adalah sesuatu yang diuji coba, yakni satu atau lebih variabel bebas diatur dan dikontrol untuk menentukan efeknya pada variabel terikat. [Lihat sumber Disini - ejournal.undiksha.ac.id]
  • Emzir (2008) membagi desain penelitian eksperimen menjadi beberapa jenis dasar: pre-experiment, true experiment, dan quasi experiment (dengan elaborasi desain faktorial). [Lihat sumber Disini - ejournal.undiksha.ac.id]
  • Hastjarjo (2014) dalam kajian psikologi menyatakan bahwa rancangan eksperimen acak (randomized experiment) adalah standar emas (gold standard) dalam eksperimen, sedangkan eksperimen kuasi (quasi-experiment) muncul karena keterbatasan pengacakan dalam praktik penelitian sosial. [Lihat sumber Disini - jurnal.ugm.ac.id]
  • Setyanto (2023) mengingatkan bahwa metode eksperimen di bidang komunikasi memiliki karakteristik manipulasi stimuli dan kontrol kondisi eksperimental, namun di Indonesia tradisi penggunaan eksperimen sosial masih terbatas. [Lihat sumber Disini - media.neliti.com]

Dengan dasar-ahli tersebut, kita kemudian bisa masuk ke pembahasan inti: jenis-jenis eksperimen dalam penelitian.

Jenis-Jenis Eksperimen

Berikut ini pembahasan jenis eksperimen yang umum digunakan dalam penelitian (terutama penelitian kuantitatif) beserta pengertian, karakteristik, dan contoh penerapannya.

1. Pre-experimental (Eksperimen Pra)

Pre-experimental atau eksperimen pra merupakan bentuk paling sederhana dari penelitian eksperimen. Pada desain ini biasanya hanya ada satu kelompok (atau beberapa kelompok) yang diberi perlakuan (treatment) tanpa kelompok kontrol atau tanpa randomisasi subjek. Karena itu, desain ini memiliki kelemahan dalam hal validitas internal karena sulit memastikan bahwa perubahan yang terjadi benar-benar disebabkan perlakuan dan bukan faktor lain. [Lihat sumber Disini - uptjurnal.umsu.ac.id]

Karakteristik utama pre-experimental:

  • Subjek tidak dipilih secara acak (tidak random).
  • Tidak ada atau terbatas kelompok kontrol yang sebanding.
  • Kemungkinan adanya variabel luar yang mempengaruhi hasil (bias cukup tinggi).
  • Contoh umum: desain one-group pretest-posttest (satu kelompok diberi pretest, kemudian treatment, kemudian posttest). [Lihat sumber Disini - repository.upi.edu]

Kapan cocok digunakan:

  • Bila kondisi lapangan sangat terbatas (misalnya hanya ada satu kelompok yang bisa diteliti).
  • Bila penelitian bersifat pendahuluan (pilot study) untuk menguji feasibility perlakuan.

Kelebihan: cepat, sederhana dalam implementasi.
Kekurangan: tingkat kontrol rendah, kesimpulan sebab-akibat menjadi lemah.

2. True Experimental (Eksperimen Murni)

True experimental atau eksperimen sejati merupakan jenis yang memiliki kontrol lebih kuat terhadap variabel dan sering disebut sebagai “standar emas” dalam penelitian eksperimen karena memungkinkan peneliti untuk menyimpulkan sebab-akibat dengan lebih meyakinkan. [Lihat sumber Disini - jurnal.mediaakademik.com]

Karakteristik utama:

  • Subjek atau unit penelitian dipilih secara acak (random) ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
  • Ada kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan atau diberi perlakuan berbeda.
  • Ada pretest (opsional) dan posttest untuk kedua kelompok (tergantung desain).
  • Pengendalian variabel pengganggu lebih baik karena randomisasi dan kelompok kontrol.
  • Contoh desain populer: Pretest-Posttest Control Group Design, Posttest-Only Control Group Design, Solomon Four-Group Design. [Lihat sumber Disini - repository.upi.edu]

Kapan cocok digunakan:

  • Bila penelitian memungkinkan pengacakan dan pembagian kelompok secara bebas (misalnya laboratorium, eksperimen pendidikan terkontrol, eksperimen sosial tertentu).
  • Bila tujuan penelitian adalah untuk menyimpulkan kausalitas dengan validitas internal tinggi.

Kelebihan: validitas internal lebih tinggi, kesimpulan sebab-akibat lebih kuat.
Kekurangan: kadang sulit diterapkan di lapangan (etika, logistik, biaya, randomisasi subjek sulit), generalisasi mungkin lebih terbatas.

3. Quasi-Experimental (Eksperimen Kuasi)

Quasi-experimental atau eksperimen kuasi adalah jenis eksperimen yang digunakan ketika kondisi lapangan tidak memungkinkan untuk melakukan randomisasi penuh terhadap kelompok atau unit penelitian. Karena itu, meskipun terdapat perlakuan dan mungkin kelompok kontrol, validitas internal menjadi sedikit lebih rendah dibanding true experimental. [Lihat sumber Disini - adisampublisher.org]

Karakteristik utama:

  • Subjek atau unit tidak dipilih secara acak (non-random).
  • Ada kelompok kontrol/kelompok pembanding, tapi kelompok tersebut mungkin tidak setara secara awal dengan kelompok eksperimen.
  • Desain populer: Nonequivalent Control Group Design, Time Series Design, Pretest-Posttest Single Group, Posttest-Only with Nonequivalent Groups. [Lihat sumber Disini - jurnal.ugm.ac.id]

Kapan cocok digunakan:

  • Bila penelitian dilakukan di lingkungan nyata (misalnya sekolah, instansi pemerintahan, masyarakat) dan randomisasi sulit atau tidak etis.
  • Bila intervensi sudah ditentukan oleh kebijakan yang tidak memungkinkan randomisasi (misalnya penerapan program di satu sekolah vs sekolah lain).

Kelebihan: lebih realistis di lapangan, lebih mudah diterapkan di kondisi nyata.
Kekurangan: kontrol terhadap variabel luar kurang baik, ancaman terhadap validitas internal lebih besar (misalnya selection bias, maturation, history). [Lihat sumber Disini - adisampublisher.org]

4. Factorial Design (Desain Faktorial)

Desain faktorial adalah variasi eksperimen yang digunakan untuk menyelidiki pengaruh dua atau lebih variabel bebas secara simultan serta interaksinya terhadap variabel terikat. Dengan kata lain, peneliti tidak hanya melihat efek satu perlakuan, tetapi melihat efek kombinasi perlakuan dan interaksi antar variabel. [Lihat sumber Disini - uptjurnal.umsu.ac.id]

Karakteristik utama:

  • Terdapat dua atau lebih variabel bebas yang dimanipulasi dalam level masing-masing.
  • Setiap kombinasi level variabel bebas menjadi kelompok perlakuan tersendiri (contoh: var bebas A dengan dua level × var bebas B dengan dua level = 2×2 = 4 kelompok perlakuan).
  • Memungkinkan analisis interaksi (apakah pengaruh variabel A tergantung pada variabel B atau tidak).
  • Cocok untuk penelitian yang ingin mengetahui efek kombinasi dan efek moderator/mediator secara eksperimen.

Kapan cocok digunakan:

  • Bila peneliti berminat mengeksplorasi lebih dari satu faktor pengaruh dan bagaimana mereka berinteraksi.
  • Bila logistik eksperimen memungkinkan pembagian banyak kelompok dan manipulasi lebih kompleks.

Kelebihan: informasi yang diperoleh lebih kaya (utama, interaksi).
Kekurangan: kompleksitas desain, kebutuhan sampel lebih besar, analisis statistik lebih rumit.

5. Time-Series Design & Single-Subject Design

Walaupun tidak selalu disebut terpisah dalam literatur eksperimen umum, desain time-series dan single-subject sering digunakan dalam eksperimen kuasi atau penelitian pendidikan/psikologi ketika subjek atau unit pengamatan tunggal atau ketika pengukuran dilakukan berulang kali dalam waktu. [Lihat sumber Disini - jurnal.ugm.ac.id]

Karakteristik utama:

  • Time-Series Design: satu kelompok diberi perlakuan, namun pengukuran dilakukan beberapa kali sebelum (pre) dan setelah (post) perlakuan untuk melihat pola perubahan dalam jangka waktu.
  • Single-Subject Design: digunakan bila unit penelitian adalah individu tunggal atau satu entitas kecil, dan perlakuan diberikan berulang-ulang atau dalam fase berbeda (ABA, ABAB, dll).
  • Cocok untuk kondisi eksperimen dengan unit kecil atau ketika kontrol penuh sulit.

Kapan cocok digunakan:

  • Pengujian intervensi dalam psikologi atau pendidikan dengan subjek tunggal atau kelompok kecil.
  • Studi pilot atau penelitian tindakan kelas (PTK) yang ingin melihat perubahan dalam satu kelas atau individu secara mendalam.

Kelebihan: fleksibel, detail dalam pengamatan perubahan individu atau kelompok kecil.
Kekurangan: generalisasi rendah, kontrol variabel luar mungkin lemah, analisis lebih bersifat deskriptif atau grafik.

Perbandingan Singkat Jenis-Jenis Eksperimen

Jenis Eksperimen

Randomisasi

Ada Kelompok Kontrol

Kekuatan Utama

Kelemahan Utama

Pre-experimental

Tidak / terbatas

Mungkin tidak ada

Sederhana, cepat

Validitas sebab‐akibat rendah

True experimental

Ya (random)

Ya

Validitas internal tinggi

Logistik sulit, bisa mahal

Quasi-experimental

Tidak random

Ya, tapi mungkin tidak sebanding

Praktis di kondisi lapangan nyata

Ancaman validitas internal lebih besar

Factorial design

Ya jika true eksperimental

Ya

Analisis multi faktor & interaksi

Kompleks dan butuh sampel besar

Time-series / Single-subject

Tidak selalu

Satu kelompok/individu

Fokus detail perubahan dari waktu ke waktu

Generalisasi rendah, kontrol variabel lemah

Kapan Memilih Jenis Eksperimen yang Tepat?

Dalam praktik penelitian, pemilihan jenis eksperimen harus menyesuaikan dengan beberapa pertimbangan berikut:

  • Kondisi lapangan: apakah memungkinkan melakukan pengacakan subjek? Apakah ada kelompok kontrol yang layak?
  • Tujuan penelitian: apakah hanya ingin mengetahui dampak suatu perlakuan sederhana, atau ingin analisis interaksi faktor, atau ingin melihat perubahan jangka-waktu panjang?
  • Sumber daya dan etika: apakah peneliti memiliki sumber daya untuk eksperimen yang kompleks? Apakah perlakuan etis diberikan ke satu kelompok dan tidak ke kelompok lain?
  • Validitas dan generalisasi: apakah peneliti mengutamakan validitas internal (kemampuan menyimpulkan sebab‐akibat) atau validitas ekternal/generalitas (kemampuan untuk digeneralisasikan ke populasi luas)?
  • Ukuran sampel: desain yang lebih kompleks seperti faktorial dan true experimental membutuhkan sampel yang lebih besar agar analisis statistik memadai.

Sebagai contoh nyata, dalam penelitian pendidikan siswa dengan desain true experimental pretest‐posttest control group telah digunakan untuk menguji pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar. [Lihat sumber Disini - journal.unnes.ac.id] Sementara dalam kondisi sekolah di mana randomisasi sulit, desain quasi‐experimental nonequivalent control group digunakan. [Lihat sumber Disini - repository.uinjkt.ac.id]

Tantangan dan Catatan Penting dalam Penelitian Eksperimen

Walaupun eksperimen menawarkan banyak keunggulan, ada beberapa hal penting yang perlu dipertimbangkan agar hasilnya valid dan bermakna:

  • Randomisasi dan kontrol variabel: Tanpa randomisasi dan kontrol variabel ekstraneous yang baik, akan muncul ancaman seperti selection bias (kelompok kontrol dan eksperimen berbeda sejak awal), maturation (subjek berubah seiring waktu tanpa perlakuan), history (peristiwa eksternal mempengaruhi hasil) dan instrumentation (perubahan alat ukur selama penelitian). [Lihat sumber Disini - adisampublisher.org]
  • Validitas internal vs eksternal: Desain yang sangat terkontrol (misalnya lab) bisa memiliki validitas internal tinggi, tetapi mungkin kurang realistis dan sulit digeneralisasi ke dunia nyata,validitas eksternal rendah. Sebaliknya, eksperimen di lapangan bisa realistis namun kontrolnya lemah.
  • Etika penelitian: Dalam eksperimen sosial atau pendidikan, memberi perlakuan ke satu kelompok dan tidak ke kelompok lain bisa menimbulkan isu etika. Peneliti perlu mempertimbangkan persetujuan, keadilan, serta dampak terhadap subjek.
  • Logistik, biaya, sumber daya: Eksperimen, terutama yang kompleks (faktorial, randomisasi skala besar), memerlukan sumber daya dan waktu yang tidak sedikit.
  • Analisis data: Karena manipulasi variabel dan penggunaan kelompok kontrol, analisis data eksperimen sering memerlukan teknik statistik yang tepat (misalnya ANCOVA, uji t, uji F). Peneliti harus menyiapkan instrumen, data pretest/posttest, dan memastikan asumsi statistik terpenuhi.

Sebagai catatan tambahan, artikel “Model Penelitian Eksperimental dalam Pendidikan: Jenis, Tujuan, dan Aplikasinya” oleh ‎Selvira & Albina (2025) menekankan bahwa meskipun eksperimen dianggap metode kuantitatif dan terkontrol, penerapannya di bidang pendidikan menghadapi tantangan signifikan,termasuk etika, sumber daya, dan kondisi nyata sekolah. [Lihat sumber Disini - jurnal.mediaakademik.com]

Implikasi untuk Peneliti

Bagi peneliti, baik mahasiswa maupun akademisi, ada beberapa implikasi praktis dari pemahaman jenis-jenis eksperimen:

  • Sebelum memilih jenis eksperimen, lakukan pengecekan terhadap kondisi lapangan: apakah memungkinkan randomisasi? Apakah kelompok kontrol bisa ditetapkan? Apakah intervensi realistis dalam konteks penelitian?
  • Buat rancangan eksperimen dengan jelas: identifikasi variabel bebas, variabel terikat, variabel pengganggu; susun kelompok perlakuan dan kelompok kontrol; tentukan prosedur pengukuran (pretest/posttest) bila perlu.
  • Pastikan instrumen pengukuran valid dan reliabel; pastikan sampel yang digunakan mencukupi untuk analisis statistik yang direncanakan.
  • Dokumentasikan dengan baik proses manipulasi/perlakuan dan kondisi eksperimental lainnya; catat kondisi eksternal yang mungkin mempengaruhi hasil (history, maturation).
  • Lakukan analisis dengan mempertimbangkan: apakah asumsi statistik terpenuhi? Apakah terdapat perbedaan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol? Apakah efek perlakuan nyata (signifikan)?
  • Dalam laporan penelitian, jelaskan secara transparan desain eksperimen, pemilihan kelompok, prosedur randomisasi atau alasannya bila tidak dilakukan randomisasi (dalam quasi-experiment), serta batasan penelitian terkait validitas internal dan eksternal.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, eksperimen dalam penelitian adalah metode yang sangat berguna untuk menguji hubungan sebab-akibat antar variabel melalui manipulasi dan kontrol kondisi. Namun, tidak semua kondisi lapangan memungkinkan jenis eksperimen yang sama. Untuk itu, peneliti perlu memahami berbagai jenis desain eksperimen,pre-experimental, true experimental, quasi-experimental, desain faktorial, time-series/single-subject,agar dapat memilih pendekatan yang paling tepat sesuai kondisi penelitian dan tujuan.

Sebagai rangkuman:

  1. Pre-experimental cocok untuk studi pendahuluan atau kondisi lapangan terbatas, tetapi memiliki validitas sebab-akibat rendah.
  2. True experimental adalah standar tinggi untuk menyimpulkan kausalitas dengan validitas internal kuat, namun memerlukan kontrol, randomisasi, dan sumber daya yang memadai.
  3. Quasi-experimental menjadi pilihan realistis di lapangan nyata di mana randomisasi sulit, tetapi kontrol variabel luar lebih lemah.
  4. Desain faktorial memungkinkan analisis efek kombinasi variabel bebas dan interaksi, cocok untuk penelitian yang lebih kompleks.
  5. Desain time-series/single-subject cocok untuk studi dengan unit kecil atau pengamatan mendalam dalam waktu, tetapi generalisasinya terbatas.

Untuk meningkatkan kualitas penelitian eksperimen, peneliti harus mempertimbangkan aspek-aspek seperti randomisasi, kontrol variabel, etika, dan analisis data secara sistematis. Dengan pemilihan jenis yang tepat dan pelaksanaan yang teliti, eksperimen dapat memberikan temuan yang kuat dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

 

Artikel ini ditulis dan disunting oleh tim redaksi SumberAjar.com berdasarkan referensi akademik Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan tertentu pada variabel bebas untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variabel terikat dalam kondisi yang terkontrol. Tujuannya adalah menguji hubungan sebab-akibat antar variabel.

Jenis-jenis penelitian eksperimen meliputi pre-experimental, true experimental, quasi-experimental, factorial design, dan time-series/single-subject design. Masing-masing memiliki karakteristik, keunggulan, dan kelemahan berbeda dalam hal kontrol variabel dan validitas hasil.

Penelitian quasi-experimental digunakan ketika kondisi lapangan tidak memungkinkan adanya randomisasi penuh atau kelompok kontrol yang seimbang. Biasanya diterapkan pada penelitian sosial dan pendidikan di mana pembagian kelompok secara acak sulit dilakukan.

Perbedaan utama terletak pada kontrol dan randomisasi. True experimental menggunakan pengacakan (randomisasi) dan kelompok kontrol yang jelas, sehingga validitas internal tinggi. Sedangkan pre-experimental tidak menggunakan randomisasi dan kontrolnya terbatas, sehingga hasilnya lebih lemah dalam menyimpulkan sebab-akibat.

Eksperimen penting karena memberikan cara paling kuat untuk membuktikan hubungan sebab-akibat antar variabel. Dengan manipulasi dan kontrol variabel, peneliti dapat mengetahui secara lebih pasti apakah perubahan pada variabel terikat disebabkan oleh perlakuan tertentu.