Validasi Instrumen Penelitian: Langkah dan Contoh
Pendahuluan
Dalam setiap penelitian, terutama yang menggunakan instrumen pengukuran (seperti angket, kuesioner, observasi terstruktur), kualitas instrumen sangat menentukan validitas dan reliabilitas data yang diperoleh. Tanpa instrumen yang baik, hasil penelitian menjadi lemah: pengukuran variabel mungkin tidak benar-benar mengukur apa yang ingin diukur, atau instrumen mungkin tidak konsisten ketika digunakan berulang kali. Oleh karena itu, proses validasi instrumen penelitian menjadi langkah penting agar alat ukur yang digunakan dapat diandalkan dan data yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Pada artikel ini akan dibahas secara mendalam: definisi validasi instrumen penelitian (secara umum, dalam KBBI, dan menurut para ahli), langkah-langkah dalam melakukan validasi instrumen, serta contoh penerapan konkret agar lebih mudah dicerna oleh peneliti (termasuk mahasiswa) yang akan membuat instrumen sendiri.
Definisi “Validasi Instrumen Penelitian”
Definisi Validasi Instrumen Penelitian Secara Umum
Secara umum, validasi instrumen penelitian dapat dipahami sebagai proses sistematis untuk memastikan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian memenuhi kriteria ketepatan (validitas) dan konsistensi (reliabilitas) dalam mengukur variabel yang diteliti. Sebagaimana dijelaskan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. [Lihat sumber Disini - repo.mahadewa.ac.id]
Dalam konteks ini, validasi menjadi upaya untuk mengecek bahwa instrumen tersebut “benar-benar” mengukur apa yang seharusnya diukur, serta hasilnya dapat diterima secara ilmiah.
Definisi “Validasi Instrumen Penelitian” dalam KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah validasi berarti “pengesahan; pengujian kebenaran atas sesuatu”. [Lihat sumber Disini - kbbi.web.id]
Dengan demikian, jika dikaitkan dengan instrumen penelitian, validasi berarti pengesahan atau pengujian apakah instrumen tersebut benar-benar layak dipakai untuk penelitian sesuai tujuan dan variabel yang ditetapkan.
Definisi “Validasi Instrumen Penelitian” Menurut Para Ahli
Beberapa ahli telah merumuskan definisi yang lebih spesifik:
- Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur. [Lihat sumber Disini - eprints.uny.ac.id]
- Azwar menyebut validasi sebagai “ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya”. [Lihat sumber Disini - liputan6.com]
- Sugiharto dan Sitinjak mengemukakan bahwa validasi adalah sejauh mana sebuah alat ukur mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. [Lihat sumber Disini - liputan6.com]
- Cooper & Schindler (dalam konteks sumber populer) menyebut validasi sebagai ukuran yang menunjukkan bahwa variabel yang diukur memang benarβbenar variabel yang hendak diteliti. [Lihat sumber Disini - info.populix.co]
Dengan menggabungkan semua, maka dapat disimpulkan: validasi instrumen penelitian adalah proses pengujian dan pengesahan instrumen agar terbukti secara ilmiah bahwa instrumen tersebut mengukur variabel penelitian secara tepat (validitas) dan menghasilkan data yang konsisten (reliabilitas).
Langkah-Langkah Validasi Instrumen Penelitian
Langkah-langkah berikut umum digunakan oleh peneliti untuk melakukan validasi instrumen penelitian. Salah satu rujukannya adalah artikel yang membahas “6 langkah validasi instrumen penelitian (kuesioner)”. [Lihat sumber Disini - konsultanedu.id] Berikut rangkuman dan penjelasan tiap langkah:
1. Menyusun konstruk dan indikator variabel
Sebelum instrumen dibuat, peneliti harus mendefinisikan variabel penelitian secara operasional dan menentukan indikator-indikator yang akan diukur. Hal ini penting karena instrumen hanya akan valid jika indikator merepresentasikan variabel secara tepat dan menyeluruh. Misalnya sebuah variabel “kepuasan pelanggan” harus diurai ke dalam indikator-indiktor seperti “kecepatan layanan”, “kesopanan petugas”, “kepuasan produk”.
2. Membuat kisi-kisi instrumen dan butir soal
Setelah indikator ditetapkan, langkah berikutnya adalah membuat kisi-kisi (blueprint) yang memetakan indikator ke item soal/pertanyaan. Hal ini membantu memastikan cakupan instrumen lengkap dan tidak ada aspek penting yang terlewat. Dalam penelitian R&D di bidang pendidikan, penggunaan lembar validasi dengan aspek materi-pembelajaran-media juga dipakai. [Lihat sumber Disini - journal.uir.ac.id]
3. Validasi oleh ahli (expert judgement)
Instrumen diuji oleh para ahli (misalnya dosen, praktisi, atau pakar bidang variabel penelitian) untuk memperoleh penilaian kualitatif terhadap isi instrumen (content validity). Mereka mengevaluasi apakah butir soal sudah tepat, bahasa jelas, indikator sesuai, dan relevan untuk variabel yang diteliti. Contoh lembar validasi untuk penelitian pengembangan: “lembar validasi terdiri dari aspek materi, pembelajaran, media” dan secara keseluruhan memperoleh skor validitas tinggi (86,5 %) untuk instrumen tersebut. [Lihat sumber Disini - journal.uir.ac.id]
4. Uji coba instrumen dan uji empirik validitas & reliabilitas
Setelah revisi berdasarkan penilaian ahli, instrumen diuji coba pada sampel kecil (pre-test). Data hasil uji coba dianalisis secara statistik untuk:
- Uji validitas (misalnya menggunakan korelasi item-total, product moment, Pearson, r-tabel) untuk melihat item-soal mana yang valid (rhitung > rtabel) atau tidak. [Lihat sumber Disini - repository.unja.ac.id]
- Uji reliabilitas (misalnya Cronbach’s alpha) untuk melihat konsistensi internal instrumen. Contoh: “nilai Cronbach’s alpha = 0.809” dinyatakan reliabel pada sebuah penelitian di Surabaya. [Lihat sumber Disini - e-journal.unair.ac.id]
5. Analisis hasil dan revisi instrumen
Berdasarkan hasil uji statistik, item-instrumen yang dinyatakan tidak valid atau reliabilitasnya rendah harus diperbaiki atau dihapus. Revisi bisa meliputi: memperjelas bahasa butir soal, memperbaiki kesesuaian indikator, menghapus butir ambigu, atau menambah item baru. Setelah revisi, peneliti bisa melakukan uji ulang (re-test) jika diperlukan.
6. Finalisasi instrumen dan dokumentasi
Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel, maka instrumen siap digunakan pada populasi penelitian utama. Peneliti harus mendokumentasikan hasil uji validitas dan reliabilitas (meliputi nilai-nilai r, nilai Cronbach’s alpha, butir-butir yang gugur, prosedur revisi) sebagai bukti mutu instrumen dalam laporan penelitian.
Catatan Tambahan
- Uji validitas tidak berhenti hanya pada validitas isi; berikut jenis-jenis lainnya seperti validitas konstruk dan validitas kriteria. [Lihat sumber Disini - jer.or.id]
- Konteks sosial atau budaya bisa memengaruhi reliabilitas instrumen yang telah diuji sebelumnya; oleh karena itu instrumen baku tetap perlu dipertimbangkan untuk diuji ulang. [Lihat sumber Disini - jer.or.id]
- Dalam penelitian pendidikan, validasi instrumen bukan hanya soal statistik tapi juga soal kepraktisan dan kelayakan instrumen di lapangan. [Lihat sumber Disini - ejournal.yayasanpendidikandzurriyatulquran.id]
Contoh Penerapan Validasi Instrumen Penelitian
Untuk memperjelas bagaimana langkah-langkah di atas diterapkan secara nyata, berikut dua contoh dari jurnal Indonesia.
Contoh 1: Kuesioner “Dukungan Suami terhadap Hambatan Penggunaan MKJP” di Surabaya
Dalam penelitian oleh Erina Krisnawati, Kurnia Dwi Artanti & Nurul Habibah Umar (2024) dengan judul Validity and Reliability Test of Research Instruments on Husbands’ Support on Barriers to Using Long-Term Contraceptive Methods among Multiparous Active Acceptors in Surabaya, mereka melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner dukungan suami pada hambatan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Hasil: nilai korelasi Pearson untuk tiap butir = 0,469-0,748 (> r tabel = 0,361) dan Cronbach’s α = 0,809. Instrumen dinyatakan valid dan reliabel. [Lihat sumber Disini - e-journal.unair.ac.id]
Langkah-langkahnya sesuai dengan kerangka: penyusunan indikator, uji coba 30 responden, analisis korelasi dan Cronbach, kemudian konklusi bahwa instrumen layak digunakan.
Contoh 2: Instrumen Keterampilan Komunikasi dan Kolaborasi (Politeknik Negeri Tanah Laut, 2021)
Penelitian yang dipublikasikan di Jurnal JHT (2021) menguji instrumen asesmen keterampilan komunikasi dan kolaborasi pada mata kuliah Bahasa Indonesia. Uji validitas menggunakan Pearson product moment untuk skala Likert 1-5 dengan 8 item statement untuk masing-masing sub-instrumen. Uji reliabilitas menggunakan Cronbach’s alpha dalam SPSS. Hasil menunjukkan bahwa 7 item dari masing-instrumen adalah valid dan reliabel. [Lihat sumber Disini - jht.politala.ac.id]
Ringkasan Tabel Contoh Kegiatan Validasi
Tahap | Kegiatan | Catatan |
Menyusun konstruk & indikator | Menentukan variabel, indikator | Misalnya “dukungan suami” → indikator: komunikasi, kehadiran, bantuan praktis |
Membuat kisi-kisi & butir soal | Memetakan indikator ke pertanyaan | Contoh: “Suami saya hadir dalam konsultasi KB” |
Validasi ahli | Expert judgement untuk butir soal | Meminta dosen/peneliti praktisi memberi saran |
Uji coba dan statistik | Uji Pearson/r item-total, Cronbach α | Nilai r hitung > r tabel; α > 0,70 sebagai acuan umum |
Revisi instrumen | Merubah atau menghapus item yang lemah | Jika butir r < r tabel atau α terlalu rendah |
Finalisasi & dokumen | Instrumen siap digunakan; sertakan laporan uji | Laporan mencakup prosedur, hasil uji, revisi |
Catatan Untuk Peneliti di Lapangan
- Sampel pre-test (uji coba) sebaiknya representatif kecil dari populasi penelitian utama.
- Banyak studi menekankan bahwa meski instrumen sudah baku, tetap perlu diuji ulang jika konteks (budaya, populasi) berbeda. [Lihat sumber Disini - jer.or.id]
- Hasil uji validitas dan reliabilitas harus dilaporkan secara transparan agar pembaca atau pengulas mengetahui kualitas instrumen yang digunakan.
Kesimpulan
Validasi instrumen penelitian merupakan proses yang sangat penting untuk memastikan alat ukur yang dipakai dalam penelitian benar-benar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (validitas) dan menghasilkan data yang konsisten serta dapat diandalkan (reliabilitas). Artikel ini telah membahas definisi dari berbagai sisi, langkah-langkah sistematis yang perlu dilakukan, serta contoh nyata dari penelitian Indonesia. Dengan melakukan validasi instrumen secara serius dan terdokumentasi, peneliti akan meningkatkan kredibilitas dan keandalan hasil penelitian sehingga kesimpulan yang diambil pun lebih kuat.
Semoga artikel ini dapat menjadi panduan yang berguna untuk Anda, baik mahasiswa ataupun peneliti, yang akan menyusun instrumen dan melakukan validasi dalam penelitian kuantitatif maupun pengembangan instrumen.
