Ontologi Sosial: Pengertian dan Relevansinya dalam Penelitian
Pendahuluan
Ontologi sosial menjadi salah satu konsep penting dalam ilmu sosial dan filsafat ilmu karena berkaitan dengan bagaimana realitas sosial dipahami, bukan sekadar sebagai kumpulan individu, melainkan sebagai sistem entitas, relasi, dan struktur sosial yang memiliki eksistensi dan makna tersendiri. Pemahaman terhadap ontologi sosial membantu peneliti memahami hakikat “apa yang ada” dalam masyarakat: bagaimana kelompok, institusi, norma, dan praktik sosial terbentuk, berfungsi, serta berinteraksi. Dalam konteks penelitian sosial, pemahaman ini menjadi landasan metodologis dan konseptual yang memungkinkan analisis yang lebih mendalam terhadap fenomena sosial.
Selanjutnya, artikel ini akan menguraikan definisi ontologi (umum, dari kamus, dan menurut para ahli), kemudian membahas ontologi sosial secara khusus, relevansinya untuk penelitian, serta implikasi praktisnya dalam studi sosial.
Definisi Ontologi
Definisi Ontologi secara Umum
Istilah “ontologi” secara umum berasal dari bahasa Yunani: ontos (ada, keberadaan) dan logos (ilmu, pengetahuan). Dengan demikian, secara harfiah ontologi dapat diartikan sebagai “ilmu tentang keberadaan (yang ada)”. [Lihat sumber Disini - slideshare.net]
Dalam konteks filsafat, ontologi adalah cabang yang membahas hakikat realitas, baik yang bersifat konkret (materi, objek fisik) maupun abstrak (esai, ide, konsep), serta bagaimana entitas-entitas itu dapat dikategorikan, dihubungkan, dan dimaknai. [Lihat sumber Disini - rudyct.com]
Singkatnya, ontologi bertujuan menjawab pertanyaan mendasar seperti: “Apa yang benar-benar ada?”, “Apa sifat dasar dari apa yang ada?”, dan “Bagaimana struktur realitas itu terorganisir?” [Lihat sumber Disini - slideshare.net]
Definisi Ontologi dalam Kamus / KBBI
Menurut definisi populer dan terminologi umum (mirip konsep yang termuat dalam kamus atau literatur pengantar), ontologi dapat dipahami sebagai “ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis”, yakni kajian terhadap keberadaan, wujud, atau realitas dalam arti luas. [Lihat sumber Disini - id.wikipedia.org]
Dengan kata lain, ontologi bukan hanya membahas objek fisik saja, tetapi juga objek konseptual (ide, hubungan, struktur), semua yang “ada” dalam pengertian filosofis. [Lihat sumber Disini - rudyct.com]
Definisi Ontologi menurut Para Ahli
Berikut beberapa definisi ontologi menurut para ahli dan literatur terkini:
- Menurut artikel dalam kerangka filsafat ilmu, ontologi adalah disiplin yang membahas struktur dari hal-hal, peristiwa, proses, dan hubungan dalam setiap aspek realitas. [Lihat sumber Disini - jurnal.peneliti.net]
- Sebagaimana dijelaskan oleh penulis dalam literatur ontologi, ontologi adalah ilmu yang mempelajari hakikat “apa yang ada”, bagaimana sesuatu dapat dikategorikan, dan bagaimana hubungan antar-entitas dalam realitas itu. [Lihat sumber Disini - rudyct.com]
- Dalam wacana filsafat ilmu modern, ontologi diposisikan sebagai landasan untuk membangun metodologi ilmiah, menentukan objek pengetahuan, batas-batas objek kajian, serta struktur realitas yang akan diteliti. [Lihat sumber Disini - ojs.daarulhuda.or.id]
- Menurut peneliti kontemporer dalam pendidikan dan ilmu sosial, ontologi tidak hanya relevan untuk realitas alam, tetapi juga untuk realitas sosial, termasuk struktur sosial, institusi, relasi, norma, dan praktik sosial. [Lihat sumber Disini - journalversa.com]
Dengan definisi-definisi ini, jelas bahwa ontologi membentuk kerangka konseptual penting untuk memahami realitas, baik dalam ranah alam maupun sosial, secara mendasar dan sistematis.
Ontologi Sosial
Apa itu Ontologi Sosial
Ontologi Sosial adalah cabang ontologi yang secara khusus berfokus pada realitas sosial, yaitu entitas, struktur, relasi, praktik, norma, institusi, serta kategori sosial seperti kelompok, organisasi, peran sosial, hukum, norma, dan sebagainya. [Lihat sumber Disini - en.wikipedia.org]
Ontologi Sosial mencoba untuk menjawab pertanyaan seperti: Apa yang membuat suatu kelompok, institusi, atau institusi sosial bisa dikatakan “ada”? Apakah mereka sekadar kumpulan individu, atau mereka memiliki realitas kolektif yang melekat pada struktur sosial itu sendiri? Bagaimana norma, peraturan, status sosial, dan institusi terbentuk, diakui, dan memiliki kekuatan dalam masyarakat? [Lihat sumber Disini - en.wikipedia.org]
Dengan demikian, ontologi sosial tidak melihat masyarakat sebagai sekadar agregat individu, tetapi sebagai sistem relasi yang memiliki sifat dan struktur tertentu yang perlu dipahami secara konseptual, bukan hanya empiris. [Lihat sumber Disini - en.wikipedia.org]
Elemen-elemen Ontologi Sosial
Dalam literatur tentang Ontologi Sosial, beberapa elemen dasar yang sering dibahas meliputi:
- Entitas sosial: seperti individu, kelompok, organisasi, institusi, status sosial, peran, norma, dan struktur sosial. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
- Relasi sosial: cara entitas sosial saling terhubung, misalnya melalui norma, peran, hak & kewajiban, struktur institusional, interaksi sosial, hierarki, maupun sistem status. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
- Status-fungsi dan konstruksi sosial: banyak fenomena sosial (seperti uang, institusi hukum, pemerintahan, norma) dianggap ada karena ada pengakuan kolektif dan perjanjian sosial, bukan karena sifat fisik inheren. [Lihat sumber Disini - en.wikipedia.org]
- Dualitas antara individu dan kolektif: membahas bagaimana individu berkontribusi terhadap struktur sosial, dan bagaimana struktur sosial pada gilirannya membentuk perilaku, identitas, dan peran individu. [Lihat sumber Disini - en.wikipedia.org]
Elemen-elemen ini penting untuk memahami bahwa realitas sosial bukan monolitik ataupun tunggal, melainkan kompleks, dibangun oleh manusia secara kolektif, dan dapat berubah seiring waktu.
Perbedaan Ontologi Tradisional vs Ontologi Sosial
Sementara ontologi tradisional (dalam filsafat alam) cenderung membahas realitas fisik, materi, esensi eksistensi, keberadaan obyektif, dsb., ontologi sosial memperluas cakupan untuk memasukkan realitas kolektif yang dikonstruksi manusia: norma, institusi, makna sosial, kategori sosial, dan mekanisme sosial. [Lihat sumber Disini - rudyct.com]
Dengan demikian, ontologi sosial menggabungkan aspek metafisik (apa yang ada), dengan aspek sosiologis/antropologis: bagaimana sesuatu hadir dalam masyarakat, dengan cara apa sesuatu itu dianggap “nyata”, dan bagaimana makna kolektif dibentuk dan dipertahankan.
Relevansi Ontologi Sosial dalam Penelitian
Landasan Teoretis dan Konseptual
Dalam penelitian sosial, terutama yang bersifat kualitatif atau interpretatif, ontologi sosial menyediakan landasan teoretis dan konseptual untuk memahami realitas sosial secara mendalam, bukan sekadar fenomena yang tampak, tetapi struktur mendasar di baliknya: norma, institusi, relasi kekuasaan, peran sosial, identitas kolektif, dan konstruksi makna sosial.
Dengan memahami ontologi sosial, peneliti dapat merumuskan pertanyaan penelitian yang relevan, memilih kerangka analisis yang tepat, serta memahami bahwa fenomena sosial adalah hasil konstruksi, interaksi, dan pengakuan bersama, sehingga interpretasi hasil penelitian menjadi lebih kaya dan kontekstual.
Beberapa penelitian kontemporer menunjukkan bahwa orientasi ontologis memengaruhi bagaimana peneliti memandang objek kajian, apa yang dianggap “nyata”, dan bagaimana fenomena sosial dikategorikan. [Lihat sumber Disini - jurnal.peneliti.net]
Implikasi bagi Metodologi dan Validitas Penelitian
Pemahaman ontologi sosial membantu peneliti menentukan metodologi yang sesuai: apakah menggunakan pendekatan realisme, konstruktivisme, atau kombinasi keduanya; apakah fenomena dipahami sebagai entitas objektif atau sebagai konstruksi sosial; dan bagaimana perspektif peneliti (ontologis) mempengaruhi desain penelitian, pengumpulan data, analisis, dan interpretasi hasil.
Dalam literatur filsafat ilmu, disebut bahwa ontologi menentukan ruang objek pengetahuan, batasan obyek kajian, dan hubungan subjek-objek penelitian, aspek penting untuk memastikan validitas dan koherensi penelitian. [Lihat sumber Disini - ejournal.warunayama.org]
Misalnya, dalam penelitian administrasi publik, orientasi ontologis membantu pemahaman tentang institusi sosial, aktor, relasi kekuasaan, norma, dan struktur sosial yang mempengaruhi kebijakan dan implementasinya. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
Memahami Kompleksitas Fenomena Sosial
Fenomena sosial seringkali kompleks, dinamis, dan kontekstual, misalnya norma, identitas, struktur kekuasaan, relasi sosial, institusi. Ontologi sosial memungkinkan peneliti menangkap kompleksitas ini: bahwa fenomena sosial tidak bisa dilepaskan dari sejarah, konteks budaya, struktur sosial, dan interpretasi kolektif.
Dengan kerangka ontologi sosial, peneliti dapat menggali bagaimana makna dibentuk, bagaimana institusi dan struktur sosial mempengaruhi tindakan individu/kelompok, serta bagaimana konstruksi sosial mempengaruhi fenomena, sehingga hasil penelitian tidak hanya deskriptif, tapi juga menjelaskan mekanisme, struktur, dan dinamika sosial.
Aplikasi dalam Kebijakan Publik dan Praktik Sosial
Orientasi ontologi sosial juga relevan ketika penelitian ditujukan untuk implikasi praktis, misalnya dalam kebijakan publik, administrasi, pembangunan sosial, pendidikan, atau intervensi sosial. Pemahaman mendalam tentang struktur sosial, entitas sosial, relasi, dan konstruksi makna memungkinkan perumusan kebijakan atau program yang sensitif terhadap realitas sosial, bukan sekadar pendekatan teknis atau individual.
Contoh: artikel terbaru menunjukkan bahwa integrasi perspektif ontologi sosial dalam administrasi publik membantu perancang kebijakan memahami dinamika sosial, struktur aktor, dan interaksi sosial yang kompleks, sehingga kebijakan menjadi lebih responsif dan efektif. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
Tantangan dan Kritik terhadap Ontologi Sosial
Relativisme Sosial dan Objektivitas
Karena banyak aspek realitas sosial dianggap sebagai konstruksi bersama, muncul tantangan terkait relativisme: apakah realitas sosial bersifat absolut atau relatif terhadap konteks budaya/sosial tertentu? Jika realitas sosial bersifat konstruktif, maka validitas hasil penelitian bisa bergantung pada interpretasi subjektif, kesepakatan bersama, atau perubahan sosial, bukan sesuatu yang tetap dan universal.
Ini menuntut peneliti untuk sangat berhati-hati dalam merumuskan objek dan metodologi penelitian agar tidak jatuh pada relativisme ekstrem, di mana semua interpretasi dianggap sama benar tanpa evaluasi kritis.
Kompleksitas Operasionalisasi Entitas Sosial
Mengoperasionalisasikan konsep-konsep ontologi sosial seperti institusi, norma, status, identitas, relasi, dsb., dalam penelitian empiris bukanlah hal mudah. Peneliti harus menetapkan definisi operasional, indikator, dan metode yang sesuai agar entitas sosial yang bersifat abstrak bisa diobservasi, dianalisis, dan dijelaskan secara sistematis.
Terkadang abstraksi ontologis sulit diterjemahkan ke bentuk data empiris, sehingga perlu ketelitian dalam desain penelitian dan refleksi teoretis agar interpretasi tidak bias atau simplistik.
Potensi Konflik antara Pendekatan Teoretis dan Praktis
Jika orientasi ontologi sosial terlalu abstrak atau filosofis, bisa jadi hasil penelitian sulit diterjemahkan ke rekomendasi praktis, misalnya kebijakan, program sosial, intervensi. Peneliti harus menyeimbangkan antara kedalaman teoretis dan relevansi praktis agar hasil tidak sekadar teoretis, tetapi aplikatif.
Kesimpulan
Ontologi sosial merupakan landasan konseptual yang sangat penting dalam penelitian sosial: ia memungkinkan kita memahami realitas sosial bukan sekadar sebagai kumpulan individu, tetapi sebagai sistem entitas, struktur, relasi, norma, dan praktik bersama yang memiliki eksistensi dan dinamika tersendiri.
Dengan menggunakan ontologi sosial sebagai kerangka teoretis, peneliti bisa merumuskan objek kajian lebih tajam, memilih metodologi yang sesuai, serta menghasilkan analisis yang lebih mendalam dan kontekstual, baik untuk tujuan akademik maupun kebijakan/praktik sosial.
Namun demikian, implementasi ontologi sosial dalam penelitian menghadapi tantangan, terutama dalam hal relativisme, operasionalisasi abstraksi, dan penerjemahannya ke dalam data empiris. Oleh karena itu, peneliti perlu refleksi kritis, ketelitian metodologis, serta keseimbangan antara teori dan praktik.
Secara keseluruhan, pemahaman dan penerapan ontologi sosial adalah upaya penting untuk memperkaya penelitian sosial dan menghasilkan wawasan yang lebih komprehensif mengenai masyarakat, terutama di era di mana struktur sosial dan realitas kolektif terus berubah dan berkembang.
