Konstruksi Teori: Pengertian, Langkah, dan Contoh dalam Penelitian
Pendahuluan
Dalam penelitian ilmiah,baik kuantitatif maupun kualitatif,kerangka teoretis memainkan peran yang sangat penting sebagai landasan pemahaman fenomena yang diteliti. Salah satu komponen utama dalam kerangka teoretis adalah konstruksi teori, yaitu bagaimana teori itu dibangun, dimaknai, dan diaplikasikan dalam penelitian. Dengan memahami konstruksi teori secara mendalam, peneliti tidak hanya akan mampu menjelaskan “apa” dan “bagaimana” fenomena terjadi, tetapi juga “mengapa” hal tersebut bisa terjadi. Artikel ini akan membahas secara komprehensif mengenai pengertian konstruksi teori, mulai dari definisi secara umum, definisi dalam KBBI, hingga definisi menurut para ahli. Setelah itu akan dilanjutkan dengan langkah-langkah dalam membangun konstruksi teori dalam penelitian serta diberikan contoh konkret penerapannya. Dengan demikian diharapkan artikel ini dapat menjadi panduan yang berguna bagi peneliti, mahasiswa, maupun praktisi yang ingin memperkuat kerangka teoretis penelitian mereka.
Definisi Konstruksi Teori
Definisi Konstruksi Teori Secara Umum
Secara umum, istilah “konstruksi teori” merujuk pada proses membangun atau menyusun teori yang terdiri dari konsep-konsep, definisi, proposisi, dan hubungan antar variabel atau fenomena. Teori tersebut dikonstruksi melalui abstraksi, generalisasi, dan hubungan sebab-akibat dari berbagai temuan empiris dan pemikiran konseptual. Sebagai contoh, sebuah kajian menyebut bahwa “struktur teori adalah representasi abstrak dari sejumlah konsep yang disepakati melalui definisi-definisi. Konsep ini merupakan hasil dari abstraksi dari berbagai macam temuan empiris…” [Lihat sumber Disini - ojs.daarulhuda.or.id] Dalam konteks penelitian sosial, konstruksi teori juga dapat dipahami sebagai kerangka konseptual yang memandu penelitian dalam menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan fenomena. [Lihat sumber Disini - jurnal.penerbitdaarulhuda.my.id]
Definisi Konstruksi Teori dalam KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “konstruksi” diartikan sebagai susunan atau bangunan; sedangkan “teori” diartikan sebagai seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis untuk menjelaskan suatu fenomena. Dengan demikian, “konstruksi teori” dapat diartikan sebagai susunan atau bangunan teori yang disusun secara sistematis untuk menjelaskan suatu fenomena. Untuk memperjelas, dalam bidang komunikasi misalnya, disebut bahwa konstruksi adalah “suatu konsep, yakni abstraksi sebagai generalisasi dari hal-hal yang khusus, yang dapat diamati…” [Lihat sumber Disini - digilib.uinsa.ac.id] Meskipun demikian, KBBI secara spesifik tidak mencantumkan kata “konstruksi teori” sebagai satu entitas, sehingga interpretasi semacam ini adalah hasil dari penggabungan makna kedua kata tersebut.
Definisi Konstruksi Teori Menurut Para Ahli
Berikut beberapa definisi dari para ahli mengenai konstruksi teori dalam penelitian:
- Kerlinger memperkenalkan teori sebagai “suatu kumpulan variabel yang saling berhubungan, definisi‐definisi, proposisi‐proposisi yang memberikan pandangan yang sistematis tentang fenomena dengan mempesifikasikan relasi‐relasi di antara beragam variabel…” [Lihat sumber Disini - jurnal.penerbitdaarulhuda.my.id]
- Cooper & Schinder (2003) menyebut teori sebagai “seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang tersusun secara sistematis sehingga, dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.” [Lihat sumber Disini - jurnal.penerbitdaarulhuda.my.id]
- Menurut kajian oleh Halimatus Sa’diyah & Moh. Rafiuddin (2025), dalam penelitian kualitatif konstruksi teori adalah proses di mana teori tidak hanya digunakan sebagai kerangka awal tetapi juga sebagai hasil dari penelitian: “Pengembangan teori dalam penelitian kualitatif bergantung pada kualitas data … teori tidak hanya berfungsi sebagai alat analisis, tetapi juga sebagai hasil yang dihasilkan dari penelitian itu sendiri.” [Lihat sumber Disini - ejournal.staimnglawak.ac.id]
- Dalam kajian oleh R. Rahmawati, Marilang, & M. Hajir Nonci (2024) dijelaskan bahwa “struktur teori adalah representasi abstrak dari sejumlah konsep yang disepakati melalui definisi‐definisi… konsep ini merupakan hasil dari abstraksi dari berbagai macam temuan empiris…” [Lihat sumber Disini - ojs.daarulhuda.or.id]
Dari keempat definisi di atas dapat ditarik benang merah bahwa konstruksi teori adalah aktivitas ilmiah yang melibatkan: konsep, definisi, proposisi, hubungan antar‐variabel, dan proses abstraksi dari empiris ke konseptual. Dengan demikian, peneliti harus memperhatikan bahwa teori yang dikonstruksi tidak hanya bersifat formal tetapi juga memiliki relevansi terhadap fenomena yang diteliti.
Langkah-Langkah dalam Konstruksi Teori dalam Penelitian
Dalam penelitian, terutama penelitian ilmiah, membangun konstruksi teori memerlukan langkah-langkah sistematis agar kerangka teoretis yang dihasilkan valid, koheren, dan dapat dipertanggungjawabkan. Berikut langkah-langkah umum yang dapat diikuti:
- Identifikasi fenomena dan masalah penelitian.
Sebelum teori dikonstruksi, peneliti harus terlebih dahulu mengenali fenomena yang akan diteliti dan merumuskan masalah secara jelas. Misalnya, apa yang terjadi, siapa yang terlibat, kapan/di mana fenomena berlangsung, dan mengapa fenomena itu penting untuk diteliti. - Kajian literatur dan konsep-utama.
Setelah masalah teridentifikasi, peneliti melakukan telaah pustaka yang mendalam untuk mengumpulkan konsep-konsep, definisi, teori sebelumnya, dan penelitian terdahulu yang relevan. Melalui kajian ini, peneliti dapat menentukan variabel atau kategori yang potensial. Sebagai contoh, dalam penelitian kualitatif disebut bahwa “teori tidak hanya sebagai alat analisis tetapi juga sebagai hasil … peneliti harus memastikan bahwa data yang diperoleh memiliki konteks yang lengkap dan relevan…” [Lihat sumber Disini - ejournal.staimnglawak.ac.id] - Abstraksi dan pengembangan konsep.
Dengan mengumpulkan banyak data dan literatur, peneliti kemudian melakukan abstraksi, yakni menyaring esensi dari fenomena/temuan empiris menjadi konsep yang lebih umum. Sebagai contoh, “struktur teori adalah representasi abstrak dari sejumlah konsep yang disepakati…” [Lihat sumber Disini - ojs.daarulhuda.or.id] - Formulasi definisi operasional dan proposisi.
Setelah konsep utama terbentuk, peneliti menyusun definisi operasional dari setiap konsep agar dapat diukur atau dijelaskan dalam penelitian. Selanjutnya, hubungan antar konsep dituangkan dalam proposisi atau hipotesis (jika penelitian kuantitatif) atau pertanyaan dan hubungan logis (jika kualitatif). - Membangun kerangka teoritis atau kerangka konseptual.
Proses selanjutnya adalah menyusun kerangka teoritis yang menggambarkan bagaimana konsep-konsep tersebut saling berhubungan. Kerangka ini dapat berupa diagram, model, atau narasi yang menjelaskan arah hubungan antar variabel atau kategori. - Verifikasi relevansi teori dengan data atau konteks penelitian.
Peneliti harus memastikan bahwa teori yang dikonstruksi relevan dengan konteks penelitian. Dalam penelitian kualitatif, misalnya, teori dapat muncul sebagai hasil dari analisis data (induktif) dan harus mendapatkan “kesesuaian” dengan realitas lapangan. [Lihat sumber Disini - ejournal.staimnglawak.ac.id] - Refleksi, revisi, dan pemantapan teori.
Teori bukanlah sesuatu yang statis. Dalam proses penelitian, melalui analisis data dan pembahasan, teori bisa direvisi, diperkuat, atau bahkan ditolak. Makanya konstruksi teori memerlukan refleksi kritis dan pemantapan agar teori yang dihasilkan memiliki kualitas. - Penerapan dalam penelitian dan penulisan.
Langkah terakhir adalah menggunakan kerangka teori yang telah dibangun sebagai landasan dalam analisis data, interpretasi hasil penelitian, dan penulisan laporan penelitian. Dengan demikian, seluruh proses penelitian berjalan berdasarkan “bangunan teori” yang telah direncanakan.
Langkah-langkah tersebut di atas dapat digunakan baik dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif, meskipun ada perbedaan dalam pendekatan dan penerapannya (misalnya induktif di kualitatif, deduktif di kuantitatif). Peneliti harus memilih pendekatan yang sesuai dengan jenis penelitian, paradigma yang digunakan, dan fenomena yang diteliti.
Contoh Konstruksi Teori dalam Penelitian
Untuk menggambarkan bagaimana konstruksi teori diterapkan dalam penelitian, berikut contoh nyata yang diadaptasi dari penelitian di Indonesia.
Contoh: Penelitian berjudul “Konstruksi Teori dalam Pengorganisasian Pembelajaran PAI Berbasis Digital” oleh Munawir Saharuddin dkk (2025) menelaah bagaimana pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) berbasis digital dikembangkan melalui konstruksi teori dan konsep. Dalam penelitian tersebut:
- Peneliti melakukan kajian literatur terhadap teori pendidikan seperti konstruktivisme, desain instruksional, dan blended learning. [Lihat sumber Disini - journal.institercom-edu.org]
- Dari kajian itu, peneliti membangun konsep “pengorganisasian pembelajaran PAI berbasis digital” yang terdiri dari beberapa komponen: integrasi teknologi dalam kurikulum, penggunaan e-learning/gamifikasi/kelas virtual, dan asesmen berbasis teknologi. [Lihat sumber Disini - journal.institercom-edu.org]
- Kemudian peneliti menyusun kerangka konseptual yang menghubungkan kesiapan guru & peserta didik, infrastruktur TIK, dan strategi pembelajaran digital sebagai variabel yang berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran PAI berbasis digital.
- Selanjutnya penelitian melakukan analisis isi terhadap dokumentasi dan sumber pustaka untuk memverifikasi konsep tersebut, menyimpulkan bahwa tantangan utama adalah kesiapan pendidik dan infrastruktur, sehingga strategi yang dibutuhkan adalah penguatan kebijakan, literasi digital pendidik, dan ekosistem pembelajaran inklusif. [Lihat sumber Disini - journal.institercom-edu.org]
Contoh lain: Artikel “Konstruksi Teori dalam Penelitian Kualitatif: Pendekatan, Metodologi, dan Kontribusi terhadap Ilmu Sosial” oleh Halimatus Sa’diyah & Moh. Rafiuddin (2025) menguraikan bahwa dalam penelitian kualitatif, konstruksi teori terjadi melalui proses induktif dari data lapangan: peneliti mengumpulkan data yang kaya konteks, kemudian mengkode, mengidentifikasi pola, dan akhirnya membangun teori atau kerangka konseptual yang baru. [Lihat sumber Disini - ejournal.staimnglawak.ac.id]
Melalui dua contoh tersebut, terlihat bahwa konstruksi teori bukan sekadar mengutip teori lama lalu diterapkan, tetapi merupakan proses kreatif dan sistematis yang menghubungkan konsep-teori, data empiris, dan konteks penelitian.
Kesimpulan
Konstruksi teori merupakan elemen krusial dalam penelitian ilmiah karena memberikan landasan konseptual yang membimbing seluruh proses penelitian , dari identifikasi masalah, pengumpulan data, analisis, hingga interpretasi hasil. Secara umum, konstruksi teori dapat dipahami sebagai susunan sistematis dari konsep, definisi, dan proposisi yang dikembangkan melalui proses abstraksi dan generalisasi. Dalam KBBI, meskipun istilah “konstruksi teori” tidak dicantumkan secara eksplisit, makna gabungan antara “konstruksi” dan “teori” memberikan pengertian yang jelas bahwa teori adalah bangunan konseptual yang sistematis. Menurut para ahli, konstruksi teori melibatkan variabel, definisi, proposisi, dan hubungan antar-variabel, serta proses pengembangan dari penelitian itu sendiri. Langkah-langkah dalam membangun konstruksi teori mencakup identifikasi fenomena, kajian literatur, abstraksi konsep, formulasi definisi dan proposisi, penyusunan kerangka, verifikasi relevansi, refleksi/revisi, hingga penerapan dalam penelitian. Contoh penerapan di penelitian Indonesia menunjukkan bahwa konstruksi teori memerlukan integrasi antara literatur teori, data empirik, dan konteks penelitian. Dengan memahami dan menerapkan konstruksi teori secara baik, peneliti dapat menghasilkan kerangka teoretis yang lebih kokoh, relevan, dan mampu menghadirkan kontribusi ilmiah yang bermakna.
