Terakhir diperbarui: 07 November 2025

Citation (APA Style):
Davacom. (2025, 7 November 2025). Cross Cultural Research: Definisi, Tujuan, dan Contoh Penerapan. SumberAjar. Retrieved 12 November 2025, from https://sumberajar.com/kamus/cross-cultural-research-definisi-tujuan-dan-contoh-penerapan 

Kamu menggunakan Mendeley? Add entry manual di sini.

Cross Cultural Research: Definisi, Tujuan, dan Contoh Penerapan - SumberAjar.com

Cross Cultural Research: Definisi, Tujuan, dan Contoh Penerapan

Pendahuluan

Di era globalisasi saat ini, interaksi antarbudaya menjadi semakin intens dan kompleks. Fenomena migrasi, globalisasi ekonomi dan teknologi, serta pertukaran informasi antarnegara menjadikan kajian mengenai perbedaan budaya dan bagaimana budaya-budaya tersebut saling mempengaruhi semakin relevan. Salah satu pendekatan yang muncul dalam ranah ilmiah ­, khususnya dalam sosial sains, antropologi, psikologi dan komunikasi ­, adalah penelitian lintas budaya atau yang sering disebut “cross-cultural research”. Dengan memahami bagaimana budaya berbeda berinteraksi, saling mempengaruhi, dan membentuk perilaku manusia atau sistem sosial, para peneliti dapat menyumbangkan wawasan penting mengenai toleransi, adaptasi, kerjasama, dan fragmentasi antarbudaya. Artikel ini akan membahas secara komprehensif: definisi penelitian lintas budaya, tujuan dari penelitian tersebut, serta contoh‐penerapannya dalam konteks empiris.

Definisi Cross Cultural Research

Definisi Cross Cultural Research Secara Umum

Penelitian lintas budaya atau cross cultural research secara umum dapat diartikan sebagai upaya sistematis untuk membandingkan, menguji atau menjelaskan fenomena sosial, budaya, psikologis atau perilaku di antara dua atau lebih kelompok budaya yang berbeda. Dalam makna ini, penelitian tidak hanya melihat satu budaya saja, tetapi memfokuskan pada hubungan, perbedaan, atau interaksi antarbudaya. Sebagai contoh, sebuah kajian yang membandingkan nilai-nilai sosial antara masyarakat kolektivistik dan individualistik termasuk dalam ranah ini. Sebagaimana dirangkum dalam makalah “What is Cross-Cultural Research?” bahwa analisis lintas budaya digunakan “to describe the range and distribution of cultural variation … and to test the hypotheses and theories that are proposed to explain the variation recorded”. [Lihat sumber Disini - pdfs.semanticscholar.org] Dalam konteks Indonesia, makalah oleh Pardede menyebut bahwa penelitian lintas budaya “merupakan kajian dalam berbagai bidang ilmu yang dilakukan dengan cara membandingkan berbagai unsur beberapa kebudayaan” atau “kajian … tentang berbagai bentuk interaksi antara individu‐individu dari berbagai kelompok budaya yang berbeda.” [Lihat sumber Disini - parlindunganpardede.wordpress.com]

Definisi Cross Cultural Research dalam KBBI

Sampai saat ini, istilah “cross cultural research” belum memiliki entri tersendiri secara eksplisit dalam versi daring Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Namun, kita dapat memaknai terjemahannya dari unsur kata: “cross” (melintas), “cultural” (budaya), “research” (penelitian). Oleh karena itu, secara terminologis dapat diartikan sebagai “penelitian yang melintasi budaya”, yaitu penelitian yang melibatkan satu atau lebih budaya berbeda dalam satu proses ilmiah. Karena tidak ditemukan definisi terpisah yang tercantum dalam KBBI daring, sumber‐primer seperti artikel ilmiah lebih sering dijadikan acuan.

Definisi Cross Cultural Research Menurut Para Ahli

Berikut beberapa definisi dari para ahli yang relevan:

  1. Carol R. Ember dan Melvin Ember menyebut dalam konteks penelitian lintas budaya bahwa istilah cross-cultural dapat diterapkan secara bebas terhadap sesuatu yang merujuk pada “apapun mengenai perbandingan tentang perbedaan-perbedaan kebudayaan” dan bahwa riset lintas budaya tertarik pada sebab dan akibat dari keragaman budaya yang melintasi domain luas. [Lihat sumber Disini - media.neliti.com]
  2. Menurut sebuah makalah “Penelitian Lintas Budaya” oleh Utami, cross-cultural adaptation (adaptasi lintas budaya) meliputi proses ketika individu dari satu budaya berpindah atau berinteraksi dengan budaya berbeda, dan hal ini terkait dengan perubahan dan penyesuaian budaya. [Lihat sumber Disini - media.neliti.com]
  3. Menurut Pardede, dalam konteks kajian lintas budaya: “Istilah ‘cross-cultural studies’ muncul … sebagai studi komparatif … kemudian memperoleh perluasan makna menjadi hubungan interaktif antar individu dari dua atau lebih kebudayaan yang berbeda.” [Lihat sumber Disini - parlindunganpardede.wordpress.com]
  4. Dalam artikel “Cross Culture of Religion Sebagai Modal Sosial dalam …” Aji (2024) mengutip bahwa istilah cross-cultural “dapat diterapkan secara bebas kepada sesuatu yang merujuk pada apapun mengenai perbandingan perbedaan‐perbedaan kebudayaan”. [Lihat sumber Disini - journal.lasigo.org]

Dari uraian‐uraian di atas, maka dapat dirumuskan: penelitian lintas budaya adalah penelitian ilmiah yang secara sistematis mengkaji fenomena sosial, perilaku atau budaya dengan memanfaatkan perbandingan atau interaksi antara dua atau lebih kelompok budaya berbeda, dengan tujuan memahami variasi, persamaan, sebab-akibat atau mekanisme perubahan antarbudaya.

Tujuan Cross Cultural Research

Penelitian lintas budaya memiliki sejumlah tujuan yang penting, baik secara teoretis maupun praktis. Berikut uraian beberapa tujuan utama:

  1. Menguji keumuman atau kekhususan teori. Dengan membandingkan fenomena antarbudaya, peneliti dapat mengetahui apakah teori yang dikembangkan dalam satu budaya berlaku universal ataukah terbatas pada satu budaya saja. Hal ini penting agar ilmu sosial tidak hanya “budaya‐sentris”.
  2. Menjelaskan variasi budaya dalam perilaku, nilai, norma atau sistem sosial. Misalnya mengapa masyarakat A lebih kolektivistik sedangkan masyarakat B lebih individualistik; mengapa sistem komunikasi antarbudaya dapat berbeda hasilnya di dua konteks budaya.
  3. Mengidentifikasi sebab dan akibat dalam konteks lintas budaya. Penelitian lintas budaya memungkinkan peneliti untuk melihat bagaimana faktor budaya mempengaruhi variabel sosial, psikologis atau organisasi, serta bagaimana budaya memoderasi atau memfasilitasi hubungan antar variabel. Sebagai contoh, penelitian dapat menunjukkan bahwa dalam budaya dengan jarak kuasa (power distance) tinggi, cara komunikasi manajerial berbeda.
  4. Membantu praktik‐adaptasi, koeksistensi dan kerjasama antarbudaya. Karena dunia semakin global dan multikultural, riset ini mendukung upaya memahami tantangan dan peluang dalam interaksi antarbudaya, seperti di organisasi internasional, komunitas migran, pendidikan multikultural, dan sebagainya. Sebagaimana dikatakan dalam kajian oleh Putra bahwa perspektif silang‐budaya utama adalah “meminimalisir konflik dan membangun koeksistensi atau sikap keterbukaan” terhadap yang lain. [Lihat sumber Disini - media.neliti.com]
  5. Mengembangkan rekomendasi kebijakan dan praktik yang sesuai dengan konteks budaya. Temuan penelitian lintas budaya sering digunakan untuk merancang intervensi, program pembelajaran, atau strategi manajemen yang mempertimbangkan keragaman budaya. Misalnya, penelitian dalam adaptasi lintas budaya mahasiswa Indonesia di Taiwan menemukan tantangan kultu­ral yang spesifik dan memberikan rekomendasi untuk program pertukaran pelajar. [Lihat sumber Disini - journal.asdkvi.or.id]

Dengan demikian, penelitian lintas budaya bukan hanya bertujuan untuk penambahan pengetahuan ilmiah, tetapi juga untuk mendukung praktik yang inklusif dan adaptif dalam masyarakat yang heterogen budaya.

Contoh Penerapan Cross Cultural Research

Untuk memberikan gambaran nyata, berikut beberapa contoh penerapan penelitian lintas budaya dalam berbagai konteks:

  1. Adaptasi lintas budaya mahasiswa Indonesia di lingkungan asing. Sebuah studi pada peserta program pertukaran mahasiswa Indonesia di Taiwan menemukan bahwa pada tahap awal terdapat stress dan tantangan seperti hambatan bahasa, komunikasi non-verbal, dan sistem pendidikan yang berbeda. Proses adaptasi berlangsung melalui tahapan stres → adaptasi → pertumbuhan. [Lihat sumber Disini - journal.asdkvi.or.id]
  2. Komunikasi lintas budaya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Penelitian oleh Muzakki (2022) membahas masalah komunikasi lintas budaya dalam pembelajaran BIPA, termasuk hambatan budaya dan dampaknya pada proses belajar-mengajar. [Lihat sumber Disini - iscjournal.com]
  3. Pengembangan materi pembelajaran berbasis folklor dan lintas budaya. Sebuah studi menghasilkan materi teks pengayaan berbasis lintas budaya untuk mahasiswa Korea di program BIPA yang disesuaikan dengan konteks budaya Indonesia. [Lihat sumber Disini - ejournal.upi.edu]
  4. Perspektif silang budaya dalam konteks agama. Artikel oleh Putra (2018) menjelaskan bagaimana kajian silang budaya tidak hanya membandingkan budaya, tetapi juga menjadi cara membangun sikap terbuka di antara kelompok budaya/agama berbeda sebagai modal sosial bersama. [Lihat sumber Disini - media.neliti.com]
  5. Kajian perilaku sosial (konformitas) lintas budaya. Penelitian oleh Hanurawan (2023) membahas bagaimana aspek budaya kolektivistik versus individualistik mempengaruhi perilaku konformitas dalam masyarakat yang berbeda budaya. [Lihat sumber Disini - media.neliti.com]

Dari contoh­-contoh di atas, dapat dilihat bahwa penelitian lintas budaya dapat diterapkan pada bidang pendidikan, komunikasi antarbudaya, manajemen organisasi, hingga proses sosial seperti adaptasi budaya dan kerjasama antarbudaya.

Kesimpulan

Penelitian lintas budaya atau cross cultural research adalah pendekatan ilmiah yang sangat relevan di tengah semakin kompleksnya relasi antarbudaya di dunia modern. Secara definitif, penelitian ini mengkaji interaksi, perbandingan atau pengaruh antar budaya dengan tujuan memahami persamaan dan perbedaan, menguji teori, serta mendukung praktik koeksistensi dan kerjasama budaya. Tujuannya mencakup pengembangan pengetahuan, pengujian teori, serta memberikan kontribusi praktis dalam konteks multikultural. Contoh‐penerapannya sangat beragam, mulai dari adaptasi pelajar di lingkungan budaya baru, pembelajaran bahasa berbasis budaya, hingga penelitian organisasi dan sosial. Dengan demikian, pemahaman dan penerapan penelitian lintas budaya menjadi sangat penting untuk menghasilkan riset-yang bukan hanya valid secara akademis, tetapi juga relevan secara sosial dan budaya.

 

Artikel ini ditulis dan disunting oleh tim redaksi SumberAjar.com berdasarkan referensi akademik Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Cross Cultural Research atau penelitian lintas budaya adalah studi ilmiah yang membandingkan dua atau lebih budaya untuk memahami perbedaan, persamaan, serta pengaruh budaya terhadap perilaku dan nilai-nilai manusia.

Tujuan utama penelitian lintas budaya adalah menguji keuniversalan teori, menjelaskan variasi budaya dalam perilaku manusia, serta mendukung adaptasi dan kerjasama antarbudaya dalam masyarakat multikultural.

Contoh penerapan penelitian lintas budaya di Indonesia antara lain studi adaptasi mahasiswa Indonesia di luar negeri, pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), dan penelitian komunikasi antarbudaya di lingkungan pendidikan.

Beberapa ahli yang mendefinisikan penelitian lintas budaya antara lain Carol R. Ember, Melvin Ember, Pardede, dan Aji. Mereka menekankan bahwa penelitian lintas budaya berfokus pada perbandingan serta interaksi antara budaya-budaya yang berbeda.

Penelitian lintas budaya penting karena membantu memahami keragaman nilai dan perilaku manusia, mencegah kesalahpahaman antarbudaya, serta menjadi dasar dalam merancang kebijakan dan strategi yang sensitif terhadap perbedaan budaya.