Terakhir diperbarui: 25 November 2025

Citation (APA Style):
Davacom. (2025, 25 November 2025). Paradigma Interpretatif: Pengertian, Karakteristik, dan Aplikasi. SumberAjar. Retrieved 26 November 2025, from https://sumberajar.com/kamus/paradigma-interpretatif-pengertian-karakteristik-dan-aplikasi 

Kamu menggunakan Mendeley? Add entry manual di sini.

Paradigma Interpretatif: Pengertian, Karakteristik, dan Aplikasi - SumberAjar.com

Paradigma Interpretatif: Pengertian, Karakteristik, dan Aplikasi

Pendahuluan

Dalam kajian ilmu sosial, penelitian dan metodologi tidak bisa dipisahkan dari paradigma,kerangka pemikiran yang mendasari bagaimana peneliti memahami realitas sosial, memilih metode, serta menafsirkan data. Salah satu paradigma yang semakin mendapat perhatian ialah Paradigma Interpretatif (sering juga disebut “interpretivisme”). Paradigma ini menjadi alternatif terhadap dominasi paradigma positivistik yang menekankan pengukuran, generalisasi, dan kausalitas. Dengan paradigma interpretatif, peneliti diarahkan untuk memahami makna, menafsirkan pengalaman subjektif, dan melihat realitas sosial sebagai konstruksi manusia yang aktif. Tulisan ini akan menguraikan terlebih dahulu definisi paradigma interpretatif secara umum, dalam KBBI, dan menurut para ahli; kemudian membahas karakteristiknya, aplikasi atau implementasinya di penelitian dan disiplin ilmu, serta implikasi dan tantangannya. Dengan pemahaman yang lebih mendalam, diharapkan pembaca,baik mahasiswa, peneliti, maupun praktisi,dapat memilih dengan tepat apakah paradigma interpretatif relevan untuk penelitian mereka dan bagaimana mengaplikasikannya secara efektif.

Definisi Paradigma Interpretatif

Definisi Paradigma Interpretatif Secara Umum

Paradigma interpretatif secara umum dapat dipahami sebagai pendekatan penelitian yang menekankan makna, pemahaman, dan konstruksi sosial atas realitas, bukan sekadar pengukuran variabel atau pengujian hipotesis secara kuantitatif. Misalnya, dalam literatur disebut bahwa paradigma interpretatif adalah “pendekatan untuk memahami fenomena sosial budaya dari perspektif dan pengalaman pribadi individu” (Machmud, 2016). [Lihat sumber Disini - eprints.umm.ac.id] Pendekatan ini memandang bahwa realitas sosial tidak hanya terbentuk oleh struktur eksternal yang dapat diukur secara objektif, melainkan terbentuk melalui interaksi, simbol, dan makna yang dibangun oleh aktor sosial.

Definisi Paradigma Interpretatif dalam KBBI

Meski KBBI tidak secara spesifik mendefinisikan “paradigma interpretatif”, tetapi memahami kata “interpretatif” memberikan landasan. Menurut KBBI daring, “interpretatif/in·ter·pre·ta·tif” berarti “bersifat adanya kesan, pendapat, dan pandangan; berhubungan dengan adanya tafsiran”. [Lihat sumber Disini - kbbi.web.id] Jika dikaitkan, maka paradigma interpretatif dapat diartikan sebagai paradigma yang bersifat tafsir-menafsir, yang menekankan pada pandangan, pengalaman, atau makna individu atau kelompok atas fenomena sosial.

Definisi Paradigma Interpretatif Menurut Para Ahli

Beberapa ahli memberikan definisi spesifik terkait paradigma interpretatif dalam konteks penelitian sosial atau kualitatif, antara lain:

  • William W. Chua (1986) menyebut bahwa paradigma interpretatif dalam akuntansi sebagai kritik terhadap paradigma positif yang melihat data sebagai bebas nilai (value-free), sedangkan interpretif menekankan bahwa data sosial sarat dengan nilai. [Lihat sumber Disini - journal.trunojoyo.ac.id]
  • Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln (2011) dalam konteks penelitian kualitatif menyatakan bahwa paradigma interpretif menekankan pada pemahaman makna yang diberikan oleh individu terhadap fenomena dan bahwa realitas sosial bersifat konstruksi manusia. [Lihat sumber Disini - info.populix.co]
  • Menurut sebuah kajian di Indonesia, paradigma interpretif adalah “analisis sistematis dari tindakan yang bermakna melalui pengamatan langsung secara rinci dari orang-orang dalam latar asli untuk sampai pada pemahaman dan interpretasi tentang bagaimana orang menciptakan dan memelihara dunia sosial mereka.” [Lihat sumber Disini - kc.umn.ac.id]
  • Imam Ghozali & Chairiri (2007) berkata bahwa paradigma interpretif adalah paradigma yang berupaya menganalisis realitas sosial dan mengetahui bagaimana realitas sosial itu muncul melalui makna dan konteks manusia. [Lihat sumber Disini - journal.iainkudus.ac.id]

Dengan mempertimbangkan ketiga aspek,umum, KBBI, dan menurut ahli,dapat disimpulkan bahwa: Paradigma interpretatif merupakan kerangka pemikiran yang memandang bahwa realitas sosial dibentuk melalui interaksi, simbol, dan makna yang diberi oleh manusia; penelitian dengan paradigma ini bertujuan memahami bagaimana aktor memberi makna atas fenomena, dalam konteks yang spesifik dan bukan hanya sekadar generalisasi statistik.

Karakteristik Paradigma Interpretatif

Agar dapat membedakan paradigma interpretatif dengan paradigma lain seperti positivisme atau post-positivisme, penting memahami sejumlah karakteristik utamanya, antara lain:

  1. Subjektivitas dan makna
    Paradigma interpretatif menekankan bahwa realitas sosial adalah hasil konstruk aktor sosial, sehingga fokus penelitian terletak pada bagaimana individu atau kelompok memberi makna atas pengalaman mereka. [Lihat sumber Disini - revoedu.org] Peneliti tidak berperan sebagai pengamat yang sepenuhnya netral, melainkan harus mengakui bahwa dirinya membawa interpretasi dan berada dalam dunia aktor penelitian.
  2. Kontekstual dan spesifik
    Setiap fenomena sosial dilihat dalam konteks spesifik,lingkungan budaya, sejarah, institusi,dan tidak mudah digeneralisasi ke semua situasi. Pendekatan idiografis lebih diutamakan daripada nomotetis. [Lihat sumber Disini - journal.unpak.ac.id]
    Misalnya: “Paradigma interpretif memandang fakta sebagai sesuatu yang unik dan mempunyai konteks serta makna yang khusus sebagai esensi dalam memahami makna sosial.” [Lihat sumber Disini - journal.unpak.ac.id]
  3. Pendekatan kualitatif
    Karena fokus pada makna, interpretasi, dan pengalaman, penelitian paradigma ini cenderung menggunakan metode kualitatif seperti wawancara mendalam, observasi partisipan, studi kasus, analisis naratif, dsb. [Lihat sumber Disini - kc.umn.ac.id]
    Sebagai contoh: penelitian yang menyebut bahwa “pendekatan interpretif digunakan untuk mengamati fakta sosial yang muncul sebagai sesuatu yang unik dan menghasilkan makna khusus.” [Lihat sumber Disini - eprints.umm.ac.id]
  4. Peneliti sebagai instrument
    Karena data bersifat naratif, makna, dan kontekstual, peneliti sendiri menjadi instrumen utama dalam pengumpulan data (mengobservasi, mewawancara, menafsirkan). Peneliti harus refleksif terhadap peran, bias, dan interpretasi yang dibawanya. [Lihat sumber Disini - revoedu.org]
  5. Realitas sosial sebagai konstruksi
    Paradigma interpretatif memandang bahwa realitas sosial bukan sesuatu yang tunggal dan dapat diukur secara objektif terlepas dari manusia, tetapi dibentuk melalui interaksi, simbol, dan interpretasi manusia. [Lihat sumber Disini - eprints.umm.ac.id]
  6. Analisis induktif dan naratif
    Proses analisis data cenderung bersifat induktif (dari data ke teori), naratif, deskriptif, bukan menguji hipotesis variabel seperti penelitian kuantitatif. [Lihat sumber Disini - kc.umn.ac.id]
  7. Generalizasi terbatas
    Karena fokus pada konteks spesifik dan makna subjektif, hasil penelitian interpretatif sering kurang dapat digeneralisasi ke populasi luas. Kekuatan utama justru kedalaman pemahaman. [Lihat sumber Disini - revoedu.org]

Dalam ringkasan, karakteristik-karakteristik tersebut membedakan paradigma interpretatif sebagai pendekatan yang lebih humanistik, interpretatif, kontekstual, dan subjek-terfokus dibanding paradigma yang menekankan angka, variabel, dan generalisasi.

Aplikasi Paradigma Interpretatif

Selanjutnya, tulisan ini membahas bagaimana paradigma interpretatif diterapkan dalam penelitian dan disiplin ilmu, serta contoh-kasus relevan di Indonesia.

Aplikasi dalam Penelitian Ilmu Sosial dan Ilmu Pendidikan

Dalam penelitian sosial misalnya, paradigma interpretatif digunakan untuk memahami bagaimana individu atau kelompok memberi makna atas pengalaman mereka,contoh: penelitian etnografi, fenomenologi, studi kasus dalam konteks pendidikan, budaya, organisasi, akuntansi, dan lainnya. Sebuah artikel menyatakan: “Paradigma interpretatif adalah alat untuk memahami subjektivitas pelaku sosial … realitas dianggap sebagai sesuatu yang dibentuk melalui pengalaman dan persepsi individu, bukan sesuatu yang ada di luar mereka secara objektif.” [Lihat sumber Disini - pdfs.semanticscholar.org]
Contoh lainnya: penelitian yang menggunakan paradigma interpretif dan kritis pada metode kualitatif menjelaskan bahwa paradigma ini menekankan bahwa realitas sosial dibentuk melalui interaksi dan pengalaman subjektif. [Lihat sumber Disini - jurnal.unimus.ac.id]

Aplikasi dalam Penelitian Akuntansi

Di ranah akuntansi di Indonesia, terdapat penelitian yang menggunakan paradigma interpretatif untuk meneliti praktik akuntansi yang berkaitan dengan manusia, budaya, dan agama,yang menunjukkan bahwa paradigma ini tepat untuk memahami aspek-aspek nilai, interpretasi, dan kontekstualitas dalam akuntansi. [Lihat sumber Disini - jamal.ub.ac.id]
Misalnya: “Paradigma Interpretif pada Penelitian Akuntansi Indonesia” oleh Darmayasa & Aneswari menunjukkan bahwa praktik akuntansi yang berkaitan dengan manusia, budaya, dan agama merupakan alasan bahwa paradigma interpretif merupakan metode penelitian yang tepat. [Lihat sumber Disini - jamal.ub.ac.id]
Dengan demikian, penerapan paradigma interpretatif sangat relevan ketika penelitian menitikberatkan pada makna, pengalaman sosial aktor, konstruksi budaya, dan bukan hanya pada variabel kuantitatif.

Langkah-operasional dalam Penelitian dengan Paradigma Interpretatif

Beberapa langkah umum dalam penelitian dengan paradigma interpretatif antara lain:

  • Penentuan fenomena sosial yang ingin dipahami dari perspektif aktor (misalnya: bagaimana guru membangun makna dalam pembelajaran…, bagaimana komunitas memaknai perubahan budaya…).
  • Pengumpulan data kualitatif: wawancara mendalam, observasi partisipan, dokumen/narasi, gambar, catatan lapangan.
  • Analisis: kodifikasi data, identifikasi tema, interpretasi makna, rekonstruksi naratif.
  • Peneliti reflektif: menyadari posisi dan pengaruhnya dalam penelitian, melakukan validitas kualitatif (misalnya triangulasi, member-check, audit trail).
  • Pelaporan hasil: menekankan narasi, kutipan peserta, konteks, bukan hanya statistik.
    Contoh penelitian di Indonesia: “Menggunakan Paradigma Studi Kasus Kualitatif … 2022” yang menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan kualitatif interpretif memungkinkan peneliti untuk mengungkapkan pemahaman mendalam suatu fenomena. [Lihat sumber Disini - journal.ikopin.ac.id]

Kapan Sebaiknya Menggunakan Paradigma Interpretatif?

Paradigma ini sangat cocok ketika:

  • Fokus penelitian adalah memahami pengalaman subjektif, makna, interpretasi aktor sosial.
  • Fenomena yang diteliti bersifat kontekstual, dinamis, dan memiliki kedalaman makna, bukan sekadar angka.
  • Tujuan bukan mencari kausalitas yang umum, melainkan “mengapa” dan “bagaimana” sesuatu terjadi dari sudut pandang aktor.
    Misalnya: mengkaji bagaimana siswa memaknai pembelajaran daring di era pandemi, bagaimana budaya organisasi di sebuah perusahaan kecil terbentuk dan diinterpretasikan oleh karyawannya, atau bagaimana komunitas tradisional menafsirkan perubahan sosial.

Kesimpulan

Paradigma interpretatif menawarkan kerangka pemikiran yang penting dalam penelitian sosial dan kualitatif, yaitu: realitas sosial dibentuk melalui makna dan interaksi manusia, penelitian menekankan pemahaman kontekstual, subjektif, dan naratif. Dalam definisi umum, KBBI, dan pengertian para ahli, terlihat konsistensi bahwa interpretasi, tafsiran, dan pandangan adalah kunci utama pendekatan ini. Karakteristik utamanya,subjektivitas, kontekstualitas, pendekatan kualitatif, peran aktif peneliti, dan konstruksi realitas,membedakannya dari paradigma yang berfokus pada pengukuran, generalisasi, atau kausalitas sederhana. Aplikasinya cukup luas,mulai dari pendidikan, budaya, organisasi, hingga akuntansi,dan sangat relevan ketika penelitian bertujuan menggali bagaimana manusia memberi makna atas fenomena dalam konteks tertentu. Namun, karena sifatnya yang mendalam dan spesifik, penelitian dengan paradigma interpretatif harus dihadapkan pada tantangan seperti keterbatasan generalisasi, kebutuhan waktu lebih panjang, dan tuntutan refleksivitas peneliti. Bagi para peneliti yang tertarik memahami “bagaimana” dan “mengapa” daripada sekadar “apa” atau “berapa”, paradigma interpretatif layak menjadi pilihan strategis.

 

Artikel ini ditulis dan disunting oleh tim redaksi SumberAjar.com berdasarkan referensi akademik Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Paradigma Interpretatif adalah pendekatan penelitian yang berfokus pada pemahaman makna dan pengalaman subjektif individu dalam melihat realitas sosial. Paradigma ini menekankan bahwa realitas dibentuk melalui interaksi dan interpretasi manusia.

Paradigma Interpretatif memiliki beberapa karakteristik utama, antara lain subjektivitas, fokus pada makna, penggunaan metode kualitatif, realitas sebagai konstruksi sosial, serta analisis induktif dan kontekstual.

Paradigma ini digunakan ketika penelitian bertujuan memahami perspektif, pengalaman, dan interpretasi aktor sosial secara mendalam, terutama ketika fenomena sosial tidak bisa dijelaskan hanya dengan angka atau generalisasi statistik.

Paradigma Interpretatif banyak diterapkan dalam penelitian pendidikan, sosiologi, antropologi, komunikasi, akuntansi, dan kajian budaya, khususnya ketika peneliti ingin menggali makna dan pengalaman subjektif dalam konteks tertentu.

⬇
Home
Kamus
Cite Halaman Ini