Terakhir diperbarui: 12 November 2025

Citation (APA Style):
Davacom. (2025, 12 November 2025). Pre Experimental Design: Ciri dan Kelemahannya. SumberAjar. Retrieved 12 November 2025, from https://sumberajar.com/kamus/pre-experimental-design-ciri-dan-kelemahannya 

Kamu menggunakan Mendeley? Add entry manual di sini.

Pre Experimental Design: Ciri dan Kelemahannya - SumberAjar.com

Pre Experimental Design: Ciri dan Kelemahannya

Pendahuluan

Dalam penelitian kuantitatif terutama di bidang pendidikan dan sosial, sebuah desain eksperimen sering digunakan untuk menguji pengaruh suatu perlakuan terhadap variabel utama. Namun, tidak semua penelitian mampu menerapkan desain eksperimen penuh (true experiment) karena keterbatasan dalam kontrol, randomisasi, atau penggunaan kelompok kontrol. Salah satu alternatif yang cukup sering digunakan adalah desain pra-eksperimental atau pre-experimental design. Desain ini meskipun terlihat sederhana, memiliki karakteristik khusus serta kelemahan yang penting untuk dipahami agar hasil penelitian dapat ditafsirkan dengan tepat. Artikel ini akan mengulas secara mendalam apa itu pre-experimental design, ciri-ciri utamanya, serta kelemahannya berdasarkan literatur dan penelitian sebelumnya.

Pengertian Pre Experimental Design

Desain penelitian pra-eksperimental (pre experimental design) adalah jenis desain eksperimen yang dilakukan ketika peneliti belum atau tidak dapat menerapkan semua elemen yang diperlukan dalam eksperimen penuh, yaitu kontrol ketat terhadap variabel luar, kelompok kontrol dan pengambilan sampel secara acak. Menurut Pakpahan (2021) dalam buku Metodologi Penelitian Ilmiah, pre-experimental design merupakan salah satu bentuk desain penelitian eksperimental yang paling awal, yang meliputi beberapa varian yaitu one-shot case study, one-group pretest-posttest, dan static group comparison. [Lihat sumber Disini - repository.unai.edu]
Tercatat bahwa istilah “pre-experiment” menunjukkan bahwa desain ini belum mencapai standar eksperimen sesungguhnya karena keterbatasan dalam kontrol variabel bebas dan variabel pengganggu (intervening variables). [Lihat sumber Disini - faridanursyahidah.files.wordpress.com]
Dengan demikian, penerapan desain pra-eksperimental harus dilakukan dengan kesadaran bahwa inferensi kausalitasnya lebih lemah dibanding true experiment.

Ciri-Ciri Pre Experimental Design

Adapun ciri utama dari pre experimental design dapat dirinci sebagai berikut:

  1. Tidak selalu memiliki kelompok kontrol yang diacak atau bahkan tidak memiliki kelompok kontrol sama sekali. Sebagai contoh, dalam model one-group pretest-posttest hanya ada satu kelompok, diberi pretest, kemudian perlakuan (treatment), kemudian posttest. [Lihat sumber Disini - faridanursyahidah.files.wordpress.com]
  2. Subjek penelitian sering sudah terbentuk (kelas, kelompok alami) dan tidak dipilih secara acak (non-randomized). Hal ini menyebabkan potensi bias yang lebih besar. [Lihat sumber Disini - ojs.stkippgri-lubuklinggau.ac.id]
  3. Manipulasi variabel bebas ada, yakni peneliti memberikan perlakuan atau intervensi, namun kontrol terhadap variabel luar (extraneous variables) kurang atau bahkan tidak ada. [Lihat sumber Disini - jurnal.peneliti.net]
  4. Pengukuran dilakukan sebelum dan/atau sesudah perlakuan (misalnya pretest dan posttest) namun karena tanpa kontrol yang kuat maka perubahan mungkin bukan semata-mata akibat perlakuan. Sebagai contoh desain one-group pretest-posttest (O1 X O2) atau one-shot case study (X O). [Lihat sumber Disini - faridanursyahidah.files.wordpress.com]
  5. Validitas internal penelitian cenderung rendah dibanding desain yang memiliki kontrol dan randomisasi, karena adanya ancaman variabel luar (history, maturation, regression, instrumentasi) yang tidak dikendalikan secara memadai. [Lihat sumber Disini - jurnal.peneliti.net]
  6. Karena kesederhanaannya, sering digunakan dalam situasi peneliti terbatas oleh waktu, sumber daya, atau kondisi lapangan yang kurang memungkinkan desain eksperimen penuh. [Lihat sumber Disini - sumberajar.com]

Jenis-Jenis Pre Experimental Design

Dalam literatur, desain pra-eksperimental dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk utama:

  1. One-Shot Case Study: hanya satu kelompok diberi perlakuan (X) kemudian diukur hasilnya (O). Bagannya: X O. [Lihat sumber Disini - faridanursyahidah.files.wordpress.com]
  2. One-Group Pretest-Posttest: satu kelompok diberi pre-pengukuran (O1), kemudian perlakuan (X), kemudian post-pengukuran (O2). Bagannya: O1 X O2. [Lihat sumber Disini - faridanursyahidah.files.wordpress.com]
  3. Static Group Comparison: dua kelompok (atau lebih) yang salah satunya diberi perlakuan dan tidak diberi, namun kelompok tidak diacak. Bagannya: X O1 (eksperimen) dan O2 (kontrol) tanpa pretest atau tanpa randomisasi. [Lihat sumber Disini - faridanursyahidah.files.wordpress.com]

Kelemahan Pre Experimental Design

Meskipun praktis dan mudah diterapkan, desain pra-eksperimental memiliki sejumlah kelemahan yang harus dipertimbangkan oleh peneliti agar interpretasi hasilnya tidak berlebihan. Berikut uraian kelemahannya:

  1. Ancaman terhadap validitas internal cukup besar. Karena tidak ada kontrol variabel luar atau randomisasi, maka sulit memastikan bahwa perubahan yang terjadi benar-benar akibat perlakuan. Faktor seperti history (kejadian eksternal yang terjadi selama penelitian), maturation (subjek mengalami perubahan karena waktu atau proses alami), instrumentation (instrumen pengukuran berubah) dapat menimbulkan efek yang mirip perlakuan. [Lihat sumber Disini - faridanursyahidah.files.wordpress.com]
  2. Generalisasi hasil terbatas karena desain dan pemilihan sampel yang sering tidak acak dan hanya satu kelompok atau kelompok alami saja. Dengan demikian, eksternal validitasnya rendah.
  3. Risiko bias seleksi (selection bias). Karena subjek mungkin sudah terbentuk secara alami (kelas, kelompok) dan tidak diacak, maka karakteristik awal kelompok eksperimen/kontrol mungkin berbeda dan mempengaruhi hasil. [Lihat sumber Disini - jurnal.peneliti.net]
  4. Efek regresi statistik (regression to the mean) bisa terjadi terutama pada kelompok yang memiliki skor ekstrem di pretest; tanpa kontrol yang memadai, efek ini bisa dipandang sebagai efek perlakuan padahal bukan.
  5. Tidak adanya kelompok kontrol yang memadai atau randomisasi menghambat kemampuan peneliti untuk menyimpulkan hubungan sebab-akibat secara kuat; dengan kata lain, desain ini kurang cocok untuk penelitian yang menuntut inferensi kausal yang tinggi. Sebagaimana dinyatakan oleh Adnan (2020) bahwa “Pre experimental design sangat tidak disarankan dilakukan di dalam penelitian ilmiah terutama dalam penyelesaian tugas akhir karena bentuk penelitian …” [Lihat sumber Disini - repository.ar-raniry.ac.id]
  6. Karena satu kelompok bisa mengalami perlakuan dan kemudian pengukuran posttest, perubahan bisa disebabkan oleh faktor luar atau praktik sebelumnya, bukan hanya perlakuan yang dimaksud. Peneliti harus berhati-hati dalam interpretasi hasil.
  7. Instrumen pengukuran dapat dipengaruhi oleh efek pretesting (testing effect), misalnya subjek menjadi lebih tahu setelah pretest sehingga hasil posttest meningkat bukan hanya karena perlakuan.

Keunggulan atau Kelebihan Pre Experimental Design

Meski banyak kelemahan, desain pra-eksperimental tetap memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya layak dipertimbangkan dalam kondisi tertentu:

  1. Praktis dan relatif sederhana untuk diterapkan, terutama ketika kondisi lapangan, waktu, atau dana terbatas. Desain ini memungkinkan peneliti untuk memberikan perlakuan dan mengukur hasilnya tanpa harus melakukan randomisasi kelompok yang rumit. [Lihat sumber Disini - sumberajar.com]
  2. Cocok sebagai penelitian awal (pilot study) untuk menjajaki efek potensial suatu perlakuan sebelum dilanjutkan ke desain eksperimen penuh.
  3. Memberikan data kuantitatif awal yang dapat menunjukkan apakah perlakuan layak untuk dikembangkan atau diteliti lebih lanjut.
  4. Dalam banyak penelitian pendidikan yang kondisi lapangannya sulit dikontrol penuh (misalnya siswa kelas sudah terbagi, tidak bisa diacak), maka desain ini menjadi solusi alternatif yang masih lebih baik dibanding penelitian non-eksperimental deskriptif murni.

Implikasi bagi Peneliti dan Praktik

Bagi peneliti yang memilih menggunakan pre experimental design, beberapa hal penting perlu diperhatikan agar kualitas penelitian meningkat dan hasilnya bisa diinterpretasikan dengan tepat:

• Peneliti perlu menyatakan secara eksplisit bahwa desain yang digunakan adalah pra-eksperimental dan menyadari keterbatasan (misalnya dalam kontrol variabel, randomisasi, atau kelompok kontrol).
• Jika memungkinkan, lakukan pre-measurement (pretest) untuk mengetahui kondisi awal kelompok eksperimen walaupun kelompok kontrol tidak tersedia. Hal ini membantu memberikan kerangka pembanding sebelum perlakuan.
• Pastikan instrumen pengukuran reliable dan valid agar efek perubahan dapat diandalkan.
• Berikan narasi pembahasan yang kritis terhadap kemungkinan variabel luar (history, maturation, seleksi) yang mungkin memengaruhi hasil, serta jangan berlebihan menyimpulkan sebab-akibat.
• Jika memungkinkan lanjutkan penelitian ke desain yang lebih kuat (misalnya kuasi-eksperimental atau true experimental) sebagai tindak lanjut.
• Dalam laporan penelitian, selain hasil statistik, penting memberikan konteks kondisi lapangan, perlakuan, serta keterbatasan desain agar pembaca memahami derajat keandalan hasil.

Kesimpulan

Desain penelitian pra-eksperimental atau pre experimental design merupakan salah satu pilihan desain eksperimen yang relatif sederhana dan praktis, namun memiliki keterbatasan penting terutama dalam hal kontrol variabel luar, randomisasi, dan kemampuan membuat inferensi kausal yang kuat. Ciri-ciri utama meliputi kurangnya kelompok kontrol diacak, manipulasi perlakuan pada satu atau lebih kelompok tanpa kontrol penuh, dan pengukuran sebelum atau sesudah perlakuan. Kelemahan utamanya adalah ancaman terhadap validitas internal dan eksternal, sedangkan keunggulannya adalah kesederhanaan pelaksanaan dan kemampuannya sebagai penelitian awal. Peneliti perlu menyadari dan melaporkan keterbatasan ini agar interpretasi hasil menjadi bijaksana.

 

Artikel ini ditulis dan disunting oleh tim redaksi SumberAjar.com berdasarkan referensi akademik Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Pre Experimental Design adalah desain penelitian eksperimen yang paling sederhana, di mana peneliti memberikan perlakuan kepada satu atau lebih kelompok tanpa menerapkan kontrol dan randomisasi yang ketat. Desain ini sering digunakan ketika kondisi lapangan tidak memungkinkan eksperimen penuh dilakukan.

Ciri-ciri utama Pre Experimental Design meliputi: tidak adanya kelompok kontrol acak, penggunaan kelompok yang sudah terbentuk secara alami, manipulasi variabel bebas tanpa kontrol penuh terhadap variabel luar, serta validitas internal yang relatif rendah dibandingkan desain eksperimen lainnya.

Jenis-jenis utama Pre Experimental Design yaitu: 1) One-Shot Case Study (X O), 2) One-Group Pretest-Posttest (O1 X O2), dan 3) Static Group Comparison (X O1 // O2). Masing-masing memiliki struktur dan kelemahan berbeda dalam kontrol variabel.

Kelemahan utama Pre Experimental Design adalah rendahnya validitas internal karena tidak ada kontrol dan randomisasi, tingginya risiko bias seleksi, serta keterbatasan dalam generalisasi hasil penelitian. Oleh karena itu, inferensi kausal yang dihasilkan kurang kuat dibanding desain eksperimen sejati.

Pre Experimental Design sebaiknya digunakan ketika peneliti memiliki keterbatasan dalam waktu, sumber daya, atau situasi lapangan yang tidak memungkinkan penerapan desain eksperimen penuh. Desain ini juga cocok sebagai studi pendahuluan atau pilot study sebelum melanjutkan ke penelitian eksperimental yang lebih kompleks.