Terakhir diperbarui: 12 November 2025

Citation (APA Style):
Davacom. (2025, 12 November 2025). Quasi Experimental Design: Konsep dan Contoh Kasus. SumberAjar. Retrieved 12 November 2025, from https://sumberajar.com/kamus/quasi-experimental-design-konsep-dan-contoh-kasus 

Kamu menggunakan Mendeley? Add entry manual di sini.

Quasi Experimental Design: Konsep dan Contoh Kasus - SumberAjar.com

Quasi Experimental Design: Konsep dan Contoh Kasus

Pendahuluan

Desain penelitian merupakan kerangka sistematik yang mengatur bagaimana peneliti mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat menjawab pertanyaan penelitian secara valid dan andal. Dalam praktik riset pendidikan, sosial, dan kesehatan, tidak selalu memungkinkan menerapkan eksperimen murni dengan randomisasi penuh karena keterbatasan etika, waktu, sumber daya, atau pengaturan lapangan. Untuk mengatasi hal ini muncul alternatif yang dikenal sebagai quasi-eksperimental design atau desain eksperimen semu.
Desain ini memungkinkan peneliti menilai efek perlakuan (intervensi) terhadap variabel dependen tanpa keterlibatan pengacakan (random assignment) secara penuh pada unit penelitian. Dalam artikel ini akan dibahas secara terperinci konsep desain kuasi-eksperimen, jenis-jenisnya, kelebihan dan kelemahan, langkah-praktis pelaksanaannya, serta contoh kasus di konteks Indonesia. Artikel ini juga mencantumkan pendapat para ahli minimal empat orang untuk memperkuat landasan teoretis dan empiris. Setiap bagian dilengkapi rujukan jurnal Indonesia terbuka (tahun 2021-2025) bila memungkinkan.

Definisi dan Landasan Teori

Menurut definisi umum, desain kuasi-eksperimen adalah desain penelitian yang berupaya mengukur pengaruh suatu perlakuan/intervensi terhadap suatu variabel hasil, namun tanpa menggunakan penugasan acak (random assignment) secara penuh kepada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
Lebih lanjut, dalam kerangka teori kausalitas yang dikembangkan oleh Donald Campbell dan Julian Stanley, eksperimen diklasifikasikan menjadi pra-eksperimen, eksperimen sejati (true experiment), dan kuasi-eksperimen. Mereka menekankan pentingnya validitas internal (apakah efek yang diamati benar-benar akibat perlakuan) dan validitas eksternal (sejauh mana hasil bisa digeneralisasikan). [Lihat sumber Disini - dickyh.staff.ugm.ac.id]
Selain itu, kerangka “potential outcomes” yang dikemukakan oleh Donald Rubin juga sering digunakan sebagai landasan metodologis dalam penelitian kausal-kuasi: peneliti membandingkan hasil yang diamati terhadap kondisi perlakuan dengan hasil yang “seharusnya” terjadi jika perlakuan tidak diberikan. [Lihat sumber Disini - adisampublisher.org]
Berdasarkan literatur Indonesia, misalnya artikel oleh Gisela Anantasia dan rekan (2025) menyebut bahwa “penelitian kuasi eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengukur pengaruh perlakuan tertentu terhadap suatu variabel tanpa menggunakan pengacakan subjek secara penuh.” [Lihat sumber Disini - adisampublisher.org]
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa inti dari desain kuasi‐eksperimen adalah: memiliki kelompok atau kondisi perlakuan dan pembanding, tetapi tidak semua elemen kontrol yang dimiliki eksperimen sejati dapat dilaksanakan (misalnya randomisasi penuh atau kontrol variabel eksternal secara menyeluruh).

Karakteristik Utama

Beberapa karakteristik yang membedakan desain kuasi‐eksperimen dari eksperimen sejati antara lain:

  1. Tidak menggunakan randomisasi penuh (random assignment) atau menggunakan kelompok yang sudah terbentuk (intact groups). [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
  2. Terdapat perlakuan/intervensi yang diberikan kepada satu kelompok, kemudian dibandingkan dengan kelompok pembanding yang tidak atau berbeda perlakuannya. [Lihat sumber Disini - ejournal.mandalanursa.org]
  3. Sering menggunakan pengukuran pretest (sebelum intervensi) dan posttest (setelah intervensi) atau pengukuran berulang (time-series) untuk melihat perubahan. [Lihat sumber Disini - journal.unnes.ac.id]
  4. Memiliki potensi ancaman validitas (internal dan eksternal) yang lebih besar dibanding eksperimen sejati, sehingga perlu strategi mitigasi. [Lihat sumber Disini - adisampublisher.org]
  5. Umumnya diterapkan dalam kondisi dunia nyata (field settings) dimana kendali penuh variabel sulit dilakukan, sehingga memiliki fleksibilitas lebih tinggi. [Lihat sumber Disini - adisampublisher.org]

Komponen Desain Kuasi-Eksperimen

Untuk menyusun penelitian dengan desain kuasi-eksperimen yang baik, beberapa komponen utama perlu diperhatikan:

Variabel Independen dan Dependen

Variabel independen adalah intervensi atau perlakuan yang diberikan (misalnya metode pembelajaran baru, program kampanye, atau media edukasi). Variabel dependen adalah hasil yang ingin diukur (misalnya skor belajar, tingkat motivasi, pengetahuan, atau perilaku). Perlu dipastikan bahwa variabel dependen dapat diukur secara andal dan valid.

Kelompok Perlakuan dan Kelompok Pembanding

Kelompok perlakuan (eksperimen) menerima intervensi, sementara kelompok pembanding tidak atau menerima perlakuan berbeda. Karena tidak ada randomisasi penuh, kelompok pembanding sering terbentuk berdasarkan kelas, unit, wilayah, atau kelompok yang sudah ada sebelumnya. Sebagai contoh, artikel “Desain kuasi eksperimen dalam pendidikan” (2022) menggunakan kelompok kontrol yang tidak dipilih secara acak. [Lihat sumber Disini - ejournal.mandalanursa.org]
Kelompok pembanding harus dipilih sebaik mungkin agar sebanding dengan kelompok perlakuan , meskipun tidak secara acak , agar pengaruh variabel luar dapat diminimalkan.

Pengukuran Sebelum dan Sesudah (Pretest-Posttest) atau Pengukuran Berulang

Salah satu strategi umum adalah melakukan pengukuran sebelum intervensi (pretest) dan setelah intervensi (posttest) untuk kedua kelompok. Misalnya, penelitian “Metodologi Penelitian Quasi Eksperimen” menyebut desain pretest-posttest control group sebagai salah satu bentuk. [Lihat sumber Disini - adisampublisher.org]
Alternatif lainnya adalah time‐series design (ukuran berulang terhadap satu atau lebih kelompok) atau desain pembanding nonequivalent (nonequivalent control group design). [Lihat sumber Disini - jurnal.stitnualhikmah.ac.id]

Kontrol Variabel Luar & Validitas

Karena tidak ada randomisasi penuh, potensi bias seperti seleksi (selection bias), maturasi (maturation), efek sejarah (history), instrumentasi, dan pengukuran menjadi ancaman terhadap validitas internal. Campbell & Stanley (1963) mencatat banyak ancaman terhadap validitas internal ini. [Lihat sumber Disini - dickyh.staff.ugm.ac.id]
Peneliti dapat menerapkan teknik seperti analisis kovarian (ANCOVA), pencocokan skor kemiripan (propensity score matching), atau memilih kelompok pembanding yang sangat sebanding untuk memitigasi ancaman ini. [Lihat sumber Disini - adisampublisher.org]
Validitas eksternal juga perlu diperhatikan yaitu bagaimana hasil penelitian dapat digeneralisasi ke populasi atau konteks lain. Karena konteks lapangan sering bersifat spesifik, generalisasi harus dilakukan dengan hati‐hati. [Lihat sumber Disini - dickyh.staff.ugm.ac.id]

Jenis Desain Kuasi-Eksperimen

Beberapa jenis rancangan kuasi-eksperimen yang sering digunakan antara lain:

  1. Nonequivalent Control Group Design (kelompok kontrol dan eksperimen sudah ada, tanpa randomisasi penuh). Contoh: kelompok A menerima perlakuan, kelompok B tidak, dengan pretest dan posttest. [Lihat sumber Disini - ejournal.mandalanursa.org]
  2. Pretest-Posttest Design for One Group (satu kelompok diukur sebelum dan sesudah intervensi tanpa kelompok pembanding). Karena tanpa kelompok kontrol, validitas internal sangat rentan. [Lihat sumber Disini - dickyh.staff.ugm.ac.id]
  3. Time Series Design / Interrupted Time Series (pengukuran berulang sebelum dan setelah intervensi dalam satu kelompok atau lebih). [Lihat sumber Disini - jurnal.stitnualhikmah.ac.id]
  4. Static Group Comparison (membandingkan dua kelompok setelah perlakuan tanpa pengukuran pretest). Validitas internal cukup lemah. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
  5. Counterbalanced Design atau Separate Sample Pretest-Posttest Design (varian lain, sering untuk mengatasi efek urutan atau alat ukur). [Lihat sumber Disini - media.neliti.com]

Peneliti hendaknya memilih jenis desain yang paling sesuai dengan kondisi lapangan, sumber daya, dan tujuan penelitian.

Kelebihan dan Kelemahan
 

Kelebihan:

  • Lebih fleksibel diterapkan dalam konteks dunia nyata (field settings) yang sulit menerapkan randomisasi penuh atau kontrol variabel ekstrem. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
  • Memungkinkan evaluasi intervensi atau program dengan kondisi praktis yang hampir nyata (real-world interventions) seperti pendidikan, kesehatan masyarakat, kebijakan sosial. [Lihat sumber Disini - adisampublisher.org]
  • Biaya dan logistik sering lebih ringan dibanding eksperimen sejati karena tidak memerlukan randomisasi lengkap atau kondisi laboratorium yang terkendali.

Kelemahan:

  • Validitas internal cenderung lebih rendah karena potensi bias yang lebih besar (misalnya seleksi, sejarah, maturasi). [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
  • Pengendalian variabel luar sering terbatas, sehingga sulit memberikan kesimpulan kausal yang sekuat eksperimen sejati.
  • Hasil penelitian mungkin kurang dapat digeneralisasikan (validitas eksternal) karena konteks yang spesifik dan kelompok yang tidak acak.
  • Memerlukan metode statistik atau desain pembanding tambahan (seperti matching, ANCOVA) agar hasil lebih andal.

Tahapan Pelaksanaan Penelitian Kuasi-Eksperimen

Untuk pelaksanaannya di lapangan (misalnya riset di pendidikan atau kesehatan), berikut adalah tahapan yang disarankan:

  1. Merumuskan pertanyaan penelitian yang jelas: misalnya, “Apakah media pembelajaran X meningkatkan hasil belajar siswa dibanding metode konvensional?”
  2. Menentukan populasi & sampel: pilih kelompok perlakuan dan kelompok pembanding yang sebanding (misalnya dua kelas yang kondisinya hampir sama).
  3. Memilih desain kuasi yang sesuai (nonequivalent control group, pretest-posttest, time series, dll).
  4. Melakukan pengukuran awal (pretest) apabila desain menggunakan pretest.
  5. Memberikan intervensi (perlakuan) ke kelompok eksperimen. Kelompok pembanding tetap dengan kondisi tanpa atau berbeda perlakuan.
  6. Melakukan pengukuran akhir (posttest) dan/atau pengukuran berulang jika time series.
  7. Analisis data: menggunakan teknik statistik yang sesuai misalnya uji t, ANCOVA, regresi, matching jika diperlukan. Misalnya penelitian di SMP menunjukkan penggunaan model pembelajaran berbantuan peer tutor dengan desain kuasi dan analisis uji t. [Lihat sumber Disini - scienceedujournal.org]
  8. Evaluasi ancaman validitas: identifikasi potensi bias (sejarah, maturasi, seleksi) dan laporkan bagaimana mitigasinya dilakukan.
  9. Menarik kesimpulan dan implikasi: Jelaskan temuan, keterbatasan desain, dan saran untuk penelitian lanjutan.

Contoh Kasus Penelitian Kuasi-Eksperimen di Indonesia

Berikut beberapa studi yang menggunakan desain quasi-eksperimen di Indonesia sebagai ilustrasi:

  • Studi oleh AM Faradiza, Maria Ulfah Kurnia Dewi, dan Nur Khamilatusy Sholekhah (2025) “A quasi-experimental study on the use of pop-up books to improve dental caries knowledge among elementary school students” menggunakan desain kuasi dengan kelompok eksperimen dan kontrol (33 siswa per kelompok), pretest-posttest, dan uji t menunjukkan peningkatan signifikan pada kelompok eksperimen. [Lihat sumber Disini - jurnal.unpad.ac.id]
  • Studi “Analisis Pemahaman Konsep Peserta Didik SMP pada …” oleh MA Widiyarti et al. (2024) menggunakan desain quasi-experimental design untuk membandingkan dua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) dengan pretest dan posttest untuk mengukur pemahaman konsep. [Lihat sumber Disini - scienceedujournal.org]
  • Studi “Desain Kuasi Eksperimen dalam Pendidikan” (2022) membahas secara konseptual desain kuasi eksperimen di pendidikan dan menyebut desain Nonequivalent Control Group Design sebagai yang sering digunakan. [Lihat sumber Disini - ejournal.mandalanursa.org]
  • Studi “Metodologi Penelitian Quasi Eksperimen” (2025) oleh Anantasia dan Rindrayani menyajikan kerangka desain, validitas, dan teknik analisis yang relevan. [Lihat sumber Disini - adisampublisher.org]

Dari contoh‐contoh di atas, terlihat bahwa desain kuasi banyak diaplikasikan di bidang pendidikan dan kesehatan di Indonesia karena pengaturan lapangan yang memungkinkan kelompok sudah terbentuk dan intervensi dilakukan dalam kondisi nyata.

Contoh Kasus Terperinci

Misalnya, suatu sekolah ingin meneliti efektivitas metode pembelajaran berbasis game interaktif untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII. Peneliti memilih dua kelas: Kelas A (kelompok eksperimen) menggunakan game interaktif, Kelas B (kelompok kontrol) menggunakan metode konvensional. Peneliti mengukur skor pretest pada kedua kelas, lalu mengaplikasikan intervensi di kelas A selama 6 minggu, kemudian melakukan skor posttest pada kedua kelas. Karena kelas terbagi sudah sebelumnya, tidak ada randomisasi penuh , maka ini adalah desain kuasi-eksperimen (Nonequivalent Control Group Design). Hasil menunjukkan bahwa rata-rata skor posttest kelas A meningkat secara signifikan dibanding kelas B setelah dikontrol skor pretest menggunakan ANCOVA. Peneliti kemudian membahas ancaman seperti kematangan (maturation) siswa selama 6 minggu, perubahan guru (instrumentation), atau faktor sejarah (history) misalnya kegiatan sekolah lain yang juga memberikan pengaruh. Peneliti mengatasi dengan mencatat aktivitas tambahan di sekolah dan menjelaskan keterbatasan dalam laporan.
Contoh serupa banyak ditemukan dalam literatur pendidikan Indonesia, misalnya penelitian dengan desain pretest-posttest control group pada siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 3 Luwuk (2021) yang menyebut “metode eksperimen kuasi … pada dasarnya sama dengan eksperimen murni, bedanya adalah pada pengontrolan variabel.” [Lihat sumber Disini - journal.unnes.ac.id]

Tips Praktis bagi Peneliti

  1. Usahakan kelompok pembanding sebaik mungkin sebanding dengan kelompok perlakuan (misalnya berdasarkan karakteristik awal yaitu pretest).
  2. Gunakan instrumen pengukuran yang valid dan reliabel agar perubahan yang diamati dapat dipertanggungjawabkan.
  3. Catat konteks lapangan dengan baik (jadwal, kondisi sekolah, faktor eksternal) karena ancaman validitas internal sering datang dari kondisi nyata yang tak terkontrol.
  4. Pertimbangkan teknik statistik tambahan seperti ANCOVA atau propensity score matching bila memungkinkan untuk meminimalkan bias seleksi.
  5. Transparan dalam melaporkan keterbatasan desain (misalnya tidak ada randomisasi, kelompok pembanding belum ideal, durasi intervensi singkat). Hal ini meningkatkan kredibilitas penelitian.
  6. Pertimbangkan untuk mengukur dampak jangka panjang (follow-up) agar generalisasi dan validitas eksternal lebih kuat.
  7. Jelaskan implikasi praktis serta rekomendasi untuk institusi atau kebijakan berdasarkan hasil penelitian agar penelitian kuasi bukan hanya teoritis tetapi juga berdampak nyata.

Kesimpulan

Desain kuasi-eksperimen merupakan pilihan penting saat kondisi lapangan tidak memungkinkan eksperimen murni. Meski memiliki keterbatasan (khususnya validitas internal dan eksternal), apabila dirancang dan dilaksanakan dengan hati‐hati maka dapat memberikan temuan yang signifikan dan praktis. Bagi peneliti di bidang pendidikan, kesehatan, atau kebijakan sosial di Indonesia, memahami karakteristik, jenis desain, ancaman validitas dan bagaimana mengatasinya sangatlah krusial. Dengan demikian, penelitian kuasi bisa menjadi alat yang efektif untuk mengevaluasi intervensi di dunia nyata dan menghasilkan bukti berbasis praktik yang dapat diandalkan.

 

Artikel ini ditulis dan disunting oleh tim redaksi SumberAjar.com berdasarkan referensi akademik Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Quasi Experimental Design atau desain eksperimen semu adalah metode penelitian yang digunakan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan tanpa menerapkan randomisasi penuh terhadap subjek penelitian. Desain ini banyak digunakan dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial karena lebih fleksibel diterapkan di lapangan.

Perbedaan utamanya terletak pada proses penugasan subjek. True Experimental Design menggunakan randomisasi penuh dalam pembentukan kelompok eksperimen dan kontrol, sedangkan Quasi Experimental Design menggunakan kelompok yang sudah terbentuk sebelumnya tanpa randomisasi penuh.

Beberapa jenis Quasi Experimental Design yang umum digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design, One Group Pretest-Posttest Design, Time Series Design, dan Static Group Comparison. Masing-masing memiliki struktur dan tingkat validitas yang berbeda.

Kelebihan desain ini antara lain lebih fleksibel diterapkan di dunia nyata, tidak memerlukan randomisasi penuh, serta memungkinkan evaluasi intervensi dalam konteks yang realistis seperti pendidikan dan kesehatan masyarakat.

Kelemahannya terletak pada validitas internal yang lebih rendah dibanding eksperimen sejati, karena adanya potensi bias seperti seleksi dan maturasi. Oleh karena itu, peneliti harus menerapkan langkah mitigasi seperti analisis kovarian (ANCOVA) atau pencocokan kelompok.

Contoh penerapannya dapat ditemukan pada penelitian pendidikan dan kesehatan, seperti studi tahun 2025 yang meneliti efektivitas penggunaan buku pop-up terhadap pengetahuan karies gigi siswa sekolah dasar dengan desain pretest-posttest control group tanpa randomisasi penuh.