Terakhir diperbarui: 05 November 2025

Citation (APA Style):
Davacom. (2025, 27 October 2025). Cross Sectional: Definisi, Karakteristik, dan Contoh Penelitian. SumberAjar. Retrieved 12 November 2025, from https://sumberajar.com/kamus/cross-sectional-definisi-karakteristik-dan-contoh-penelitian 

Kamu menggunakan Mendeley? Add entry manual di sini.

Cross Sectional: Definisi, Karakteristik, dan Contoh Penelitian - SumberAjar.com

Cross Sectional: Definisi, Karakteristik, dan Contoh Penelitian

Pendahuluan

Penelitian dalam bidang ilmu sosial, kesehatan, maupun pendidikan seringkali menggunakan berbagai jenis rancangan untuk memperoleh data yang relevan dengan tujuan kajiannya. Salah satu rancangan yang umum digunakan adalah rancangan potong-lintang atau dikenal dengan istilah cross ­sectional. Rancangan ini memungkinkan peneliti untuk menangkap gambaran suatu fenomena pada satu titik waktu tertentu, tanpa melakukan pengamatan ulang di masa mendatang. Rancangan ini menjadi pilihan yang praktis dalam banyak situasi karena waktu pelaksanaannya relatif singkat dan biaya bisa lebih terkendali. Namun demikian, rancangan ini juga memiliki sejumlah keterbatasan metodologis yang perlu dipahami agar hasil penelitian dapat diinterpretasikan dengan tepat.
Dalam artikel ini, akan dibahas secara mendalam mengenai definisi rancangan penelitian cross sectional, mulai dari pengertian umum, definisi dalam KBBI, hingga pandangan para ahli. Selanjutnya dibahas karakteristik rancangan ini serta contoh-contoh penelitian yang menggunakan rancangan cross sectional untuk memberikan gambaran aplikatif. Akhirnya, artikel ditutup dengan kesimpulan yang merangkum poin-kunci penting yang harus diingat oleh peneliti atau mahasiswa yang hendak menggunakan rancangan ini.

Definisi Cross Sectional

Definisi Cross Sectional Secara Umum

Rancangan penelitian cross sectional (atau kadang disebut “potong-lintang”) merupakan jenis rancangan observasional di mana data dikumpulkan dari subjek penelitian hanya sekali pada satu titik waktu atau dalam periode yang sangat terbatas, kemudian dianalisis untuk melihat hubungan antara variabel-variabel yang ada. Sebagai contoh, dalam kajian sosial, peneliti dapat mengukur variabel seperti tingkat kepuasan kerja dan tingkat stres kerja pada sejumlah karyawan pada satu waktu tatkala pengumpulan data; kemudian menganalisis apakah terdapat hubungan antara kepuasan kerja dengan tingkat stres tersebut.
Menurut sumber internasional, “In a cross-sectional study, the investigator measures the outcome and the exposures in the study participants at the same time.” [Lihat sumber Disini] Sedangkan menurut situs populer: “Cross-sectional study adalah penelitian yang mengumpulkan data pada satu titik waktu tertentu dari berbagai subjek yang berbeda.” [Lihat sumber Disini]
Lebih jauh, rancangan ini sering digunakan untuk memetakan prevalensi suatu fenomena dalam populasi tertentu atau melihat korelasi antar variabel pada saat tertentu. Sebagai gambaran, studi di bidang epidemiologi, pendidikan, kesehatan masyarakat, maupun sosial ekonomi cukup banyak menggunakan rancangan cross sectional karena kesederhanaannya. [Lihat sumber Disini]
Dengan demikian, secara umum rancangan cross sectional dapat diartikan sebagai: rancangan penelitian observasional yang mengamati satu kelompok atau lebih pada satu titik waktu, mengukur variabel-bebas dan variabel-terikat secara bersamaan, dan mengevaluasi hubungan antar variabel untuk menggambarkan kondisi saat itu.

Definisi Cross Sectional dalam KBBI

Kami telah mencari di KBBI daring, namun untuk istilah “cross‐sectional” dalam konteks penelitian, KBBI belum mencantumkan secara spesifik artinya dalam metodologi penelitian (hasil pencarian kami tidak menemukan entri terpisah untuk istilah “cross‐sectional” dalam konteks akademik). Oleh karena itu, definisi KBBI yang tepat untuk istilah “potong-lintang” atau “lintas seksional” secara harfiah adalah sulit ditemukan.
Sebagai gantinya, kita bisa menggunakan definisi yang mendekati makna dalam Bahasa Indonesia misalnya “potong-lintang” untuk menggambarkan “melihat secara potong sepanjang satu waktu/sekali”. Meski demikian, bagi artikel ini kita catat bahwa tidak tersedia definisi resmi istilah “cross sectional” dalam KBBI yang spesifik terkait rancangan penelitian.

Definisi Cross Sectional Menurut Para Ahli

Berikut beberapa pandangan ahli/sumber ilmiah yang mendefinisikan rancangan cross sectional secara eksplisit:

  1. Menurut Muhammad Notoatmodjo: “Cross Sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari faktor-faktor risiko dan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus.” [Lihat sumber Disini]
  2. Menurut sumber dari modul metodologi penelitian kesehatan: “Rancangan penelitian cross-sectional … merupakan suatu penelitian yang mempelajari korelasi antara paparan atau faktor risiko (independen) dengan akibat atau efek (dependen), dengan pengumpulan data dilakukan bersamaan secara serentak dalam satu waktu antara faktor risiko dengan efeknya (point time approach).” [Lihat sumber Disini]
  3. Menurut sumber yang membandingkan rancangan penelitian: “Studi cross-sectional mencakup semua jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali pada satu saat.” [Lihat sumber Disini]
  4. Menurut sumber lain: “Cross-sectional study is a type of research design in which researchers collect data from many different individuals at a single point in time… Researchers observe variables without influencing them.” [Lihat sumber Disini]
    Berdasarkan definisi-definisi tersebut, bisa disimpulkan bahwa rancangan cross sectional memiliki ciri-kunci: pengukuran satu kali, pengumpulan data bersamaan, mengamati variabel bebas dan terikat secara simultan, dan digunakan untuk melihat gambaran kondisi populasi saat itu serta hubungan antar variabel.

Karakteristik Rancangan Cross Sectional

Dalam penerapannya, rancangan cross sectional memiliki sejumlah karakteristik khas yang membedakannya dari jenis penelitian lainnya (misalnya kohort, eksperimental, atau longitudinal). Berikut uraian karakteristik-karakteristik tersebut:

  1. Pengumpulan data pada satu titik waktu (or very short period)
    Rancangan cross sectional memusatkan pengukuran variabel pada satu waktu tertentu. Artinya, peneliti tidak melakukan pengukuran berulang dalam jangka panjang terhadap subjek yang sama. [Lihat sumber Disini]
    Sebagai contoh, penelitian berlangsung selama periode beberapa minggu untuk mengumpulkan data, namun perlakuan atau pengukuran tidak diulang setelah jangka waktu yang panjang.
  2. Tidak ada tindak lanjut (follow-up) terhadap subjek
    Karena data dikumpulkan hanya sekali, rancangan ini tidak mempelajari perubahan dalam variabel seiring waktu (tidak melihat sebelum-sesudah atau perkembangan). [Lihat sumber Disini]
    Ini berarti rancangan ini tidak cocok untuk menjawab pertanyaan tentang “bagaimana perubahan (trend)” atau “apa sebab timbulnya akibat dari waktu ke waktu”.
  3. Bersifat observasional (tanpa intervensi) dan seringkali kuantitatif
    Peneliti hanya mengamati dan mengukur variabel yang ada tanpa melakukan manipulasi perlakuan terhadap subjek penelitian. Rancangan ini sering digunakan dalam survey atau kuesioner. [Lihat sumber Disini]
    Sebagai contoh: survei kesehatan masyarakat yang mengukur prevalensi penyakit dan faktor risiko secara bersamaan.
  4. Mengukur variabel bebas dan variabel terikat pada waktu yang sama
    Dalam rancangan analytic cross sectional, variabel independen (misalnya faktor risiko) dan variabel dependen (misalnya hasil) diukur bersamaan. [Lihat sumber Disini]
    Karena pengukuran simultan ini, rancangan ini memungkinkan analisis korelasi antara variabel-variabel tersebut, tetapi seringkali tidak memungkinkan penentuan arah sebab-akibat yang kuat.
  5. Cocok untuk mengestimasi prevalensi atau gambaran populasi
    Salah satu kekuatan rancangan ini adalah kemampuannya untuk memberikan gambaran seketika (snapshot) dari kondisi suatu populasi, seperti prevalensi penyakit, sikap, atau karakteristik demografis. [Lihat sumber Disini]
    Contohnya, penelitian yang mengukur proporsi siswa yang mengalami stres dalam satu sekolah pada waktu tertentu.
  6. Relatif cepat dan biaya lebih rendah dibandingkan rancangan longitudinal
    Karena tidak memerlukan pengukuran berulang atau tindak lanjut jangka panjang, rancangan cross sectional lebih praktis untuk dilakukan terutama dalam situasi sumber daya terbatas. [Lihat sumber Disini]
    Namun, kepraktisan ini datang dengan trade-off atau kompromi metodologis.
  7. Keterbatasan dalam menetapkan urutan sebab-akibat dan perubahan waktu
    Karena pengukuran simultan dan tanpa follow-up, sulit untuk memastikan apakah variabel bebas benar-benar mendahului variabel terikat atau sebaliknya. Hal ini menjadi salah satu kelemahan utama rancangan cross sectional. [Lihat sumber Disini]
    Oleh karena itu, hasil penelitian dengan desain ini harus diinterpretasikan dengan hati-hati terutama dalam klaim sebab-akibat.
  8. Mungkin berisiko bias terkait waktu pengambilan data
    Karena data hanya dikumpulkan pada satu titik waktu, kondisi yang diukur mungkin bersifat sementara atau tidak representatif untuk periode panjang. [Lihat sumber Disini]
    Peneliti perlu memperhatikan bahwa “snapshot” tersebut mencerminkan waktu pengukuran dan bisa dipengaruhi oleh kondisi spesifik saat itu.

Dari karakteristik-karakteristik di atas, peneliti yang memilih rancangan cross sectional harus mempertimbangkan apakah tujuan penelitian lebih kepada menggambarkan kondisi saat ini dan hubungan antar variabel, atau justru ingin mengeksplorasi perubahan, dinamika, atau kausalitas jangka panjang   jika yang terakhir maka mungkin rancangan lain seperti longitudinal lebih tepat.

Contoh Penelitian dengan Desain Cross Sectional

Berikut diberikan contoh-contoh konkret dari penelitian yang menggunakan desain cross sectional di Indonesia, agar lo bisa melihat bagaimana rancangan ini diaplikasikan.

Contoh 1: Penelitian oleh Jurnal KESMAS Volume 10 No. 8 (Agustus 2021) yang mengangkat “hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan COVID-19 di Kelurahan Sagerat Kecamatan Matuari Kota Bitung”. Penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional dan dilakukan dari April–Juni 2021. [Lihat sumber Disini]

Contoh 2: Penelitian dalam bidang kebidanan dalam artikel “DESAIN CROSS SECTIONAL BAGI PENELITIAN BIDANG …” yang menjelaskan bahwa dalam studi cross sectional analitik, observasi variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek) dilakukan sekali dan dalam waktu yang bersamaan. [Lihat sumber Disini]

Contoh 3: Sebuah penelitian yang menyebutkan: “Jenis penelitian yaitu analitik observasional dengan menggunakan desain cross sectional … variabel-independen dan variabel-dependen dinilai secara simultan pada satu waktu sehingga tidak ada tindak lanjut (Nursalam, 2013).” [Lihat sumber Disini]

Contoh 4: Dalam konteks pendidikan, penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi siswa selama pembelajaran daring pada masa pandemi COVID-19 di SD Kanisius Jetis Depok, Yogyakarta tahun 2021. [Lihat sumber Disini]
Dari contoh-contoh tersebut bisa dilihat bahwa rancangan cross sectional banyak digunakan dalam penelitian kuantitatif survei yang menilai hubungan antar variabel pada waktu tertentu dan seringkali dalam konteks kesehatan, pendidikan, sosial.

Kesimpulan

Rancangan penelitian cross sectional merupakan pilihan metodologis yang berguna ketika peneliti ingin memperoleh gambaran saat ini (snapshot) dari populasi atau sampel, serta ingin menganalisis hubungan antar variabel tanpa melakukan pengukuran ulang dalam jangka waktu. Rancangan ini punya sejumlah keunggulan seperti waktu pelaksanaan yang relatif cepat dan biaya yang lebih terkendali namun juga punya keterbatasan signifikan, terutama dalam hal menetapkan urutan sebab-akibat dan perubahan waktu variabel.

Ketika memilih rancangan cross sectional, peneliti harus memastikan bahwa tujuan penelitian sesuai: jika fokusnya adalah memahami kondisi sekarang dan korelasi antar variabel maka desain ini sangat sesuai; tetapi jika penelitian bertujuan menilai perubahan dari waktu ke waktu atau kausalitas, maka rancangan lain seperti kohort atau eksperimental mungkin lebih tepat.

Dalam praktiknya, contoh-contoh penelitian di Indonesia memperlihatkan bagaimana rancangan cross sectional diaplikasikan dalam berbagai bidang kesehatan masyarakat, pendidikan, sosial yang bisa menjadi referensi bagi mahasiswa dan dosen. Sebagai penutup, penting bagi peneliti untuk menjelaskan secara transparan dalam laporan penelitian bahwa desain yang digunakan adalah cross-sectional, menjelaskan batasan-batasannya, dan menginterpretasikan hasil dengan sensitif terhadap konteks metodologis.

 

Artikel ini ditulis dan disunting oleh tim redaksi SumberAjar.com berdasarkan referensi akademik Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Penelitian cross sectional adalah desain penelitian observasional yang mengumpulkan data dari responden hanya satu kali pada satu waktu tertentu untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan terikat tanpa tindak lanjut jangka panjang.

Penelitian cross sectional memiliki karakteristik antara lain pengumpulan data satu kali, tidak ada tindak lanjut (follow-up), bersifat observasional, mengukur variabel bebas dan terikat secara bersamaan, serta sering digunakan untuk menggambarkan prevalensi suatu fenomena pada waktu tertentu.

Kelebihan penelitian cross sectional yaitu lebih cepat, biaya rendah, dan mudah dilakukan. Kekurangannya adalah tidak dapat menentukan hubungan sebab-akibat dan tidak menggambarkan perubahan variabel dari waktu ke waktu.

Contohnya adalah penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan COVID-19 di Kota Bitung tahun 2021, yang menggunakan pendekatan survei analitik dengan desain cross sectional.

Desain cross sectional sebaiknya digunakan ketika tujuan penelitian adalah menggambarkan kondisi populasi pada satu waktu tertentu atau menganalisis hubungan antar variabel tanpa memerlukan pengamatan berulang.