Terakhir diperbarui: 28 October 2025

Citation (APA Style):
Davacom. (2025, 28 October 2025). Nilai Ilmiah: Pengertian, Karakteristik, dan Contohnya. SumberAjar. Retrieved 12 November 2025, from https://sumberajar.com/kamus/nilai-ilmiah-pengertian-karakteristik-dan-contohnya 

Kamu menggunakan Mendeley? Add entry manual di sini.

Nilai Ilmiah: Pengertian, Karakteristik, dan Contohnya

Pendahuluan

Dalam dunia akademik dan penelitian, istilah nilai ilmiah sering muncul sebagai standar kualitas, kaidah, atau karakteristik yang menjadikan suatu penelitian atau temuan layak disebut sebagai “ilmiah”. Namun, meskipun kerap digunakan, pengertian, karakteristik, dan penerapan nilai ilmiah tidak selalu dijabarkan secara eksplisit dalam setiap karya ilmiah. Oleh karena itu, pada artikel ini akan dibahas secara sistematis: pengertian nilai ilmiah (secara umum, dalam KBBI, dan menurut para ahli), karakteristik nilai ilmiah, serta contoh penerapannya dalam praktik penelitian atau tulisan ilmiah. Dengan demikian pembaca akan memperoleh pemahaman yang lebih utuh terhadap apa yang dimaksud dengan nilai ilmiah, bagaimana mengenalinya, dan mengapa hal tersebut penting dalam konteks keilmuan.

Definisi Nilai Ilmiah

Definisi Nilai Ilmiah Secara Umum

Secara umum, “nilai” dapat diartikan sebagai sifat atau hal yang penting, berguna, atau berharga bagi manusia. Berdasarkan KBBI, kata nilai memiliki beberapa makna, antara lain “sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan”. [Lihat sumber Disini] Sementara istilah “ilmiah” dalam KBBI berarti “bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan; memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan”. [Lihat sumber Disini] Oleh karenanya, istilah nilai ilmiah dapat dipahami sebagai “nilai (kaidah, standar, karakteristik) yang berguna dan penting dalam konteks ilmu pengetahuan, yang menjadikan suatu aktivitas atau hasil penelitian dapat dikatakan ilmiah”.

Pengertian ini sebenarnya lebih bersifat konseptual atau general: nilai ilmiah menunjukkan elemen-nilai yang harus ada dalam penelitian atau pengarahan keilmuan, agar hasilnya dapat dianggap sah, kredibel, dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai contoh, dalam kajian tentang hakikat IPA disebutkan bahwa “nilai-nilai ilmiah berfungsi sebagai kriteria dalam membedakan antara ilmu pengetahuan dan non-ilmu pengetahuan”. [Lihat sumber Disini] Dengan demikian, nilai ilmiah bukan hanya aspek teknik metodologi semata, tetapi juga unsur nilai (value) internal keilmuan yang membedakan penelitian yang valid dengan yang tidak.

Definisi Nilai Ilmiah dalam KBBI

Berdasarkan KBBI, kita perlu mengurai dua kata pembentuk:

  • Nilai → menurut KBBI online: “sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan; sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya”. [Lihat sumber Disini]
  • Ilmiah → artinya “bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan; memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan”. [Lihat sumber Disini]

Bila digabungkan, maka secara KBBI frasa “ilmiah” menyiratkan bahwa sesuatu memenuhi kaidah/aturan ilmu pengetahuan, dan “nilai” menyiratkan aspek penting dan berguna bagi kemanusiaan. Maka pengertian “nilai ilmiah” dalam konteks KBBI dapat dipahami sebagai “sifat atau karakteristik yang penting dan berguna dalam kerangka ilmu pengetahuan, yang menjadikan suatu penelitian atau produk keilmuan valid dan dapat dipertanggungjawabkan”.

Definisi Nilai Ilmiah Menurut Para Ahli

Berikut beberapa pendapat ahli yang relevan untuk memperkaya pemahaman kita tentang nilai ilmiah:

  1. Menurut T. Efendi (2024) dalam artikel Pemahaman Kebenaran Ilmiah: Definisi, Teori… menyebut bahwa kebenaran ilmiah (yang sangat terkait dengan nilai ilmiah) adalah “kebenaran yang memenuhi syarat atau kaidah ilmiah atau kebenaran yang memenuhi syarat atau kaidah ilmu pengetahuan”. [Lihat sumber Disini] Dalam kerangka itu, nilai ilmiah berupa norma-norma yang menjamin bahwa suatu temuan atau pengetahuan termasuk pengetahuan ilmiah.
  2. Dalam kajian “Hakikat IPA” disebut bahwa nilai-nilai ilmiah merupakan salah satu aspek produksi ilmu, yang berfungsi sebagai kriteria untuk membedakan ilmu pengetahuan dengan non-ilmu pengetahuan. [Lihat sumber Disini] Dengan demikian menurut perspektif ini, nilai ilmiah meliputi aspek metodologis, empirik, sistematik, dan terbuka untuk revisi — nilai yang harus terpenuhi agar kegiatan disebut ilmiah.
  3. Menurut studi “Ilmu dalam Perspektif Moral dan Sikap Ilmiah” (2024) disebut bahwa ilmu dan moral tidak dapat dipisahkan karena ilmu yang dipraktikkan hanya demi kemajuan ilmu dan kemanusiaan jika berpegang pada nilai moral dan keilmuan seperti kejujuran, objektivitas, dan kebebasan ilmiah. [Lihat sumber Disini] Nilai-nilai ini merupakan bagian integral dari nilai ilmiah, yakni bahwa keilmuan bukan hanya soal data dan metode, tetapi juga nilai internal keilmuan.
  4. Menurut dokumen “Metodologi Penelitian Ilmiah” oleh S Herman (2024) disebut bahwa suatu penelitian ilmiah harus dapat diuji (testability), dapat direplikasi (replicability), dan dilakukan secara sistematis serta objektif. [Lihat sumber Disini] Nilai-nilai seperti "dapat diuji" dan "direplikasi" merupakan bagian dari nilai ilmiah yang menyangkut kualitas penelitian.
  5. Menurut Susanto dalam “Hakikat Ilmu” (lihat medium summary) disebut bahwa karakteristik keilmuan (yang sangat terkait dengan nilai ilmiah) menjadikan pengetahuan menjadi pengetahuan ilmiah: objektivitas, verifikasi (verifiability), sistematis, presisi, akurasi. [Lihat sumber Disini]

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai ilmiah menurut para ahli mencakup norma-metodologis, norma-etis, dan norma kualitas yang harus dipenuhi untuk menjamin bahwa suatu hasil penelitian atau produk keilmuan memiliki kredibilitas, validitas, dan relevansi ilmiah.

Karakteristik Nilai Ilmiah

Berikut adalah karakteristik-nilai yang umum diidentifikasi dalam literatur sebagai bagian dari nilai ilmiah. Meskipun tidak semua penelitian mengulas istilah “nilai ilmiah” secara eksplisit, karakteristik ini berulang muncul dalam kajian metode, epistemologi, dan filsafat ilmu.

  1. Sistematis
    Penelitian atau aktivitas ilmiah dilaksanakan secara urut, terencana, dan terpola. Langkah-langkahnya jelas mulai dari perumusan masalah, tinjauan teori, metodologi, pengumpulan data, analisis, hingga kesimpulan. Sebagai contoh, suatu dokumen menyebut bahwa “sistematik” adalah ciri penelitian ilmiah: “suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar”. [Lihat sumber Disini]
  2. Logis dan Rasional
    Aktivitas ilmiah menggunakan penalaran yang dapat diterima akal atau logika. Hubungan antara data, analisis, dan kesimpulan harus jelas dan konsisten. Misalnya “Logis. Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik.” [Lihat sumber Disini]
  3. Empirik / Berdasarkan Bukti
    Hasil atau klaim ilmiah harus didukung oleh pengamatan, eksperimen, ataupun data yang dapat diverifikasi. Sebagai contoh, dalam kajian nilai/norma dalam ilmu disebutkan bahwa “pengetahuan ilmiah didasarkan pada bukti empiris”. [Lihat sumber Disini]
  4. Replikasi (Replikatif) / Dapat Diuji Ulang
    Salah satu nilai ilmiah adalah bahwa hasil penelitian atau temuan ilmiah dapat diuji ulang oleh pihak lain dalam kondisi serupa dan menghasilkan hasil yang konsisten. Sebagai contoh: “Replikatif. Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama.” [Lihat sumber Disini]
  5. Objektifitas
    Penelitian ilmiah menuntut objektivitas: penyimpangan pribadi, bias, atau kepentingan tertentu harus diminimalisir. Sebagai contoh definisi keilmuan: “Objektivitas berarti kemampuan untuk melihat dan menerima fakta apa adanya.” [Lihat sumber Disini]
  6. Presisi dan Akurasi
    Data, analisis, dan kesimpulan dalam penelitian ilmiah harus disajikan secara tepat, tidak ambigu, dan mencerminkan kondisi nyata. Sebagai Susanto menyebut bahwa “presisi” dan “akurasi” adalah karakteristik keilmuan. [Lihat sumber Disini]
  7. Terbuka untuk Revisi / Tentatif
    Ilmu dan temuan ilmiah tidak bersifat dogmatis; ketika bukti baru muncul, penjelasan ilmiah dapat diubah. Misalnya: “Pengetahuan ilmiah terbuka untuk direvisi berdasarkan bukti terbaru”. [Lihat sumber Disini]
  8. Etika Ilmiah / Moral Keilmuan
    Nilai ilmiah juga mencakup aspek “nilai” moral keilmuan seperti kejujuran, keterbukaan, kesungguhan dalam mengejar kebenaran, tanggung-jawab sosial terhadap hasil keilmuan. Sebagai kajian “Ilmu dalam Perspektif Moral dan Sikap Ilmiah” menyebut bahwa ilmu tanpa moral seperti kapal tanpa kompas. [Lihat sumber Disini]
  9. Kontribusi terhadap Ilmu atau Masyarakat
    Sebuah karya atau penelitian yang memiliki nilai ilmiah biasanya memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan atau penerapan praktis dalam masyarakat, bukan hanya sekadar publikasi tanpa manfaat. Dalam karakteristik penelitian ilmiah disebut: “Memberikan kontribusi atau nilai tambah”. [Lihat sumber Disini]

Dengan mengenali karakteristik-nilai di atas, peneliti, dosen, mahasiswa maupun pembaca dapat mengevaluasi seberapa “ilmiah” suatu penelitian atau karya keilmuan.

Contoh Penerapan Nilai Ilmiah

Berikut beberapa contoh yang menggambarkan bagaimana nilai ilmiah diwujudkan dalam aktivitas atau karya keilmuan:

  1. Sebuah penelitian kuantitatif yang menyusun hipotesis, mengumpulkan data lapangan melalui instrumen yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya, kemudian menganalisis data dengan metode statistik yang tepat, menyajikan hasil dengan jelas dan membahas keterbatasan penelitian. Dalam penelitian seperti ini terpenuhi nilai sistematis, empiris, objektif, presisi, dan dapat diuji ulang.
  2. Dalam makalah yang membahas pendidikan karakter, penulis menyusun tinjauan literatur yang relevan, menyebutkan kerangka konsep, melakukan observasi atau wawancara yang tercatat, kemudian menarik kesimpulan yang terbuka untuk revisi ketika ada penelitian selanjutnya. Disini juga muncul nilai terbuka untuk revisi (tentative) dan kontribusi keilmuan.
  3. Sebuah artikel yang ditulis untuk jurnal pendidikan membahas “penilaian sikap ilmiah berbasis inkuiri” pada siswa SD. Penelitian dikembangkan secara terstruktur, diverifikasi, mendapat validasi ahli, dan instrumennya diuji empiris. Hal ini sesuai dengan prinsip-nilai ilmiah: dapat diuji, empiris, objektif, sistematis. [Lihat sumber Disini]
  4. Kajian literatur terhadap ‘nilai-nilai ilmiah’ dalam pendidikan sains menyebut bahwa nilai ilmiah berfungsi sebagai kriteria pemisah antara ilmu dan non-ilmu. Dalam konteks ini, suatu laporan studi yang hanya bersifat opini tanpa metode yang jelas atau bukti empiris akan kehilangan banyak nilai ilmiah. [Lihat sumber Disini]
  5. Sebuah studi filsafat ilmu yang mengeksplorasi “kebenaran ilmiah” menegaskan bahwa suatu pengetahuan ilmiah harus dapat diuji, menunjukkan inter‐subjektivitas, dan memiliki metode yang disepakati secara ilmiah — menegaskan bahwa nilai ilmiah mencakup norma keilmuan yang kuat. [Lihat sumber Disini]

Dengan demikian, contoh-contoh ini menunjukkan bahwa penerapan nilai ilmiah bukan sekadar formalitas administratif, melainkan bagian integral dari bagaimana ilmu dibangun, diuji, dan diterima.

Kesimpulan

Nilai ilmiah merupakan konsep penting dalam dunia keilmuan yang mencakup gabungan antara nilai (yang berguna, penting, bermakna) dan sifat ilmiah (memenuhi kaidah ilmu pengetahuan). Berikut rangkuman poin-utama:

  • Pengertian nilai ilmiah secara umum adalah nilai atau standar yang membuat suatu penelitian atau karya layak disebut ilmiah, karena memenuhi kaidah keilmuan.
  • Dalam KBBI, “nilai” dan “ilmiah” sudah memberikan landasan bahwa nilai ilmiah = sifat penting yang berguna dalam konteks ilmu pengetahuan.
  • Menurut para ahli, nilai ilmiah mencakup norma-metodologis (sistematis, empiris, logis, objektif), norma etis keilmuan (kejujuran, keterbukaan), dan norma kualitas (rekulasi, presisi, kontribusi).
  • Karakteristik-nilai ilmiah antara lain: sistematis, logis, empiris, replikatif, objektif, presisi, terbuka untuk revisi, etika keilmuan, dan kontribusi ilmu/masyarakat.
  • Penerapan nilai ilmiah dalam penelitian nyata menunjukkan bagaimana sebuah karya memenuhi standar keilmuan dan dapat dievaluasi sebagai “ilmiah”.

Dengan memahami dan menerapkan nilai ilmiah dalam penelitian atau penulisan keilmuan, kualitas karya akan meningkat, kredibilitasnya lebih kuat, dan kontribusinya terhadap ilmu pengetahuan atau praktik nyata dapat lebih bermakna. Semoga artikel ini membantu pembaca memahami dan mengaplikasikan nilai ilmiah dalam konteks keilmuan masing-masing.

 

Artikel ini ditulis dan disunting oleh tim redaksi SumberAjar.com berdasarkan referensi akademik Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Nilai ilmiah adalah seperangkat prinsip, kaidah, dan standar yang menjadikan suatu penelitian atau karya memenuhi syarat keilmuan. Nilai ini memastikan hasil penelitian bersifat sistematis, objektif, logis, empiris, dan dapat diuji ulang.

Karakteristik nilai ilmiah meliputi sistematis, logis, empiris, objektif, dapat diuji ulang (replikatif), presisi, terbuka untuk revisi, serta menjunjung etika keilmuan seperti kejujuran dan tanggung jawab ilmiah.

Menurut KBBI, nilai berarti sifat atau hal yang penting dan berguna bagi kemanusiaan, sedangkan ilmiah berarti bersifat ilmu atau memenuhi syarat ilmu pengetahuan. Dengan demikian, nilai ilmiah berarti sifat penting yang berguna dalam konteks ilmu pengetahuan.

Beberapa ahli yang menjelaskan nilai ilmiah antara lain T. Efendi (2024), S. Herman (2024), Susanto (2022), dan penelitian dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang menegaskan nilai ilmiah sebagai norma pembeda antara ilmu dan non-ilmu.

Contoh penerapan nilai ilmiah adalah penelitian yang dilakukan secara sistematis dengan metode yang jelas, data empiris yang dapat diuji, analisis yang logis dan objektif, serta hasil yang terbuka untuk revisi berdasarkan bukti baru.