Terakhir diperbarui: 06 November 2025

Citation (APA Style):
Davacom. (2025, 6 November 2025). Objektivitas Ilmiah: Pengertian, Prinsip, dan Contohnya. SumberAjar. Retrieved 12 November 2025, from https://sumberajar.com/kamus/objektivitas-ilmiah-pengertian-prinsip-dan-contohnya 

Kamu menggunakan Mendeley? Add entry manual di sini.

Objektivitas Ilmiah: Pengertian, Prinsip, dan Contohnya - SumberAjar.com

Objektivitas Ilmiah: Pengertian, Prinsip, dan Contohnya

Pendahuluan

Di dalam ranah penelitian dan ilmu pengetahuan, istilah objektivitas ilmiah menempati posisi yang sangat penting sebagai landasan keilmiahan. Tanpa objektivitas, maka data, analisis, dan kesimpulan yang dihasilkan oleh suatu penelitian rentan terhadap bias, interpretasi subjektif, dan manipulasi nilai yang bisa melemahkan kredibilitas atau keabsahan penelitian tersebut. Dalam konteks akademik ataupun riset profesional, menjaga objektivitas bukan hanya persoalan metodologis,melainkan juga etis. Ketika peneliti gagal memastikan bahwa proses dan hasilnya “bebas dari preferensi pribadi, emosi, atau pendapat pihak tertentu”, maka hasil penelitian menjadi dipertanyakan karena mungkin tidak merefleksikan realitas secara adil dan jujur. Sebaliknya, penelitian yang dilandasi objektivitas akan memiliki landasan yang lebih kuat untuk dipercaya, direplikasi, dan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan atau pengembangan teori selanjutnya.

Pada artikel ini akan dibahas secara sistematis: (1) definisi objektivitas ilmiah (meliputi pengertian secara umum, dalam KBBI, dan menurut para ahli), (2) prinsip-prinsip yang mendasari objektivitas ilmiah, serta (3) contoh penerapan objektivitas ilmiah di dalam riset atau praktik ilmiah. Dengan demikian pembaca diharapkan memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang apa yang dimaksud dengan objektivitas ilmiah, mengapa hal itu penting, serta bagaimana menerapkannya dalam kerja penelitian secara konkret.

Definisi Objektivitas Ilmiah

Definisi Objektivitas Ilmiah Secara Umum

Objektivitas ilmiah secara umum dapat dimaknai sebagai sikap atau kondisi di mana proses penelitian dan pengambilan keputusan ilmiah dilakukan secara jujur, adil, tidak berpihak, serta tidak dipengaruhi oleh preferensi atau kepentingan pribadi maupun golongan. Dalam banyak literatur disebut pula bahwa objektivitas berarti mampu “menyampaikan keadaan sebagaimana adanya” (what is), bukan “sebagaimana saya ingin” (what I want). Misalnya, dalam kajian tentang ilmu pengetahuan disebut bahwa objektivitas menuntut agar fakta‐objek yang diteliti dapat diungkap secara independen dari karakteristik subjek yang meneliti, atau dengan kata lain, “ilmu yang objektif berarti data dapat tersedia untuk penelaahan keilmuan tanpa ada hubungannya dengan karakteristik individual dari seorang ilmuwan”. [Lihat sumber Disini - sosiologi79.com]

Dalam praktik penelitian, objektivitas juga dikaitkan dengan kemampuan agar hasil penelitian bisa diuji ulang (replikasi) dan tidak mudah dipengaruhi oleh bias atau kepentingan tersembunyi. Sebagai contoh, sebuah artikel mengemukakan bahwa “objektivitas membantu peneliti untuk memastikan bahwa temuan penelitian tidak dipengaruhi oleh bias atau preferensi pribadi.” [Lihat sumber Disini - researchgate.net]

Singkatnya: secara umum, objektivitas ilmiah adalah kualitas penelitian atau ilmu yang bebas dari pengaruh subjektif yang tidak dibenarkan, serta mendekati penggambaran atau pengungkapan realitas yang dapat diterima oleh beragam pihak yang kompeten.

Definisi Objektivitas Ilmiah dalam KBBI

Menurut kamus resmi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi kata objektivitas adalah “sikap jujur, tidak dipengaruhi pendapat dan pertimbangan pribadi atau golongan dalam mengambil putusan atau tindakan; keobjektifan.” [Lihat sumber Disini - kbbi.web.id]

Dengan demikian, ketika kita mengaplikasikan definisi KBBI ke konteks ilmiah, maka objektivitas ilmiah mengandung unsur kejujuran akademik, kebebasan dari pengaruh kepentingan pribadi atau kelompok, serta pengambilan keputusan atau penarikan kesimpulan yang berdasarkan pada data dan fakta, bukan berdasarkan preferensi atau tekanan eksternal.

Definisi Objektivitas Ilmiah Menurut Para Ahli

Berikut ini beberapa definisi dari para ahli terkait objektivitas ilmiah:

  1. Fakhruddin menyatakan bahwa dalam pandangan sientistik tentang realitas, “hanya apa yang dapat dibuktikan keberadaannya secara publik berdasarkan cara pembuktian ilmiah dapat disebut real” dan “objektif di sini dimengerti sebagai sesuatu yang dapat dibuktikan adanya secara publik serta lepas samasekali dari keterlibatan subjek pengamat.” [Lihat sumber Disini - journal.uinjkt.ac.id]
  2. Dalam artikel “Objektivitas, Empirisme, Validitas, dan Reliabilitas dalam Penelitian Pendidikan Geografi” disebut bahwa objektivitas adalah landasan etis dan epistemologis metode ilmiah: “Objektivitas merupakan landasan etis dan epistemologis metode ilmiah.” [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
  3. Dalam kajian filsafat ilmu, disebut bahwa “objektivitas merupakan salah satu prinsip utama dalam filsafat ilmu yang menjamin bahwa penelitian dilakukan tanpa bias, baik dari segi data maupun interpretasi.” [Lihat sumber Disini - journal.aripafi.or.id]
  4. Dalam artikel “Penerapan Prinsip Dasar Etika Penelitian Ilmiah” disebut bahwa salah satunya etika peneliti adalah objektivitas: “Etika peneliti dalam penelitian ilmiah yaitu: … objektivitas…” [Lihat sumber Disini - jptam.org]
  5. Dalam kajian sosiologi ilmu, menurut K. Maqin & kawan, objektivitas ilmu dibahas sebagai konsep yang melibatkan komunitas ilmiah, nilai epistemik dan non-epistemik, serta reliabilitas intersubjektif: “respon atas pandangan tersebut … menyajikan berbagai pengertian baru terkait objektivitas ilmu … (1) objektivitas dalam arti bebas dari prasangka, (2) … inter-subjektif, dan (3) reliabilitas.” [Lihat sumber Disini - philarchive.org]

Berdasarkan berbagai definisi di atas, dapat ditarik bahwa objektivitas ilmiah menurut para ahli mencakup aspek-aspek: bebas bias/prasangka, hasil atau proses penelitian dapat diuji/diulang, transparansi, serta tidak terpengaruh nilai atau kepentingan subjektif yang tidak dibenarkan.

Prinsip-Prinsip Objektivitas Ilmiah

Dalam upaya untuk memastikan penelitian bersifat ilmiah dan kredibel, terdapat beberapa prinsip utama yang mesti dijaga agar objektivitas ilmiah dapat terwujud. Berikut penjelasannya.

1. Kebebasan dari nilai (value-neutrality)

Penelitian yang objektif mengharuskan peneliti agar tidak membiarkan pandangan pribadi, agama, politik, ataupun kepentingan tertentu memengaruhi proses desain, pengumpulan data, analisis maupun kesimpulan. Dalam literatur disebut bahwa “dalam tradisi ilmu pengetahuan objektivitas akan menghasilkan pengetahuan kuantitatif, sedangkan subjektivitas akan menghasilkan pengetahuan kualitatif.” [Lihat sumber Disini - jurnaltsm.id]

Hal ini bukan berarti bahwa nilai dalam seluruh konteks penelitian diabaikan,tertentu nilai kontribusi, etika, atau tujuan sosial tetap penting,tetapi dalam konteks objektivitas ilmiah, nilai-nilai pribadi atau kepentingan yang mempengaruhi hasil penelitian secara tidak sah perlu dihindari.

2. Bebas dari bias atau prasangka

Peneliti harus menyadari potensi bias yang dimiliki (seperti bias seleksi responden, bias interpretasi, bias konfirmasi) dan melakukan langkah-langkah untuk meminimalkan pengaruhnya. Salah satu artikel menyebut bahwa “peneliti sering dihadapkan pada berbagai tantangan … adanya bias intrinsik yang mungkin muncul dalam metodologi penelitian.” [Lihat sumber Disini - solusijurnal.com]

3. Transparansi prosedur dan metode

Proses penelitian harus dilaporkan secara terbuka, termasuk metodologi, pengumpulan data, analisis, serta asumsi yang digunakan. Jika metode, prosedur, atau data tidak transparan maka objektivitas akan dipertanyakan. Sebagai contoh: “Untuk menjaga objektivitas, peneliti perlu memastikan bahwa prosedur dan metode yang digunakan dalam penelitian dapat diulangi dan menghasilkan temuan yang konsisten.” [Lihat sumber Disini - researchgate.net]

4. Reproduksibilitas atau verifikasi

Hasil penelitian dikatakan lebih objektif bila dapat diuji ulang oleh pihak lain dengan metode yang sama atau serupa, dan menghasilkan temuan yang konsisten. Prinsip ini memperkuat bahwa objek kajian berada “di luar” peneliti, bukan semata konstruksi subjektif. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]

5. Netralitas dan kebebasan dari kepentingan pihak ketiga

Dalam pengambilan keputusan ilmiah (misalnya pengukuran, analisis data, interpretasi) peneliti atau lembaga tidak boleh berada dalam posisi yang memiliki konflik kepentingan yang dapat mempengaruhi objektivitas. Misalnya, dalam audit internal disebut: “Auditor internal harus memiliki sikap mental yang obyektif, tidak memihak dan menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan kepentingan (conflict of interest).” [Lihat sumber Disini - jurnaltsm.id]

6. Keandalan dan ketelitian data

Objektivitas juga mensyaratkan bahwa data yang digunakan adalah valid dan reliabel, serta bahwa analisis dilakukan dengan ketelitian akademik. Jika data atau analisis lemah maka klaim objektivitas menjadi rentan. Sebagai contoh: “objektivitas kebenaran pengetahuan lebih dimengerti sebagai reliabilitas (bersifat dapat diandalkan bila diterapkan) daripada sebagai sesuatu yang dapat dibuktikan adanya secara publik melulu berdasarkan pengamatan empiris.” [Lihat sumber Disini - media.neliti.com]

Dengan penjagaan terhadap prinsip-prinsip tersebut, maka penelitian atau aktivitas ilmiah akan lebih terhindar dari campur tangan subjektivitas yang merusak, dan hasilnya akan lebih bisa diterima oleh komunitas ilmiah serta masyarakat umum.

Contoh Penerapan Objektivitas Ilmiah

Berikut beberapa contoh bagaimana prinsip objektivitas ilmiah dapat diterapkan dalam praktik, lengkap dengan penjelasan.

Contoh 1: Penelitian kuantitatif yang dapat direplikasi

Misalkan seorang peneliti melakukan survei tentang pengaruh metode pembelajaran terhadap hasil belajar siswa. Untuk menjaga objektivitas: pertanyaan dibuat netral (tidak mengarahkan responden); sampel dipilih secara acak dan representatif; data dikumpulkan dengan prosedur standar; analisis statistik dilakukan secara transparan; serta hasil dan batasan penelitian dilaporkan dengan jujur. Karena prosedurnya jelas dan dapat diulang oleh peneliti lain, maka hasilnya memiliki potensi lebih tinggi untuk dianggap objektif.

Contoh 2: Penulisan karya ilmiah dengan peer-review

Dalam publikasi jurnal, peneliti melaporkan metodologi secara jelas, memaparkan data mentah atau ringkasannya, dan mengakui keterbatasan. Editor dan reviewer memeriksa apakah temuan sesuai dengan data yang disajikan, apakah interpretasi wajar, dan apakah ada potensi bias. Proses peer‐review ini mendukung objektivitas karena ada verifikasi oleh pihak independen.

Contoh 3: Studi media tentang objektivitas pemberitaan

Dalam artikel berjudul “OBJEKTIVITAS BERITA TVRI SULAWESI SELATAN: ANALISIS ISI Segmen “Berita 7 Sulawesi Selatan Hari Ini”” (2023) ditemukan bahwa penilaian objektivitas berita menggunakan teori Westerståhl yang mencakup dimensi faktualitas, ketidakberpihakan, kebenaran, relevansi, netralitas, dan keseimbangan. Hasilnya menunjukkan bahwa hanya sebagian berita yang memenuhi unsur 5W1H (Who, What, When, Where, Why) dan keseimbangan narasi pihak kedua rendah. [Lihat sumber Disini - jurnal.syntaxliterate.co.id]
Contoh ini menunjukkan bahwa bahkan dalam riset media, konsep objektivitas dapat diukur dan dianalisis secara sistematis.

Contoh 4: Penelitian multidisipliner dengan dokumentasi metodologi

Dalam riset manajemen yang mengintegrasikan filsafat ilmu, misalnya artikel “Peran Filsafat Ilmu dalam Pendekatan Ilmiah” (2024) menyebutkan bahwa filsafat ilmu membantu memastikan bahwa penelitian memiliki validitas, metode yang tepat, dan etika penelitian yang baik , semua ini bagian dari menjaga objektivitas ilmiah. [Lihat sumber Disini - plj.ac.id]

Contoh 5: Audit internal sebagai ilustrasi profesional

Dalam penerapan audit internal, objektivitas berarti auditor tidak boleh terlibat di dalam tugas yang mereka audit, tidak boleh mencari‐cari kesalahan secara berlebihan yang menguntungkan pihak tertentu, dan harus berpegang pada kriteria resmi serta pemikiran logis. (Contoh dalam artikel “Upaya Mewujudkan Objektivitas…” tahun 2021) [Lihat sumber Disini - jurnaltsm.id]

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa objektivitas ilmiah merupakan pilar fundamental dalam penelitian dan ilmu pengetahuan yang memiliki implikasi luas terhadap kredibilitas, validitas, serta kontribusi riset terhadap pengembangan ilmu dan masyarakat. Definisi objektivitas mencakup kondisi bebas dari pengaruh subjektif yang tidak dibenarkan, jujur, adil, serta dapat diuji dan direplikasi. Prinsip-prinsip seperti bebas nilai, bebas bias, transparansi, reproduksibilitas, netralitas, dan keandalan data menjadi syarat agar objektivitas bisa tercapai. Contoh penerapan dalam penelitian kuantitatif, peer‐review, analisis media, riset multidisipliner, maupun audit internal menunjukkan bahwa objektivitas bukan sekadar idealitas, melainkan aspek praktis yang harus dijaga secara sistematis.

Karena itu, bagi setiap peneliti , baik yang masih mahasiswa hingga profesional , upaya menjaga objektivitas ilmiah harus menjadi bagian tak terpisahkan dari proses penelitian: mulai dari perumusan pertanyaan, metodologi, pengumpulan data, analisis, hingga pelaporan hasil. Dengan begitu, hasil penelitian tidak hanya relevan dan bermanfaat, tetapi juga mampu dipercaya oleh komunitas ilmiah dan masyarakat luas.

 

Artikel ini ditulis dan disunting oleh tim redaksi SumberAjar.com berdasarkan referensi akademik Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Objektivitas ilmiah adalah sikap dan prinsip dalam penelitian yang menekankan kejujuran, netralitas, dan kebebasan dari pengaruh subjektif atau bias pribadi. Peneliti harus menyajikan data dan hasil sesuai fakta tanpa dipengaruhi kepentingan tertentu.

Objektivitas penting karena menjamin keabsahan dan kredibilitas hasil penelitian. Tanpa objektivitas, data dan analisis dapat terdistorsi oleh pandangan subjektif peneliti, sehingga kesimpulan tidak dapat dipercaya secara ilmiah.

Prinsip utama objektivitas ilmiah meliputi kebebasan dari nilai, bebas dari bias, transparansi metode, verifikasi hasil, netralitas terhadap kepentingan pihak lain, serta keandalan data yang digunakan.

Contohnya antara lain penelitian kuantitatif yang menggunakan metode acak dan transparan, proses peer-review dalam publikasi ilmiah, serta audit internal yang dilakukan tanpa konflik kepentingan dan berdasarkan data yang valid.

Jika penelitian tidak objektif, hasilnya dapat bias, menyesatkan, dan tidak dapat direplikasi. Hal ini menurunkan kredibilitas peneliti serta menghambat perkembangan ilmu pengetahuan yang berdasarkan pada kebenaran empiris.