Terakhir diperbarui: 24 October 2025

Citation (APA Style):
Davacom. (2025, 3 October 2025). Justifikasi: Definisi, Fungsi, dan Contoh dalam Kajian Ilmiah beserta sumber [pdf]. SumberAjar. Retrieved 12 November 2025, from https://sumberajar.com/kamus/justifikasi-definisi-fungsi-dan-contoh-dalam-kajian-ilmiah-beserta-sumber-pdf 

Kamu menggunakan Mendeley? Add entry manual di sini.

Justifikasi: Definisi, Fungsi, dan Contoh dalam Kajian Ilmiah beserta sumber [pdf]

Pendahuluan

Dalam dunia akademik, setiap pernyataan, teori, atau temuan tidak bisa berdiri sendiri tanpa adanya alasan yang kuat. Justifikasi hadir sebagai unsur penting yang memberikan pembenaran, alasan, dan landasan logis terhadap sebuah klaim atau keputusan penelitian. Tanpa justifikasi, sebuah penelitian akan mudah dipertanyakan, karena tidak memiliki dasar yang jelas untuk menjawab mengapa suatu metode dipilih, mengapa sebuah teori digunakan, atau mengapa hasil tertentu dapat diterima sebagai pengetahuan yang sah.

Pentingnya justifikasi tidak hanya berlaku di ranah ilmiah, tetapi juga terasa dalam kehidupan sehari-hari. Seorang guru yang memilih strategi mengajar, seorang pemerintah yang menetapkan kebijakan, hingga seorang siswa yang menentukan cara belajar—semuanya membutuhkan justifikasi agar tindakannya dianggap wajar dan masuk akal. Dalam penelitian ilmiah, justifikasi bahkan lebih krusial karena berfungsi sebagai “pagar akademik” yang menjaga konsistensi logis, validitas data, serta relevansi teori yang digunakan. Oleh karena itu, memahami definisi, fungsi, dan contoh penerapan justifikasi menjadi bekal penting bagi siapa pun yang ingin menghasilkan karya ilmiah yang kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan.

 

Definisi Justifikasi

Secara Umum

Secara umum, justifikasi dipahami sebagai tindakan memberi alasan, argumentasi, atau pembenaran terhadap suatu keputusan, keyakinan, atau pernyataan. Dalam percakapan sehari-hari, kita sering mendengar kalimat “apa justifikasinya?” yang maksudnya adalah “apa alasan atau dasar yang mendukung pernyataan tersebut.” Artinya, istilah ini bukan hanya sekadar kata formal dalam dunia akademik, melainkan bagian dari pola pikir manusia dalam kehidupan sosial.

Dalam konteks kehidupan sehari-hari, justifikasi berfungsi untuk meyakinkan orang lain bahwa suatu tindakan atau pendapat tidak dilakukan secara sembarangan. Misalnya, seorang pegawai yang datang terlambat ke kantor mungkin memberikan justifikasi bahwa ia terjebak macet karena ada kecelakaan di jalan. Atau seorang siswa yang memilih metode belajar tertentu memberikan justifikasi bahwa cara tersebut lebih sesuai dengan gaya belajarnya.

Di ranah yang lebih luas, justifikasi digunakan dalam hukum, filsafat, ilmu pengetahuan, dan politik. Dalam hukum, justifikasi adalah alasan yang membuat suatu tindakan tidak dianggap melanggar, misalnya alasan pembelaan diri. Dalam filsafat, justifikasi terkait erat dengan epistemologi bagaimana seseorang membenarkan keyakinannya agar dapat disebut pengetahuan. Sedangkan dalam ilmu pengetahuan, justifikasi dipakai untuk menjelaskan mengapa suatu metode, data, atau teori layak digunakan.

Jadi, secara umum, justifikasi dapat dimaknai sebagai upaya menyusun alasan rasional dan dapat diterima agar klaim atau tindakan memiliki landasan kuat. Tanpa adanya justifikasi, klaim hanya akan menjadi pendapat subjektif yang rapuh.


Menurut KBBI

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah justifikasi memiliki arti:

“putusan, alasan, pertimbangan, dan sebagainya berdasarkan hati nurani.”
([Lihat sumber Disini])

Definisi ini menekankan bahwa justifikasi bukan sekadar rangkaian logika, tetapi juga mencakup aspek hati nurani dan pertimbangan moral. Artinya, dalam memberikan justifikasi, seseorang tidak hanya berpikir rasional, melainkan juga mempertimbangkan apakah tindakannya dapat diterima secara etis dan sosial.

Contoh penggunaannya dalam kalimat menurut KBBI adalah:

“Salah satu justifikasi menaikkan gaji pegawai adalah untuk memperbaiki kualitas pelayanan publik.”

Kalimat tersebut menunjukkan bahwa justifikasi selalu muncul dalam bentuk alasan yang konkret dan relevan. Jadi, jika dilihat dari perspektif KBBI, justifikasi adalah sebuah keputusan yang berakar pada pertimbangan moral, logika, dan kebutuhan praktis.

Selain itu, dalam beberapa sumber lain yang merujuk pada KBBI online, justifikasi juga diartikan sebagai pembenaran atas suatu tindakan atau pendapat. ([Lihat sumber Disini]) Dengan demikian, makna yang ditekankan adalah bahwa justifikasi bukan hanya pernyataan, melainkan alasan yang menguatkan sebuah putusan.


Menurut Para Ahli

Dalam kajian ilmiah, banyak ahli mendefinisikan justifikasi dengan penekanan yang berbeda-beda sesuai dengan bidang keilmuannya. Berikut beberapa definisi yang sering dijadikan rujukan:

  1. Thomas (1973)
    Menurut Thomas, justifikasi adalah penyediaan dasar, bukti, dan penalaran agar suatu klaim dapat diterima. Definisi ini memperlihatkan bahwa sebuah klaim tidak akan sahih tanpa ada dukungan berupa data empiris atau argumen logis. Misalnya, seorang peneliti yang menyatakan bahwa metode pembelajaran tertentu lebih efektif harus menjustifikasinya dengan bukti penelitian.
      Sumber: [Lihat sumber Disini]

  2. Sonny Keraf & Mikhael Dua
    Kedua pakar ini menjelaskan bahwa justifikasi adalah proses menyodorkan fakta yang mendukung suatu hipotesis atau proposisi. Tanpa fakta, sebuah hipotesis hanya menjadi dugaan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, justifikasi menjadi jembatan antara teori dan kenyataan.
      Sumber: [Lihat sumber Disini]

  3. Sarumaha (2017) dalam Pendidikan Matematika
    Dalam kajian pendidikan matematika, justifikasi dimaknai sebagai penentuan kebenaran terhadap suatu pernyataan matematika dengan memberikan alasan atau bukti yang mendukung. Misalnya, siswa tidak hanya menjawab hasil hitungan, tetapi juga menjelaskan langkah-langkahnya agar jawaban tersebut sahih.
      Sumber: [Lihat sumber Disini]

  4. Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, Universitas Bengkulu
    Dalam penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, justifikasi didefinisikan sebagai kemampuan menjelaskan alasan dari suatu klaim, konjektur, atau pernyataan matematika secara sistematis. Definisi ini mempertegas pentingnya keterampilan argumentasi dalam proses pembelajaran.
      Sumber: [Lihat sumber Disini]

  5. Artikel MATHEdunesa (2025)
    Artikel yang terbit di MATHEdunesa menjelaskan bahwa justifikasi adalah proses menjelaskan dan memverifikasi pengetahuan tertentu secara sistematis berdasarkan gagasan, definisi, dan sifat-sifat yang berlaku. Penjelasan ini menegaskan bahwa justifikasi adalah mekanisme verifikasi akademik, bukan sekadar alasan pribadi.
      Sumber: [Lihat sumber Disini]

 

Fungsi Justifikasi dalam Penelitian Ilmiah

Dalam sebuah penelitian, justifikasi bukan hanya pelengkap formal, tetapi merupakan tulang punggung yang membuat penelitian bisa dipercaya, diulang, dan dipertahankan secara akademik. Tanpa justifikasi yang jelas, penelitian cenderung dianggap spekulatif, tidak berbasis teori, bahkan berpotensi ditolak oleh pembaca, dosen pembimbing, atau reviewer jurnal. Berikut beberapa fungsi utamanya:


1. Membenarkan Pemilihan Metode / Desain Penelitian

Setiap penelitian pasti menggunakan metode tertentu, misalnya kualitatif, kuantitatif, atau campuran (mixed methods). Pilihan ini tidak boleh sembarangan, harus ada alasan mengapa metode tersebut dipilih. Justifikasi metodologi membantu pembaca memahami alasan logis di balik pemilihan desain penelitian.

Contohnya, dalam penelitian pendidikan, peneliti mungkin memilih metode kuasi-eksperimen karena kondisi lapangan tidak memungkinkan adanya pembagian kelompok secara acak (randomisasi penuh). Justifikasi ini membuat pembaca mengerti bahwa meskipun ada keterbatasan, desain yang dipilih masih relevan untuk menjawab pertanyaan penelitian.

   Sumber: [Lihat sumber Disini]


2. Menguatkan Validitas & Reliabilitas Klaim

Justifikasi berfungsi untuk memperkuat validitas (ketepatan) dan reliabilitas (keterulangan) klaim. Tanpa justifikasi, klaim bisa terlihat lemah karena tidak ada dasar yang mendukung. Dengan menyertakan data empiris, teori, dan argumen logis, peneliti menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh bukan sekadar kebetulan.

Misalnya, seorang peneliti yang menyatakan bahwa media pembelajaran berbasis AR meningkatkan hasil belajar siswa harus menjustifikasi dengan data hasil pre-test dan post-test yang menunjukkan peningkatan signifikan. Klaim itu juga harus diperkuat dengan teori pembelajaran berbasis teknologi.

   Sumber: [Lihat sumber Disini]


3. Menunjukkan Konsistensi Logis

Penelitian ilmiah menuntut konsistensi antara tujuan, teori, metode, dan hasil. Justifikasi membantu memastikan bahwa setiap bagian penelitian saling terkait secara logis. Jika ada bagian yang tidak konsisten, penelitian akan mudah dipertanyakan.

Contoh: Jika penelitian bertujuan menganalisis pengaruh metode diskusi terhadap kemampuan berpikir kritis, justifikasi harus menunjukkan bahwa metode diskusi memang secara teoritis relevan dengan pengembangan berpikir kritis. Tanpa justifikasi, pemilihan metode diskusi bisa dianggap tidak nyambung dengan tujuan penelitian.

   Sumber: [Lihat sumber Disini]


4. Meyakinkan Pembaca / Reviewer / Peneliti Lain

Salah satu fungsi utama justifikasi adalah meyakinkan pihak lain bahwa penelitian yang dilakukan dapat dipercaya. Justifikasi berperan untuk menghapus keraguan reviewer jurnal atau penguji skripsi dengan menunjukkan bahwa semua keputusan penelitian didasarkan pada pertimbangan teoritis dan empiris.

Tanpa justifikasi, penelitian bisa dianggap tidak serius atau tidak memiliki pijakan kuat. Sebaliknya, penelitian dengan justifikasi yang matang akan terlihat kredibel, meskipun mungkin masih ada keterbatasan.

   Sumber: [Lihat sumber Disini], [Lihat sumber Disini]


5. Menunjukkan Keterbukaan terhadap Kritik / Revisi

Penelitian yang baik tidak hanya memberikan alasan, tetapi juga menunjukkan kesadaran akan keterbatasan. Justifikasi bisa berisi batasan penelitian, asumsi, dan ruang revisi. Hal ini menunjukkan bahwa peneliti tidak arogan, tetapi siap menerima masukan bila ada bukti baru.

Contoh: Peneliti bisa menjustifikasi bahwa penggunaan sampel kecil dilakukan karena keterbatasan waktu dan biaya. Dengan demikian, hasil penelitian tetap valid dalam konteks tertentu, tetapi peneliti mengakui bahwa untuk generalisasi lebih luas diperlukan penelitian lanjutan dengan sampel lebih besar.

   Sumber: [Lihat sumber Disini]


6. Mengarahkan Peneliti pada Kerangka Teori & Literatur

Justifikasi juga berfungsi sebagai kompas penelitian, yang mengarahkan peneliti agar tidak asal memilih variabel, teori, atau instrumen. Dengan menyusun justifikasi, peneliti dipaksa untuk merujuk pada literatur terdahulu, sehingga penelitian punya pijakan yang kokoh.

Misalnya, penelitian tentang gaya belajar siswa harus menjustifikasi dengan teori gaya belajar (misalnya model VARK atau Kolb). Jika tidak ada justifikasi, penelitian akan terlihat tidak memiliki arah dan tidak terhubung dengan riset sebelumnya.

   Sumber: [Lihat sumber Disini]


7. Memfasilitasi Replikasi / Verifikasi

Salah satu prinsip utama ilmu adalah replikasi. Hasil penelitian dianggap valid jika bisa diverifikasi atau diulang oleh peneliti lain dengan hasil yang sama. Justifikasi yang disampaikan secara transparan akan memudahkan orang lain melakukan replikasi.

Contoh: Dalam penelitian eksperimen, justifikasi mengenai pemilihan sampel, instrumen, dan prosedur membantu peneliti lain meniru langkah-langkah tersebut. Jika hasilnya sama, klaim semakin kuat. Jika berbeda, akan muncul diskusi ilmiah yang memperkaya pengetahuan.

   Sumber: [Lihat sumber Disini]

Contoh Justifikasi dalam Konteks Ilmiah

Agar lebih mudah dipahami, berikut adalah beberapa contoh konkret bagaimana justifikasi digunakan dalam penelitian atau kajian akademik:


Contoh 1: Justifikasi Metodologi

Dalam penelitian ilmiah, pemilihan metode penelitian adalah hal yang krusial. Seorang peneliti harus bisa menjelaskan mengapa metode tertentu dipilih dibanding metode lain.

Misalnya, seorang peneliti pendidikan ingin meneliti efektivitas model pembelajaran Examples Non-Examples. Di lapangan, peneliti tidak memungkinkan melakukan randomisasi penuh terhadap kelompok siswa karena sistem kelas sudah ditentukan oleh sekolah. Oleh karena itu, peneliti memilih desain kuasi-eksperimen.

Justifikasinya adalah: meskipun kuasi-eksperimen memiliki keterbatasan dalam randomisasi, desain ini tetap memungkinkan analisis sebab-akibat karena ada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan justifikasi tersebut, peneliti mampu mempertahankan keabsahan desainnya di hadapan pembimbing atau reviewer.

    Sumber: [Lihat sumber Disini]


Contoh 2: Justifikasi Teoritis & Praktis

Dalam penelitian yang berkaitan dengan kesehatan atau pangan, peneliti biasanya memerlukan justifikasi ganda: teoritis dan praktis.

Sebagai contoh, dalam makalah tentang penggunaan pewarna makanan, peneliti memberikan:

  • Justifikasi teoritis → merujuk penelitian terdahulu yang menunjukkan efek negatif pewarna sintetis terhadap kesehatan. Fakta-fakta dari literatur terdahulu dipakai sebagai pembenaran mengapa isu ini penting.

  • Justifikasi praktis → dilakukan melalui uji laboratorium yang mengukur kadar pewarna dalam produk lokal. Dengan data tersebut, peneliti bisa menunjukkan dampak nyata di lapangan.

Dengan kombinasi ini, penelitian terlihat lebih meyakinkan, karena tidak hanya berdiri di atas teori, tetapi juga punya dasar empiris yang kuat.

    Sumber: [Lihat sumber Disini], [Lihat sumber Disini]


Contoh 3: Justifikasi dalam Pendidikan / Matematika

Di bidang pendidikan matematika, siswa sering diminta untuk membenarkan (justify) setiap langkah penyelesaian soal. Hal ini bukan sekadar formalitas, tetapi sebuah bentuk justifikasi akademik.

Contohnya, dalam penelitian di Universitas Bengkulu, siswa yang menyelesaikan soal aljabar diminta untuk menjelaskan mengapa mereka melakukan langkah tertentu. Dari sini, peneliti bisa menganalisis struktur berpikir siswa dan konsistensi logika yang mereka gunakan.

Justifikasi dalam konteks ini menunjukkan bahwa belajar matematika bukan sekadar mendapatkan jawaban benar, tetapi melatih siswa untuk berpikir kritis dan argumentatif.

    Sumber: [Lihat sumber Disini], [Lihat sumber Disini]


Contoh 4: Justifikasi Bobot / Prioritas Penelitian Manajemen

Dalam penelitian manajemen atau kebijakan, peneliti sering diminta menjustifikasi indikator yang dipilih.

Misalnya, dalam penelitian tentang indikator kinerja program studi (KPI), peneliti menetapkan beberapa indikator prioritas. Namun, agar tidak dianggap subjektif, peneliti melakukan survei dan menghitung nilai rata-rata tiap indikator. Hasilnya menunjukkan bahwa indikator tertentu memiliki nilai rata-rata > 4,0 dan konsistensi pengujian acceptable (IR < 0,1).

Justifikasi ini membuat keputusan peneliti tidak hanya terlihat masuk akal, tetapi juga berbasis data terukur. Tanpa justifikasi, pemilihan indikator bisa dianggap bias.

    Sumber: [Lihat sumber Disini]

 

Kesimpulan

Dari uraian mengenai definisi, fungsi, dan contoh penerapan, dapat ditegaskan bahwa justifikasi merupakan elemen penting dalam kajian ilmiah. Secara umum, justifikasi berarti pembenaran atau alasan yang membuat sebuah klaim dapat diterima. Menurut KBBI, justifikasi menekankan aspek pertimbangan hati nurani dan logika, sedangkan dalam ranah akademik para ahli melihatnya sebagai proses penyediaan bukti, data, teori, dan penalaran yang sistematis. Dengan demikian, justifikasi menjadi pembeda utama antara opini biasa dengan pengetahuan ilmiah yang sahih dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selain itu, fungsi justifikasi dalam penelitian mencakup pembenaran metodologi, penguatan validitas klaim, menjaga konsistensi logis, meyakinkan pembaca atau reviewer, serta membuka ruang kritik dan replikasi. Contoh-contoh nyata seperti pemilihan metode kuasi-eksperimen, justifikasi teoritis dan praktis pada penelitian pangan, hingga penentuan bobot indikator dalam manajemen menunjukkan bahwa justifikasi tidak hanya teori, melainkan praktik nyata yang menentukan kualitas penelitian. Dengan adanya justifikasi yang kuat, penelitian akan lebih kredibel, relevan, dan memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

 

Artikel ini ditulis dan disunting oleh tim redaksi SumberAjar.com berdasarkan referensi akademik Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Secara umum, justifikasi adalah tindakan memberikan alasan, argumentasi, atau pembenaran terhadap suatu pernyataan, keyakinan, atau keputusan. Dalam kehidupan sehari-hari, justifikasi berfungsi untuk meyakinkan orang lain bahwa suatu tindakan atau pendapat memiliki dasar yang rasional dan dapat diterima.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), justifikasi berarti putusan, alasan, pertimbangan, dan sebagainya berdasarkan hati nurani. Artinya, justifikasi bukan hanya logika, tetapi juga mencakup pertimbangan moral dan etika.

Beberapa ahli mendefinisikan justifikasi berbeda-beda: Thomas (1973) menyebut justifikasi sebagai penyediaan dasar, bukti, dan penalaran agar klaim dapat diterima. Sonny Keraf & Mikhael Dua menyebutnya proses menyodorkan fakta yang mendukung hipotesis. Dalam pendidikan matematika, justifikasi berarti membenarkan pernyataan dengan bukti. Artikel MATHEdunesa menegaskan justifikasi sebagai proses verifikasi pengetahuan secara sistematis.

Justifikasi memiliki banyak fungsi, antara lain: membenarkan pemilihan metode penelitian, menguatkan validitas dan reliabilitas klaim, menjaga konsistensi logis antarbagian penelitian, meyakinkan pembaca atau reviewer, menunjukkan keterbukaan terhadap kritik dan revisi, mengarahkan penelitian pada kerangka teori dan literatur, serta memfasilitasi replikasi dan verifikasi.

Contoh justifikasi metodologi adalah penggunaan desain kuasi-eksperimen dalam penelitian pendidikan. Desain ini dipilih karena kondisi sekolah tidak memungkinkan randomisasi penuh, tetapi tetap memungkinkan analisis sebab-akibat. Dengan justifikasi tersebut, pemilihan metode tetap kredibel meskipun ada keterbatasan.

Contoh justifikasi teoritis dan praktis dapat dilihat dalam penelitian pangan. Justifikasi teoritis berupa rujukan pada penelitian terdahulu yang menunjukkan dampak negatif pewarna sintetis, sementara justifikasi praktis berupa data laboratorium yang menguji kadar pewarna pada produk lokal.

Dalam pendidikan matematika, siswa diminta membenarkan langkah-langkah penyelesaian soal. Misalnya, ketika menyelesaikan soal aljabar, siswa menjelaskan alasan di balik setiap langkah. Hal ini membantu peneliti atau guru memahami struktur berpikir dan logika siswa.

Dalam penelitian manajemen, peneliti sering menjustifikasi indikator kinerja (KPI). Contohnya, indikator ditetapkan sebagai prioritas karena memiliki nilai rata-rata di atas 4,0 dalam survei serta konsistensi pengujian yang dapat diterima (IR < 0,1). Hal ini menunjukkan keputusan berbasis data, bukan subjektif.