Terakhir diperbarui: 26 October 2025

Citation (APA Style):
Davacom. (2025, 26 October 2025). Uji Reliabilitas: Definisi, Jenis, dan Contoh dalam Penelitian. SumberAjar. Retrieved 12 November 2025, from https://sumberajar.com/kamus/uji-reliabilitas-definisi-jenis-dan-contoh-dalam-penelitian 

Kamu menggunakan Mendeley? Add entry manual di sini.

Uji Reliabilitas: Definisi, Jenis, dan Contoh dalam Penelitian

Pendahuluan

Dalam dunia penelitian kuantitatif, instrumen pengukuran seperti kuesioner, skala Likert, tes, maupun observasi berperan sangat penting untuk menghasilkan data yang valid dan dapat dipercaya. Tanpa instrumen yang baik, temuan penelitian bisa saja bias, tidak akurat, atau sulit untuk digeneralisasi. Salah satu aspek yang krusial dari instrumen tersebut adalah reliabilitas yakni sejauh mana hasil pengukuran tersebut konsisten dan stabil ketika diulang dalam kondisi yang serupa. Uji reliabilitas menjadi tahap wajib yang harus dilalui peneliti sebelum menyimpulkan hasil penelitian. Artikel ini akan membahas secara mendalam: definisi uji reliabilitas, menurut KBBI dan para ahli; jenis-jenis reliabilitas yang umum digunakan dalam penelitian; dan contoh penerapan uji reliabilitas dalam penelitian Indonesia. Dengan pemahaman yang baik mengenai uji reliabilitas, peneliti dapat meningkatkan kualitas instrumen dan menghasilkan data yang lebih kredibel.

Definisi Uji Reliabilitas

Definisi Uji Reliabilitas Secara Umum

Secara umum, uji reliabilitas merujuk pada proses pengukuran konsistensi sebuah instrumen penelitian ketika digunakan berkali-kali pada situasi yang serupa. Artinya, jika instrumen diulang pada waktu atau kondisi yang sama terhadap kelompok responden yang sebanding, maka hasil yang diperoleh akan relatif sama atau stabil. Sebagaimana dikemukakan bahwa “instrumen penelitian … dinyatakan reliabel apabila jawaban seorang responden mengenai pernyataan yang diberikan stabil atau konsisten dari waktu ke waktu.” [Lihat sumber Disini] Dengan demikian, reliabilitas menjadi tolok ukur keandalan alat ukur dalam penelitian.

Tujuan utama uji reliabilitas adalah untuk memastikan bahwa skala, tes, atau kuesioner yang digunakan benar-benar menghasilkan data yang bukan kebetulan atau terlalu dipengaruhi faktor eksternal yang tidak diinginkan. Sebagai contoh, ketika responden menjawab kuesioner pada hari yang berbeda atau oleh penguji yang berbeda, instrumen yang reliabel akan menghasilkan pola jawaban yang serupa (selama kondisi yang diukur tidak berubah). Sebuah panduan menyatakan bahwa “Tujuan utama uji reliabilitas instrumen penelitian ialah untuk mengukur konsistensi alat ukur yang digunakan peneliti kuantitatif.” [Lihat sumber Disini] Dengan demikian, reliabilitas erat kaitannya dengan stabilitas dan konsistensi hasil pengukuran.

Definisi Uji Reliabilitas dalam KBBI

Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa melalui kamus resmi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata reliabilitas memiliki arti: “perihal sesuatu yang bersifat reliabel (bersifat andal); ketelitian dan ketepatan teknik pengukuran; keterandalan.” [Lihat sumber Disini] Dengan demikian, istilah ini dalam bahasa Indonesia menegaskan bahwa reliabilitas berarti keandalan dan ketepatan suatu pengukuran. Dalam konteks penelitian, definisi ini membantu menegaskan bahwa instrumen harus mampu menghasilkan pengukuran yang tepat dan dapat dipercaya.

Definisi Uji Reliabilitas Menurut Para Ahli

Berikut beberapa definisi menurut para ahli agar kita punya pemahaman yang lebih kaya:

  1. Sudjana menyatakan bahwa reliabilitas adalah “ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.” [Lihat sumber Disini]
  2. Sumadi Suryabrata (2004) menyebut bahwa reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya hasilnya konsisten dan stabil. [Lihat sumber Disini]
  3. Anastasia & Susana mendefinisikan reliabilitas sebagai sesuatu yang merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji ulang dengan tes yang sama atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen, atau di bawah kondisi pengujian yang berbeda. [Lihat sumber Disini]
  4. Dalam penelitian Indonesia terkini, disebutkan: “Reliabilitas dalam penelitian kuantitatif merujuk pada konsistensi dan kestabilan hasil yang diperoleh dari suatu instrumen ketika digunakan dalam kondisi yang serupa di waktu yang berbeda.” [Lihat sumber Disini]

Dari definisi-definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa unsur-kunci reliabilitas adalah: konsistensi, keajegan (stabilitas), dan keandalan (dapat dipercaya) dari alat ukur.

Jenis-Jenis Uji Reliabilitas

Dalam penelitian, terdapat beberapa pendekatan atau metode untuk menguji reliabilitas instrumen. Berikut jenis-jenis yang umum digunakan beserta penjelasan dan karakteristiknya.

1. Reliabilitas Konsistensi Internal (Internal Consistency)

Jenis ini mengukur sejauh mana item-item dalam satu instrumen saling berkorelasi dan bersama-sama mengukur konstruk yang sama. Dengan kata lain, ketika suatu kuesioner memiliki beberapa butir (pertanyaan) yang dirancang untuk mengukur variabel yang sama, maka jika setiap butir tersebut memberikan pola jawaban yang relatif konsisten antar responden, maka konsistensi internalnya baik.

Contoh teknik yang sering digunakan: Cronbach’s Alpha (α). Sebuah studi menyebut bahwa nilai Cronbach’s Alpha > 0,70 dianggap sebagai konsistensi internal yang baik. [Lihat sumber Disini] Dalam literatur Indonesia juga disebut bahwa “Ada tiga cara untuk mengestimasi koefisien reliabilitas yaitu: metode tes-ulang (test-retest), metode bentuk paralel (parallel forms), dan metode konsistensi internal (internal consistency).” [Lihat sumber Disini]

2. Reliabilitas Stabilitas (Test-Retest Reliability)

Metode ini mengukur stabilitas instrumen dari waktu ke waktu. Artinya, instrumen diberikan dua kali kepada kelompok yang sama dalam jangka waktu tertentu, dan kemudian kedua hasil tersebut dikorelasi untuk melihat apakah hasilnya konsisten. Bila hasilnya relatif sama, maka instrumen dianggap stabil atau reliabel dalam aspek stabilitas.

Contoh penggunaan: memberi kuesioner kepada responden hari ini, lalu setelah beberapa minggu yang sama responden diberikan kembali kuesioner yang sama, kemudian menghitung koefisien korelasi (misalnya Pearson atau ICC). Dari literatur: “Reliabilitas test-retest mengukur stabilitas hasil pengukuran dari waktu ke waktu.” [Lihat sumber Disini]

3. Reliabilitas Bentuk Paralel (Parallel Forms Reliability)

Metode ini menggunakan dua versi instrumen yang berbeda tetapi dirancang untuk mengukur konstruk yang sama. Instrumen versi A dan instrumen versi B diberikan kepada kelompok yang sama (atau dua kelompok setara) dan hasilnya dikorelasikan. Jika kedua versi memiliki korelasi tinggi, maka reliabilitas bentuk paralel dinyatakan baik.

Dalam penelitian: “Reliabilitas bentuk paralel … melibatkan penggunaan dua bentuk instrumen yang berbeda tetapi dirancang untuk mengukur konstruk yang sama.” [Lihat sumber Disini]

4. Reliabilitas Antar Penilai (Inter-Rater Reliability)

Metode ini mengukur konsistensi hasil pengukuran ketika pengukuran dilakukan oleh dua atau lebih penilai (observer) yang berbeda. Sangat relevan untuk penelitian yang menggunakan observasi atau penilaian subjektif (misalnya penilaian kompetensi, rubrik, observasi kelas). Jika penilai berbeda memberi skor serupa atau konsisten, maka reliabilitas antar penilai tinggi.

Contoh dalam literatur jenis reliabilitas: “Dokumen tersebut membahas tiga jenis reliabilitas yang umum digunakan … yaitu reliabilitas antar pemeriksa (inter-rater), reliabilitas tes-ulang, dan reliabilitas bentuk paralel.” [Lihat sumber Disini]

5. Split-Half Reliability (Penbelahan Paruh)

Metode ini membagi instrumen menjadi dua bagian (misalnya item ganjil dan item genap) lalu kedua bagian tersebut diberikan bersamaan kepada responden yang sama. Hasil skor dua bagian dikorelasi (umumnya kemudian disesuaikan dengan rumus Spearman-Brown). Bila korelasi tinggi, maka reliabilitas instrumen dianggap baik dalam hal konsistensi internal. Sebagai bagian dari konsistensi internal juga sering digunakan. [Lihat sumber Disini]

Contoh Uji Reliabilitas dalam Penelitian

Berikut beberapa contoh penerapan uji reliabilitas dalam penelitian di Indonesia, agar kita bisa lihat bagaimana bentuknya dalam praktik.

Contoh 1

Penelitian yang diterbitkan di jurnal Indonesia: “Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Pemahaman Konsep Biologi” melaporkan bahwa uji reliabilitas kuesioner menggunakan rumus Cronbach’s alpha dan sampel siswa kelas X SMA. [Lihat sumber Disini] Dalam studi itu, peneliti menyatakan bahwa instrumen dianggap reliabel jika nilai alpha memenuhi kriteria tertentu.

Contoh 2

Penelitian “Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Kebiasaan Menonton Mukbang” (2023) menunjukkan bahwa instrumen memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,862 yang berarti instrumen sangat reliabel untuk mengukur kebiasaan menonton mukbang. [Lihat sumber Disini]

Contoh 3

Studi “Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Kuesioner Perilaku Prososial” melaporkan bahwa nilai alpha Cronbach 0,613, di mana peneliti menggunakan kriteria >0,60 sebagai batas minimal reliabilitas yang dapat diterima. [Lihat sumber Disini]

Contoh 4

Artikel “Evaluasi Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Kuantitatif” menyebut bahwa perubahan konteks sosial dan budaya dapat mempengaruhi reliabilitas instrumen, sehingga uji reliabilitas tidak boleh dianggap sekadar formalitas tetapi harus relevan dengan kondisi penelitian. [Lihat sumber Disini]

Dari contoh-contoh di atas kita bisa lihat bahwa penerapan uji reliabilitas dalam penelitian Indonesia secara umum mengikuti metode yang sama seperti literatur internasional (misalnya Cronbach’s alpha, test-retest, split-half), serta menggunakan kriteria tertentu (misalnya α ≥ 0,70 atau ≥0,60 tergantung konteks). Peneliti perlu mencantumkan hasil nilai reliabilitas (koefisien) dan memutuskan apakah instrumen layak digunakan atau perlu revisi.

Kesimpulan

Uji reliabilitas merupakan bagian tak terpisahkan dari proses pengembangan instrumen dalam penelitian kuantitatif. Dari definisi umum, reliabilitas menekankan konsistensi dan stabilitas hasil pengukuran; dalam KBBI, reliabilitas berkaitan dengan keandalan dan ketepatan teknik pengukuran; dan menurut para ahli, instrumen disebut reliabel jika dapat memberikan hasil yang relatif sama apabila digunakan berulang kali dalam kondisi yang serupa. Terdapat beberapa jenis uji reliabilitas yang sering digunakan: konsistensi internal (Cronbach’s Alpha), test-retest, parallel forms, inter-rater, dan split-half. Penerapan nyata dalam penelitian Indonesia menunjukkan bahwa instrumen yang reliabel memungkinkan peneliti untuk memperoleh data yang dapat dipercaya dan memperkuat kesimpulan penelitian. Oleh karena itu, peneliti harus secara serius merencanakan dan melaksanakan uji reliabilitas sebagai bagian dari validasi instrumen agar hasil penelitian memiliki kualitas metodologis yang tinggi.

 

Artikel ini ditulis dan disunting oleh tim redaksi SumberAjar.com berdasarkan referensi akademik Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Uji reliabilitas adalah proses pengujian untuk memastikan bahwa instrumen penelitian, seperti kuesioner atau tes, menghasilkan hasil yang konsisten dan stabil ketika digunakan berulang kali dalam kondisi yang sama. Instrumen yang reliabel berarti dapat dipercaya dan menghasilkan data yang ajeg.

Tujuan utama uji reliabilitas adalah untuk menilai tingkat keandalan alat ukur dalam penelitian, memastikan bahwa data yang diperoleh tidak dipengaruhi oleh kesalahan acak, dan menjamin bahwa instrumen dapat digunakan kembali dengan hasil yang konsisten.

Jenis-jenis uji reliabilitas antara lain: reliabilitas konsistensi internal (Cronbach’s Alpha), reliabilitas test-retest (stabilitas waktu), reliabilitas bentuk paralel, reliabilitas antar-penilai (inter-rater), dan reliabilitas split-half. Masing-masing digunakan sesuai dengan karakteristik instrumen penelitian.

Uji reliabilitas dengan Cronbach’s Alpha dilakukan dengan menghitung koefisien alpha dari skor butir-butir dalam instrumen. Nilai alpha di atas 0,7 umumnya dianggap menunjukkan reliabilitas yang baik. Pengujian ini dapat dilakukan menggunakan software statistik seperti SPSS atau R.

Validitas mengukur sejauh mana instrumen mampu mengukur apa yang seharusnya diukur, sedangkan reliabilitas menilai sejauh mana instrumen memberikan hasil yang konsisten. Instrumen yang valid belum tentu reliabel, dan sebaliknya.