Terakhir diperbarui: 26 November 2025

Citation (APA Style):
Davacom. (2025, 26 November 2025). Konsep Realitas Sosial: Definisi dan Analisis. SumberAjar. Retrieved 27 November 2025, from https://sumberajar.com/kamus/konsep-realitas-sosial-definisi-dan-analisis 

Kamu menggunakan Mendeley? Add entry manual di sini.

Konsep Realitas Sosial: Definisi dan Analisis - SumberAjar.com

Konsep Realitas Sosial: Definisi dan Analisis

Pendahuluan

Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia senantiasa dihadapkan pada berbagai bentuk interaksi sosial, baik dalam keluarga, komunitas, lembaga, maupun lingkungan yang lebih luas. Interaksi tersebut melahirkan kumpulan norma, nilai, kebiasaan, institusi, serta struktur sosial yang menjadi kerangka bersama dalam kehidupan sehari-hari. Semua elemen itulah yang sering kita sebut sebagai realitas sosial.

Mengapa realitas sosial penting untuk dipahami? Karena ia menjadi landasan bagi cara kita berpikir, bertindak, menilai, dan beradaptasi dalam masyarakat. Pemahaman yang kritis terhadap realitas sosial memungkinkan kita menelaah fenomena sosial, seperti kemiskinan, norma, marginalisasi, perubahan budaya, hingga konflik sosial, secara lebih mendalam. Artikel ini bertujuan menjelaskan secara komprehensif konsep realitas sosial: mulai dari definisi, aspek teoretis, bentuk-bentuknya, hingga implikasinya bagi kehidupan masyarakat.


Definisi Realitas Sosial

Definisi Umum

Secara umum, realitas sosial merujuk pada segala hal yang nyata dan terjadi dalam kehidupan bersama masyarakat, berupa perilaku sosial, interaksi antarmanusia, institusi, norma, kebiasaan, struktur sosial, serta pengalaman bersama yang bersifat kolektif. Dengan demikian, realitas sosial bukan sekadar persepsi individu, melainkan fenomena yang bisa diamati dalam konteks sosial luas. [Lihat sumber Disini - id.wikipedia.org]

Dalam definisi ini, realitas sosial dianggap sebagai bagian dari “kenyataan kehidupan” masyarakat, sebuah fakta sosial yang menunjukkan adanya hubungan, ketergantungan, dan interaksi antarindividu dalam sebuah komunitas. [Lihat sumber Disini - id.scribd.com]

Definisi dalam KBBI

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah “realitas sosial” bisa diartikan sebagai kenyataan sosial; yaitu kenyataan yang muncul dalam lingkungan sosial, berkaitan dengan interaksi, struktur, dan kondisi masyarakat. Meskipun tidak selalu menggunakan istilah “realitas sosial” secara persis, makna “kenyataan sosial” dalam KBBI mengarah pada fenomena sosial nyata dalam masyarakat. Hal ini sesuai dengan definisi umum yang menekankan sifat nyata dan bersama dari fenomena sosial. [Lihat sumber Disini - id.wikipedia.org]

Definisi Menurut Para Ahli

Para sosiolog dan pemikir sosial telah mendefinisikan realitas sosial dengan berbagai pendekatan. Berikut paling tidak empat pandangan para ahli:

  • Peter L. Berger & Thomas Luckmann, Dalam karya mereka The Social Construction of Reality, Berger & Luckmann menyatakan bahwa realitas sosial adalah hasil konstruksi sosial melalui interaksi manusia. Realitas sosial muncul melalui proses eksternalisasi (pengungkapan ide/aktivitas individual ke sosial), objektivasi (ide/aktivitas menjadi fakta sosial yang tampak nyata), dan internalisasi (individu menerima dan hidup dalam realitas sosial tersebut). Dengan demikian, realitas sosial bukan semata fakta alamiah, melainkan produk sosial yang terus dibentuk dan dipertahankan melalui interaksi. [Lihat sumber Disini - repository.radenfatah.ac.id]
  • Perspektif Konstruksi Sosial, Dalam kerangka ini, realitas sosial dilihat sebagai konstruksi: bukan sesuatu yang “ada” secara alamiah, melainkan dibentuk oleh budaya, bahasa, norma, serta interpretasi bersama masyarakat. Realitas sosial terdiri dari simbol, makna, dan struktur sosial yang dibangun dan terus dinegosiasikan antar anggota masyarakat. [Lihat sumber Disini - media.neliti.com]
  • Pembagian Bentuk Realitas Sosial (Objektif, Simbolik, Subjektif), Menurut pandangan ini, realitas sosial dapat dikategorikan dalam tiga bentuk: realitas sosial objektif (fakta sosial yang nyata dan dapat diamati), realitas sosial simbolik (ekspresi simbolik dari realitas sosial objektif, misalnya melalui media, budaya, seni), dan realitas sosial subjektif (interpretasi individu terhadap realitas sosial berdasarkan pengalaman pribadi dan internalisasi). Kombinasi ketiganya membentuk bagaimana realitas sosial dipahami oleh individu dan masyarakat luas. [Lihat sumber Disini - tirto.id]
  • Pendekatan Fenomenologis / Interpretatif, Dari perspektif ini (terkadang disebut sosiologi fenomenologis), realitas sosial dipahami sebagai dunia makna (lifeworld) yang dibangun melalui intersubjektivitas. Artinya, institusi sosial, norma, struktur, semua muncul dari kesepakatan bersama melalui pengalaman manusia sehari-hari. Realitas sosial bukanlah fakta alam semesta, melainkan konstruksi subjektif kolektif yang memperoleh “kekuatan objektif” karena diterima bersama. [Lihat sumber Disini - en.wikipedia.org]

Dengan demikian, definisi realitas sosial sangat kaya dan multidimensional, mencakup aspek objektif dan subjektif, struktur dan interpretasi, fakta dan makna.


Dimensi dan Bentuk Realitas Sosial

Realitas Sosial Objektif

Realitas sosial objektif merujuk pada gejala sosial atau fakta sosial yang dapat diamati dan terjadi secara nyata dalam masyarakat, seperti institusi, norma, struktur sosial, interaksi, lembaga, kebijakan, serta fenomena sosial lainnya. Fakta ini dianggap “nyata” karena bersifat kolektif dan tidak tergantung pada persepsi individual semata. [Lihat sumber Disini - materi.beelajar.com]

Contohnya: keberadaan lembaga pendidikan, struktur keluarga, sistem pemerintahan, norma hukum, tradisi budaya, semua itu merupakan bagian dari realitas sosial objektif.

Realitas Sosial Simbolik

Realitas sosial simbolik adalah bentuk representasi dari realitas objektif melalui simbol, bahasa, budaya, media, karya seni, cerita, atau bentuk ekspresi sosial lainnya. Bentuk ini memungkinkan masyarakat memberi makna terhadap realitas sosial, membangun identitas kolektif, serta menyimpan memori sosial. [Lihat sumber Disini - dkv.binus.ac.id]

Melalui realitas simbolik, fenomena sosial terekam dan diwariskan, misalnya norma budaya, agama, nilai moral, tradisi. Media sosial, seni, literatur, musik, bahasa, semua memegang peranan penting dalam mentransmisikan realitas simbolik.

Realitas Sosial Subjektif

Realitas sosial subjektif merujuk pada interpretasi, persepsi, serta makna yang dibentuk individu/kelompok berdasarkan pengalaman, internalisasi nilai-norma, serta interaksi sosial. Realitas ini bersifat personal tetapi dibentuk dalam konteks sosial kolektif. [Lihat sumber Disini - materi.beelajar.com]

Contohnya: seseorang menganggap norma tertentu sebagai “benar”, merasa bangga terhadap identitas kelompok tertentu, atau memiliki pandangan spesifik tentang status sosial, semua itu merupakan realitas subjektif yang dibentuk oleh pengalaman dan lingkungan sosialnya.

Interaksi, Kelompok Sosial, Peran & Status, serta Kontrol Sosial

Selain ketiga bentuk di atas, realitas sosial juga dapat dibedakan melalui konsep-konsep seperti interaksi sosial, kelompok sosial, peran dan status sosial, serta ketertiban dan pengendalian sosial. Semua konsep tersebut merupakan bagian dari struktur realitas sosial yang membentuk cara masyarakat hidup bersama. [Lihat sumber Disini - adjar.grid.id]

  • Interaksi sosial, interaksi antarindividu atau kelompok yang menjadi dasar pembentukan relasi sosial.
  • Kelompok sosial, unit sosial yang terdiri dari individu-individu dengan identitas atau kepentingan bersama.
  • Peran dan status sosial, posisi dan fungsi sosial yang dimiliki oleh individu dalam struktur sosial (misalnya: peran sebagai orang tua, pekerja, pemimpin, anggota komunitas).
  • Pengendalian sosial & norma, mekanisme yang menjaga keteraturan sosial, memfasilitasi stabilitas, serta mengatur perilaku individu agar sesuai dengan nilai kolektif.

Semua konsep ini menunjukkan betapa kompleks dan dinamisnya realitas sosial, bukan sekadar kumpulan fakta, tapi juga mekanisme, makna, dan struktur yang saling terkait.


Teori dan Perspektif dalam Realitas Sosial

Teori Konstruksi Sosial (Social Constructionism)

Kerangka teori ini menegaskan bahwa realitas sosial bukanlah sesuatu yang tetap dan alamiah, melainkan dibangun bersama melalui interaksi, bahasa, budaya, dan sejarah sosial. Melalui komunikasi dan relasi sosial, manusia menciptakan, mendefinisikan, dan mempertahankan realitas bersama. [Lihat sumber Disini - en.wikipedia.org]

Dalam teori konstruksi sosial, realitas, nilai, norma, institusi, adalah hasil kesepakatan dan negosiasi sosial. Hal ini menjelaskan mengapa realitas sosial dapat berbeda antar masyarakat, kelompok, atau zaman tertentu.

Proses Terbentuknya Realitas Sosial menurut Berger & Luckmann

Menurut Berger & Luckmann, pembentukan realitas sosial melibatkan tiga tahap:

  1. Eksternalisasi, individu mengekspresikan gagasan, aktivitas, produk budaya ke dunia sosial.
  2. Objektivasi, ekspresi tersebut membentuk struktur sosial dan fakta sosial yang tampak “nyata” dan memiliki keberadaan mandiri di luar individu.
  3. Internalisasi, individu (baru) menerima dan menghayati struktur dan fakta sosial tersebut sebagai bagian dari realitas mereka.

Proses ini berlangsung terus-menerus; sehingga realitas sosial bersifat dinamis dan bisa berubah seiring perubahan interaksi, budaya, dan kondisi sosial. [Lihat sumber Disini - repository.radenfatah.ac.id]

Perspektif Fenomenologis / Interpretatif

Pendekatan ini menekankan bahwa realitas sosial dibentuk dari pengalaman hidup manusia sehari-hari (lifeworld) dan kesepakatan makna melalui intersubjektivitas. Institusi, norma, struktur, semua dianggap sebagai hasil konstruksi makna bersama, bukan fakta alamiah. [Lihat sumber Disini - en.wikipedia.org]

Dengan perspektif ini, sosiologi tidak hanya melihat struktur sosial yang tampak, tetapi juga makna, interpretasi, dan kesadaran subjektif manusia.


Implikasi & Relevansi Realitas Sosial dalam Kehidupan Kontemporer

Pembentukan Identitas Sosial dan Budaya

Realitas sosial menciptakan identitas kolektif: kelompok etnis, komunitas, agama, norma budaya, gaya hidup, semua diwarnai dan dibentuk oleh realitas sosial. Melalui simbol, bahasa, dan interaksi, individu dan kelompok merumuskan siapa mereka dan bagaimana mereka diposisikan dalam masyarakat.

Hal ini penting dalam konteks pluralitas, ketika masyarakat terdiri dari berbagai latar budaya, etnis, agama, realitas sosial membantu membentuk struktur sosial agar tetap terorganisir; sementara perbedaan realitas sosial bisa menjadi akar konflik atau toleransi.

Mekanisme Kontrol Sosial & Stabilitas Masyarakat

Norma, nilai, aturan, dan institusi, bagian dari realitas sosial, berfungsi sebagai mekanisme kontrol sosial. Mereka mengatur perilaku individu, menjaga keteraturan, memungkinkan kerjasama, dan menciptakan struktur sosial yang stabil.

Sebagai contoh: hukum, norma moral, tradisi, sistem pendidikan, struktur keluarga, semua itu merupakan bagian dari realitas sosial yang mengarahkan dan membatasi tindakan manusia. Tanpa realitas sosial, kehidupan bersama akan kacau; interaksi sosial akan sulit diatur.

Dinamika Perubahan Sosial

Karena realitas sosial dibentuk melalui interaksi dan konstruksi makna, perubahan dalam pola interaksi, teknologi, ekonomi, budaya, atau politik bisa mengubah realitas sosial itu sendiri.

Contoh: munculnya media sosial mengubah bagaimana realitas simbolik dibentuk, norma, opini, identitas, bahkan realitas virtual bisa mempengaruhi realitas sosial “nyata”. [Lihat sumber Disini - ejurnal.umri.ac.id]

Perubahan struktur sosial,misalnya urbanisasi, globalisasi, migrasi,juga menggeser realitas sosial: norma, nilai, dan identitas bisa berubah, dan generasi baru bisa mengadopsi realitas sosial yang berbeda.

Kritik dan Kesadaran Kritis terhadap Realitas Sosial

Karena realitas sosial bersifat konstruktif, maka perlu kesadaran kritis terhadap siapa, kapan, dan bagaimana realitas itu dibentuk. Realitas sosial bisa memperkuat ketidaksetaraan, stereotip, marginalisasi, diskriminasi, atau bias struktural.

Pemahaman tentang realitas sosial memungkinkan analisis kritis terhadap fenomena seperti kemiskinan, ketidakadilan, konflik sosial, diskriminasi gender, stereotip budaya, dan dari situ bisa dirumuskan upaya transformasi sosial yang lebih adil.


Kesimpulan

Realitas sosial adalah fondasi kehidupan bersama dalam masyarakat, meliputi interaksi, norma, nilai, struktur sosial, serta makna bersama yang terbentuk melalui proses sosial. Realitas sosial bersifat multidimensional: meliputi aspek objektif (fakta sosial), simbolik (representasi budaya/ media), dan subjektif (interpretasi individu).

Teori konstruksi sosial, terutama dari Berger & Luckmann, menunjukkan bahwa realitas sosial bukanlah entitas alamiah, melainkan produk interaksi, komunikasi, dan kesepakatan sosial yang terus berlangsung. Pendekatan fenomenologis menekankan bahwa realitas sosial juga dibentuk dari pengalaman dan makna hidup sehari-hari.

Dalam kehidupan kontemporer yang dinamis, dipengaruhi oleh globalisasi, media, migrasi, teknologi, realitas sosial pun terus berubah. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memiliki kesadaran kritis terhadap realitas sosial: memahami bagaimana realitas dibentuk, siapa yang memiliki kekuatan dalam konstruksi realitas, dan bagaimana realitas tersebut bisa mempengaruhi identitas, struktur sosial, serta keadilan sosial.

Dengan memahami konsep realitas sosial secara mendalam, kita dapat menelaah fenomena sosial lebih kritis dan konstruktif, bukan sekadar menerima “apa adanya”, tetapi mampu melakukan refleksi dan jika perlu, ikut membentuk realitas sosial yang lebih adil dan manusiawi.

 

Artikel ini ditulis dan disunting oleh tim redaksi SumberAjar.com berdasarkan referensi akademik Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Realitas sosial adalah keseluruhan fenomena, interaksi, struktur, norma, dan makna yang terbentuk dalam kehidupan masyarakat. Realitas ini bukan hanya terdiri dari fakta sosial objektif, tetapi juga interpretasi dan konstruksi makna yang dihasilkan melalui interaksi antarmanusia.

Bentuk utama realitas sosial meliputi realitas objektif (fakta sosial yang nyata), realitas simbolik (representasi melalui budaya, bahasa, media, dan simbol), serta realitas subjektif (interpretasi individu terhadap fenomena sosial).

Menurut Berger dan Luckmann, realitas sosial terbentuk melalui tiga proses: eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Interaksi manusia menciptakan struktur sosial, struktur tersebut dipandang sebagai kenyataan objektif, lalu akhirnya diinternalisasi sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat.

Memahami realitas sosial penting untuk menganalisis fenomena sosial secara kritis, termasuk norma, struktur sosial, identitas, ketidaksetaraan, dan dinamika masyarakat. Dengan pemahaman tersebut, individu dapat melihat bagaimana realitas dibentuk dan bagaimana ia memengaruhi perilaku serta kehidupan sosial.

Contoh realitas sosial antara lain struktur keluarga, sistem pendidikan, aturan hukum, tradisi budaya, simbol identitas kelompok, nilai moral, serta interaksi yang terjadi dalam komunitas sehari-hari.

Home
Kamus
Cite Halaman Ini