Terakhir diperbarui: 07 November 2025

Citation (APA Style):
Davacom. (2025, 7 November 2025). Blinding: Definisi, Jenis, dan Contoh dalam Eksperimen. SumberAjar. Retrieved 12 November 2025, from https://sumberajar.com/kamus/blinding-definisi-jenis-dan-contoh-dalam-eksperimen 

Kamu menggunakan Mendeley? Add entry manual di sini.

Blinding: Definisi, Jenis, dan Contoh dalam Eksperimen - SumberAjar.com

Blinding: Definisi, Jenis, dan Contoh dalam Eksperimen

Pendahuluan

Dalam penelitian eksperimen, salah satu tantangan utama adalah memastikan bahwa hasil yang diperoleh benar-benar merefleksikan pengaruh perlakuan (treatment) dan bukan karena faktor lain (bias). Teknik pembutaan atau penyamaran , yang biasa dikenal dengan istilah blinding , merupakan salah satu strategi yang penting untuk meminimalkan bias tersebut. Dengan menerapkan blinding secara tepat, peneliti dapat memperkuat validitas internal penelitian, meningkatkan kredibilitas hasil, dan mencegah interpretasi yang keliru. Melalui artikel ini, akan dibahas secara komprehensif: definisi blinding secara umum, menurut KBBI, menurut para ahli; lalu jenis-jenisnya dalam eksperimen; dan terakhir contoh penerapan blinding dalam penelitian. Harapannya, pembaca memperoleh pemahaman lengkap bagaimana dan mengapa blinding penting dalam merancang eksperimen.

Definisi Blinding

Definisi Blinding Secara Umum

Secara umum, istilah blinding dalam konteks penelitian eksperimen merujuk pada teknik di mana satu atau lebih pihak yang terlibat dalam penelitian (subjek, peneliti, pengamat, analis) tidak diberi tahu atau disamarkan mengenai alokasi kelompok perlakuan atau kontrol atau mengenai perlakuan spesifik yang diterima. Teknik ini digunakan agar subjek atau peneliti tidak terpengaruh oleh pengetahuan tentang perlakuan yang diberikan, sehingga respons atau pengukuran tidak bias oleh ekspektasi atau perilaku yang dipengaruhi. Sebagai contoh, apabila subjek tahu bahwa mereka menerima plasebo atau intervensi aktif, maka sikap, persepsi atau respons fisiologis mereka bisa berbeda, yang dapat mengubah hasil penelitian secara sistematis.

E-journal atau sumber praktis menyebut bahwa “Blinding adalah teknik yang digunakan untuk mengurangi peluang terjadinya bias dalam menentukan status variabel hasil, dengan cara membuat subjek penelitian, pengamat, atau peneliti tidak mengetahui tentang status penunjukan kelompok (yaitu, apakah kelompok perlakuan atau kelompok kontrol).” [Lihat sumber Disini - id.scribd.com]

Definisi Blinding dalam KBBI

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), istilah blinding secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai “pembutaan”, “penyamaran” atau “ketersamaran” dalam konteks penelitian. Pada praktiknya dalam penelitian klinis atau sosial, penyamaran ini berarti subjek atau pihak-lain tidak mengetahui kelompok intervensi atau kontrol yang mereka ikuti. Meskipun KBBI sendiri mungkin tidak menyediakan definisi spesifik untuk “blinding” dalam terminologi penelitian, istilah “pembutaan” atau “penyamaran” dapat dipahami sebagai bagian dari strategi metodologis untuk mengendalikan bias.

Definisi Blinding Menurut Para Ahli

Berikut sejumlah definisi yang dikemukakan oleh para ahli atau buku metodologi penelitian:

  1. Hennekens & Buring dalam buku metodologi menyebut bahwa “pembutaan (blinding) merupakan metode dalam uji klinis di mana peserta tidak tahu siapa yang mengambil pengobatan eksperimental, pengobatan standar (kontrol), atau place­bo. Jika subjek mengetahui bahwa dia mendapatkan intervensi sesungguhnya atau hanya plasebo, maka sadar atau tidak, respons subjek dapat dipengaruhi oleh pengetahuan tersebut.” [Lihat sumber Disini - id.scribd.com]
  2. Buku panduan penelitian kuantitatif menyatakan bahwa: “Penelitian eksperimen/uji klinis dengan teknik randomisasi akan lebih besar kualitasnya jika dalam pengukurannya dilakukan pembutaan (blinding) … Terdapat tiga jenis pembutaan yaitu single blind, double blind, dan triple blind.” [Lihat sumber Disini - metopidfkmunsri.blogspot.com]
  3. Dalam buku “Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif: Teori dan Praktik”, disebutkan bahwa blinding adalah bagian dari prosedur untuk menangani bias sosial/psikologis sehingga perubahan yang diukur benar-benar efek dari perlakuan dan bukan karena pengaruh eksternal atau interaksi peneliti-subjek. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
  4. Sebuah artikel populer menyebut: “Blinding adalah teknik yang digunakan untuk mengurangi bias di pihak peneliti maupun partisipan. Dalam beberapa penelitian, peserta tidak diberi tahu ke kelompok mana mereka ditugaskan.” [Lihat sumber Disini - info.populix.co]

Dari definisi-definisi di atas, dapat digarisbawahi bahwa tujuan utama blinding adalah mengurangi bias , baik bias dari subjek (participant bias), pengamat (observer bias), maupun analis data (analyst bias) , sehingga hasil eksperimen memiliki validitas lebih tinggi.

Jenis-Jenis Blinding dalam Eksperimen

Dalam praktik penelitian,terutama penelitian intervensi/klinis,blinding dibedakan berdasarkan siapa saja yang “dibuat tidak tahu” (masked) tentang alokasi atau perlakuan yang diberikan. Berikut jenis-jenis umum blinding:

  1. Single Blind
    Pada single blind, hanya satu pihak yang tidak mengetahui alokasi kelompok perlakuan atau kontrol. Umumnya, pihak yang “tidak tahu” adalah subjek penelitian. Artinya, peserta eksperimen tidak mengetahui apakah mereka menerima intervensi aktif atau kontrol/plasebo, tetapi peneliti atau pengamat mungkin mengetahuinya. Dengan demikian, subjek tidak bisa mengubah perilaku atau responsnya berdasarkan pengetahuan bahwa mereka menerima perlakuan nyata atau tidak. [Lihat sumber Disini - id.scribd.com]
  2. Double Blind
    Pada double blind, dua pihak , yaitu subjek dan peneliti (atau pengamat/intervensor) , sama-sama tidak mengetahui alokasi kelompok. Dengan demikian, tidak hanya subjek yang tidak tahu, tetapi juga peneliti yang melakukan pengukuran atau pengamatan tidak tahu siapa yang berada di kelompok intervensi atau kontrol. Hal ini semakin mengurangi potensi bias pengamat maupun perlakuan yang berbeda karena pengetahuan alokasi. [Lihat sumber Disini - metopidfkmunsri.blogspot.com]
  3. Triple Blind
    Triple blind adalah jenis pembutaan di mana tiga pihak atau lebih tidak mengetahui alokasi kelompok,misalnya subjek, peneliti/pengamat, dan analis data atau tim monitoring penelitian. Dengan demikian, baik peserta, pengamat, maupun analis tidak mengetahui siapa yang menerima perlakuan atau kontrol sampai akhir. Hal ini dirancang untuk meminimalkan bias pada semua tahap , implementasi, pengukuran, analisis. [Lihat sumber Disini - id.scribd.com]
  4. (Tingkat tambahan / variasi)
    Dalam beberapa literatur terdapat juga istilah lain atau variasi seperti “open-label” (tidak ada pembutaan sama sekali), “observer-blind” (pengamat saja tidak tahu), “participant-blind” (hanya subjek yang dibutakan) dan sebagainya. Meskipun istilah tersebut tidak selalu digunakan dalam semua bidang penelitian, prinsip dasarnya tetap sama: menyembunyikan pengetahuan tertentu agar bias berkurang.

Mengapa jenis-jenis tersebut penting?

  • Semakin banyak pihak yang dibutakan, semakin kecil kemungkinan bahwa pengetahuan alokasi akan mempengaruhi perilaku subjek maupun pengamat dan hasil pengukuran.
  • Double blind dan triple blind dianggap sebagai standar emas dalam banyak uji klinis karena potensi bias yang sangat diminimalkan.
  • Namun, tidak semua penelitian dapat menerapkan triple blind karena keterbatasan praktis, etis, atau logistik (misalnya intervensi bedah, fisioterapi, edukasi yang jelas diketahui subjek). Dalam kondisi tersebut, peneliti harus mengevaluasi jenis blinding yang feasibel dan menyebut keterbatasannya.

Contoh Penerapan Blinding dalam Eksperimen

Berikut beberapa contoh penerapan blinding dalam konteks eksperimen untuk membantu memahami aplikasi praktisnya:

  1. Penelitian klinis obat
    Misalkan penelitian uji efektivitas obat baru terhadap penyakit X. Subjek dibagi secara acak ke dalam kelompok A (menerima obat baru) dan kelompok B (menerima plasebo). Jika penelitian menggunakan double blind, maka baik peserta maupun dokter/peneliti yang memberikan obat tidak tahu siapa mendapat obat baru dan siapa mendapat plasebo sampai studi selesai. Ini untuk memastikan bahwa persepsi peserta (misalnya efek plasebo atau harapan) dan sikap dokter (misalnya berbeda perlakuan terhadap kelompok) tidak mempengaruhi hasil akhir.
  2. Penelitian edukasi atau intervensi non-farmakologis
    Contoh: suatu penelitian yang menguji efektivitas modul edukasi gizi terhadap perubahan kadar hemoglobin pada remaja putri. Walaupun edukasi sangat sulit dibutakan secara penuh (peserta akan tahu bahwa mereka diberi edukasi), peneliti dapat menggunakan pengukur outcome yang dibutakan (analisis data oleh orang yang tidak tahu kelompok) atau pengamat yang tidak tahu kelompok peserta kapan atau bagaimana edukasi diberikan. Misalnya: “Kelompok intervensi mendapatkan edukasi gizi + lembar kerja, kelompok kontrol tidak mendapat edukasi tambahan.” Penelitian kemudian menggunakan pengamat yang tidak tahu siapa yang mendapat intervensi saat melakukan pengukuran kadar Hb atau kuesioner. Teknik ini membantu meminimalkan bias pengukuran.
  3. Penelitian dalam bidang psikologi atau perilaku
    Contoh: suatu studi yang menguji pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pasca-operasi. Subjek dapat dibutakan terhadap jenis teknik yang diberikan (misalnya teknik A atau teknik B yang terlihat serupa), dan pengamat yang mengukur nyeri tidak diberitahu kelompok mana yang menerima teknik A atau B. Dengan demikian, pengukuran nyeri tidak dipengaruhi oleh pengamat yang tahu kelompok mana yang kemungkinan lebih baik.
  4. Tantangan dan adaptasi blinding
    Dalam banyak penelitian sosial/pendidikan, blinding penuh mungkin tidak memungkinkan (misalnya ketika peserta tahu sedang diberi program ekstra). Dalam kondisi tersebut, peneliti harus menyebut keterbatasan blinding dan menerapkan prosedur alternatif seperti pengukuran yang dibutakan, analisis data yang dibutakan, atau kontrol bias lainnya. Misalnya dalam buku metodologi disebut bahwa prosedur concealment (penyembunyian alokasi sebelum perlakuan) merupakan pelengkap penting bersama blinding untuk meningkatkan validitas. [Lihat sumber Disini - metopidfkmunsri.blogspot.com]

Kesimpulan

Teknik blinding (pembutaan) merupakan elemen krusial dalam desain penelitian eksperimen karena berfungsi meminimalkan berbagai bentuk bias yang dapat merusak validitas internal hasil penelitian. Definisi blinding mencakup menyembunyikan alokasi kelompok perlakuan atau kontrol dari satu atau lebih pihak dalam penelitian,subjek, pengamat, peneliti, atau analis. Dalam praktiknya, blinding dibedakan dalam jenis-jenis seperti single blind, double blind, dan triple blind, dengan semakin banyak pihak yang dibutakan makin tinggi potensi pengendalian biasnya. Namun, implementasi blinding juga harus mempertimbangkan aspek praktis dan etis, terutama dalam penelitian di mana penyamaran penuh sulit dilakukan. Dengan memahami definisi, jenis, dan contoh penerapan blinding, peneliti dapat merancang eksperimen yang lebih kokoh, interpretable, dan dapat dipercaya.

 

Artikel ini ditulis dan disunting oleh tim redaksi SumberAjar.com berdasarkan referensi akademik Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Blinding adalah teknik dalam penelitian eksperimen yang bertujuan menyembunyikan informasi tentang kelompok perlakuan atau kontrol dari satu atau lebih pihak (seperti peserta, peneliti, atau analis) agar hasil penelitian tidak bias dan lebih objektif.

Jenis blinding terdiri dari single blind (peserta tidak tahu perlakuan yang diterima), double blind (peserta dan peneliti sama-sama tidak tahu alokasi perlakuan), dan triple blind (peserta, peneliti, serta analis data semuanya tidak mengetahui alokasi kelompok).

Tujuan blinding adalah mengurangi kemungkinan bias dari peserta atau peneliti yang dapat memengaruhi hasil penelitian. Dengan cara ini, data yang diperoleh lebih valid dan hasilnya lebih dapat dipercaya.

Contoh penerapan blinding misalnya pada uji klinis obat, di mana peserta dan dokter tidak mengetahui siapa yang mendapat obat asli atau plasebo sampai penelitian selesai. Hal ini mencegah bias dalam perilaku atau penilaian terhadap efek obat.

Single blind berarti hanya peserta yang tidak mengetahui perlakuan yang diterima, sedangkan double blind berarti baik peserta maupun peneliti yang berinteraksi dengan peserta tidak mengetahui perlakuan yang diberikan, sehingga bias dapat diminimalkan secara lebih luas.