Replikasi: Definisi, Fungsi, dan Contoh dalam Penelitian
Pendahuluan
Replikasi dalam penelitian merupakan salah satu aspek penting yang sering dibahas dalam metodologi maupun etika penelitian ilmiah. Dalam konteks ilmu sosial maupun ilmu alam, kemampuan untuk mengulangi atau meniru sebuah studi sebelumnya dan mendapatkan hasil yang sama atau sebanding merupakan indikator kualitas dan keandalan penelitian tersebut. Bebagai laporan dan kajian kini menyoroti fenomena yang disebut “krisis replikasi”, yaitu keadaan di mana banyak penelitian yang tidak dapat direplikasi ulang dengan hasil yang konsisten. [Lihat sumber Disini]
Di era di mana publikasi ilmiah semakin menjadi tolok ukur karier akademik, kehadiran penelitian yang dapat direplikasi memberikan jaminan bahwa temuan‐temuan sebelumnya bukan hanya kebetulan atau bias metodologis, melainkan benar‐benar dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, memahami definisi, fungsi, dan contoh replikasi dalam penelitian menjadi krusial bagi siapa saja yang melakukan riset, baik sebagai mahasiswa, dosen maupun peneliti profesional.
Pada artikel ini, akan dibahas secara mendalam tentang pengertian replikasi secara umum dan dalam KBBI, definisi menurut para ahli, kemudian dilanjutkan dengan fungsi replikasi dalam penelitian serta contoh‐nyata penerapan replikasi dalam penelitian. Artikel ini diharapkan menjadi panduan bagi pembaca agar lebih mampu merencanakan, mengevaluasi, atau menilai aspek replikasi dalam penelitian mereka sendiri.
Definisi Replikasi
Definisi Replikasi Secara Umum
Secara umum, istilah “replikasi” berasal dari bahasa Latin replicare yang berarti “melipat kembali” atau “menggandakan”. Dalam penggunaan sehari‐hari, replikasi dapat diartikan sebagai proses meniru, menggandakan, atau melakukan ulang suatu tindakan atau eksperimen. Salah satu artikel menyebut bahwa: “replikasi adalah pengulangan atau peniruan sebuah studi ilmiah yang telah dilakukan sebelumnya, dengan tujuan untuk memverifikasi, memperkuat hasil penelitian tersebut.” [Lihat sumber Disini]
Dalam konteks penelitian, replikasi sering dikaitkan dengan pengulangan suatu studi yang telah dipublikasikan, dengan kondisi, sampel, atau variabel yang sama atau berbeda, untuk memeriksa keandalan, validitas dan generalisasi hasil penelitian awal. [Lihat sumber Disini]
Definisi Replikasi dalam KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “replikasi” diartikan sebagai proses, cara, atau perbuatan mereplikasi; penduplikatan. [Lihat sumber Disini]
Definisi tersebut memberikan pemahaman dasar bahwa replikasi adalah tindakan menggandakan atau meniru suatu objek/aktivitas, dan ketika diterapkan ke penelitian, maknanya berkembang menuju pengulangan sistematis suatu studi dengan tujuan tertentu (verifikasi, pengujian ulang, generalisasi).
Definisi Replikasi Menurut Para Ahli
Berikut beberapa definisi dari para ahli atau kajian metodologi penelitian terkait replikasi:
- Menurut R. Abubakar dalam buku Pengantar Metodologi Penelitian (2021) menyebut bahwa:
“Replikabilitas, yaitu replikasi atau pengulangan penelitian oleh peneliti lainnya untuk mengukuhkan penemuan‐penemuan atau memeriksa kebenarannya, baik untuk latar yang sama ataupun untuk latar yang berbeda.” [Lihat sumber Disini]
Artinya, replikasi dimaknai sebagai kemampuan suatu penelitian untuk diulang oleh peneliti lain sehingga hasilnya dapat dikonfirmasi.
- Artikel “Apa itu Replikasi Penelitian?” menyebut:
“Replikasi penelitian adalah proses pengulangan atau peniruan sebuah studi ilmiah yang telah dilakukan sebelumnya, dengan tujuan untuk memverifikasi, memperkuat, atau menguji kembali hasil penelitian tersebut.” [Lihat sumber Disini]
- Dalam kajian “Krisis Replikasi: Apa Artinya bagi Dosen & Peneliti Indonesia” dijelaskan:
“Penelitian Replikasi (PR) … adalah penelitian yang menjawab masalah penelitian yang sama, yang bertujuan menggugurkan teori yang digunakan di penelitian‐penelitian sebelumnya dengan rancangan yang lebih valid.” [Lihat sumber Disini]
Dengan demikian, replikasi juga dapat berfungsi sebagai kritik terhadap penelitian sebelumnya atau memperkuat teori yang ada.
- Sebuah penelitian metode menyebut:
“Sifat penelitian yang dilakukan merupakan penelitian replikasi, yaitu suatu penelitian pengulangan dari penelitian yang serupa namun dengan menggunakan sampel, variabel, dan periode yang berbeda. … Penelitian replikasi digunakan untuk menjawab masalah penelitian yang sama, namun dengan kondisi dan objek penelitian yang berbeda dan bertujuan untuk melihat keabsahan teori dan penelitian yang telah ada sebelumnya.” [Lihat sumber Disini]
Berdasarkan definisi‐definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa replikasi dalam penelitian mencakup unsur: pengulangan studi sebelumnya, penggunaan variabel atau metode yang sama atau sejenis, dan tujuan untuk menguji, menguatkan, atau memperluas temuan sebelumnya.
Fungsi Replikasi dalam Penelitian
Replikasi memiliki sejumlah fungsi penting dalam konteks penelitian ilmiah. Berikut beberapa fungsi utama beserta penjelasannya:
- Meningkatkan Validitas dan Keandalan Temuan
Dengan melakukan replikasi, peneliti dapat memeriksa apakah hasil penelitian awal benar‐benar valid dan dapat direproduksi. Jika hasil direplikasi dengan teknik dan konteks yang sama atau serupa dan menghasilkan temuan yang sama, maka kepercayaan terhadap temuan awal meningkat. Sebaliknya, jika hasil berbeda, maka perlu dipertanyakan kekuatan atau penerapan studi sebelumnya. - Memperkuat Generalisasi Temuan
Penelitian awal sering dilakukan dalam konteks tertentu (misalnya populasi, lokasi atau budaya tertentu). Dengan melakukan replikasi dalam konteks berbeda—misalnya populasi berbeda, lokasi berbeda, atau periode berbeda—peneliti dapat menguji sejauh mana temuan dapat digeneralisasikan ke populasi atau kondisi yang lebih luas. - Mengidentifikasi Batasan dan Variabel Kontekstual
Replikasi membantu mengungkap variabel‐variabel yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian tetapi tidak teridentifikasi dalam studi awal. Misalnya, jika hasil tidak dapat direplikasi dalam kondisi berbeda, bisa jadi ada faktor moderator, mediator, atau konteks yang memengaruhi hasil. Dengan demikian, replikasi mendorong penjelasan yang lebih dalam terhadap fenomena yang diteliti. - Memperkuat Teori dan Membangun Landasan Ilmiah
Temuan yang sering direplikasi memberikan bukti empiris yang kuat untuk teori tertentu, meningkatkan legitimasi dan penerimaan teori tersebut di komunitas ilmiah. Sebaliknya, jika banyak replikasi gagal, teori tersebut mungkin perlu dikaji ulang atau diperbaharui. - Meningkatkan Transparansi dan Akuntabilitas Penelitian
Penelitian yang terbuka terhadap replikasi menunjukkan bahwa metode, data, dan analisisnya dapat diperiksa ulang oleh pihak lain. Ini meningkatkan akuntabilitas ilmiah dan mengurangi risiko bias, manipulasi data, atau temuan yang terlalu bergantung pada kondisi unik. Artikel Populix menyebut bahwa replikasi dan reproduksi “memandu bahwa temuan penelitian asli dapat diuji kembali dan dapat diandalkan”. [Lihat sumber Disini] - Mengatasi Krisis Replikasi
Fenomena “krisis replikasi” menunjukkan bahwa banyak penelitian yang tidak bisa direplikasi, yang menimbulkan keraguan terhadap keandalan temuan ilmiah. Dengan mendorong penelitian replikasi, komunitas ilmiah Indonesia dan internasional dapat bekerja sama untuk memperkuat landasan empiris penelitian. [Lihat sumber Disini]
Contoh Replikasi dalam Penelitian
Untuk membuat gambaran lebih konkret, berikut beberapa contoh penerapan replikasi dalam penelitian di Indonesia maupun secara umum:
Contoh 1: Replikasi pada penelitian kuantitatif di Indonesia
Sebuah skripsi menyebut:
“Peneliti tertarik melakukan replikasi penelitian disebabkan juga karena peneliti ingin mencoba untuk melakukan penelitian pada objek dan lokasi penelitian yang berbeda.” (I Yosephine CJP, 2022) [Lihat sumber Disini]
Dalam kasus ini, objek dan lokasi penelitian diganti dari penelitian awal yang mungkin dilakukan pada lokasi lain, tetapi variabel dan metode kira‐kira sama. Ini menunjukkan salah satu jenis replikasi (lokasi berbeda).
Contoh 2: Penelitian replikasi dalam metodologi (variabel dan periode berbeda)
Pada dokumen metodologi tercatat:
“Sifat penelitian yang dilakukan merupakan penelitian replikasi, yaitu suatu penelitian pengulangan dari penelitian yang serupa namun dengan menggunakan sampel, variabel, dan periode yang berbeda … bertujuan untuk melihat keabsahan teori dan penelitian yang telah ada sebelumnya.” [Lihat sumber Disini]
Ini menunjukkan bahwa penelitian menggunakan variabel atau periode berbeda—meskipun topik sama—untuk menguji keabsahan teori atau hasil penelitian awal.
Contoh 3: Isu krisis replikasi
Dalam artikel “Krisis Replikasi: Apa Artinya untuk Dosen & Peneliti Indonesia?” disebut bahwa banyak penelitian awal yang ketika dites ulang menghasilkan hasil yang berbeda, sehingga menimbulkan kekhawatiran terhadap keandalan penelitian. [Lihat sumber Disini]
Contoh ini bukan penelitian spesifik yang direplikasi, tetapi menunjukkan konteks penting yaitu tantangan yang dihadapi dalam melakukan replikasi dan implikasinya.
Contoh 4: Replikasi model inovasi di pemerintahan
Meskipun bukan penelitian ilmiah tradisional, sebuah artikel tentang “kesiapan pemerintah daerah dalam melakukan replikasi inovasi perizinan” di Indonesia menyebut:
“Secara teori replikasi inovasi merupakan usaha untuk mengadopsi ide inovasi dari daerah replika … yang penting bukan baru dan tidaknya ide tersebut, tetapi apakah ide tersebut menjadi solusi kreatif.” (Kartika, 2022) [Lihat sumber Disini]
Walau ini konteks inovasi publik, namun prinsip replikasi (mengulang, meniru atau mengadopsi) dapat diibaratkan dengan penerapan penelitian sebelumnya ke kondisi berbeda.
Kesimpulan
Replikasi dalam penelitian sangatlah penting dan multi‐fungsi. Secara definisi, replikasi dapat diartikan sebagai pengulangan atau peniruan studi sebelumnya dengan tujuan menguji keandalan, validitas, atau generalisasi hasil penelitian. KBBI mendefinisikan replikasi sebagai proses atau cara penduplikatan, sementara para ahli metodologi menyatakan bahwa replikasi adalah upaya untuk mengukuhkan temuan dan memeriksa kebenarannya.
Fungsi replikasi mencakup meningkatkan validitas dan keandalan penelitian, memperluas generalisasi, mengidentifikasi variabel kontekstual, memperkuat teori, serta meningkatkan transparansi penelitian. Tantangan seperti krisis replikasi menunjukkan bahwa tanpa replikasi yang memadai, banyak temuan penelitian yang mungkin tidak dapat dipercaya.
Contoh‐contoh penerapan replikasi di Indonesia menunjukkan bahwa replikasi dapat dilakukan dengan mengganti lokasi, sampel, periode waktu, atau variabel penelitian, dengan tetap mempertahankan kerangka studi awal. Peneliti maupun akademisi perlu mempertimbangkan perancangan replikasi sebagai bagian dari strategi pengembangan penelitian yang bermakna.
Dengan demikian, bagi peneliti pemula maupun yang sudah berpengalaman, penting untuk memasukkan aspek replikasi dalam desain penelitian—baik sebagai bagian dari rencana penelitian (misalnya ingin melakukan replikasi dari penelitian terdahulu) maupun sebagai pertimbangan kritis terhadap penelitian‐yang sudah ada. Replikasi bukan hanya sekadar “mengulang” tetapi menjadi langkah strategis dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang kokoh dan terpercaya.