Reliabilitas Cronbach’s Alpha: Pengertian dan Contoh
Pendahuluan
Dalam penelitian kuantitatif, terutama yang menggunakan instrumen seperti kuesioner atau skala Likert, memastikan bahwa alat ukur tersebut andalan menjadi persyaratan penting sebelum melangkah ke analisis lebih lanjut. Salah satu metode yang paling umum digunakan untuk menilai keandalan instrumen adalah koefisien Cronbach’s Alpha (α). Artikel ini akan menguraikan secara mendalam pengertian Cronbach’s Alpha, bagaimana relevansinya dalam uji reliabilitas, definisi menurut berbagai sumber, hingga contoh penerapannya dalam penelitian Indonesia terkini. Dengan demikian, peneliti maupun mahasiswa dapat memahami secara komprehensif aspek keandalan instrumen penelitian.
Definisi Reliabilitas Cronbach’s Alpha
Definisi Reliabilitas Cronbach’s Alpha Secara Umum
Koefisien Cronbach’s Alpha adalah ukuran statistik yang digunakan untuk menilai konsistensi internal dari sekumpulan butir (item) dalam suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur suatu konstruk atau variabel. Dengan kata lain, Cronbach’s Alpha menunjukkan sejauh mana item-item tersebut saling berkorelasi satu sama lain dan membentuk satu kesatuan pengukuran yang konsisten. Sebagai gambaran umum: semakin tinggi nilai α (mendekati 1.0), maka semakin tinggi konsistensi internal instrumen tersebut. Misalnya, sebuah penelitian di Indonesia menyatakan: “ujian reliabilitas dilakukan dengan perhitungan Alpha Cronbach, yang menunjukkan bahwa variabel yang digunakan untuk mengukur konsep dalam penelitian ini cukup reliable”. [Lihat sumber Disini - ejournal-polnam.ac.id]
Dalam praktik penelitian, nilai α diatas 0,70 sering dianggap sebagai ambang batas awal yang layak untuk menyatakan instrumen cukup andal (meskipun kriteria ini bisa berbeda tergantung disiplin ilmu). [Lihat sumber Disini - journal.trunojoyo.ac.id]
Dengan demikian, secara umum Cronbach’s Alpha berfungsi untuk:
- Menunjukkan konsistensi internal antar item instrumen (apakah item-item tersebut mengukur konstruk yang sama secara konsisten)
- Menyediakan indikator bahwa instrumen dapat digunakan dengan hasil yang dapat dipercaya, bukan sekadar valid (mengukur apa yang seharusnya diukur) namun juga stabil ketika digunakan dalam kondisi yang serupa.
Definisi Reliabilitas Cronbach’s Alpha dalam KBBI
Menurut kamus resmi bahasa Indonesia yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “reliabilitas” (re·li·a·bi·li·tas) memiliki dua arti utama: “perihal sesuatu yang bersifat reliabel (bersifat andal)” dan “ketelitian dan ketepatan teknik pengukuran; keterandalan”. [Lihat sumber Disini - kbbi.web.id]
Dengan demikian, ketika dikaitkan dengan Cronbach’s Alpha, kita bisa memahami bahwa reliabilitas dalam konteks ini adalah aspek keterandalan dan ketepatan alat ukur – yaitu bahwa alat tersebut dapat menghasilkan hasil yang dapat diandalkan dalam pengukuran berulang pada kondisi yang sama atau serupa.
Singkatnya: dari KBBI, reliabilitas berarti keterandalan dan ketepatan teknik pengukuran.
Definisi Reliabilitas Cronbach’s Alpha Menurut Para Ahli
Berikut beberapa definisi dari para ahli yang dikutip dalam literatur penelitian instrumen di Indonesia:
- Menurut Masri Singarimbun, reliabilitas adalah “indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali – untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable.” [Lihat sumber Disini - ejournal-polnam.ac.id]
- Menurut Sumadi Suryabrata (2004:28): “reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel dalam artian memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan.” [Lihat sumber Disini - ejournal-polnam.ac.id]
- Menurut Ghozali (2016/2020): “reliabilitas adalah salah satu cara mengukur sebuah kuesioner yang terdiri dari indikator dari sebuah peubah ataupun konstruk … kuesioner dinyatakan reliabel apabila jawaban seorang responden mengenai pernyataan yang diberikan stabil atau konsisten dari waktu ke waktu.” [Lihat sumber Disini - repository.stei.ac.id]
- Menurut artikel populer penelitian: Reliabilitas adalah “kemampuan mengulang hasil penelitian untuk menghasilkan hasil yang serupa.” [Lihat sumber Disini - ujione.id]
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa reliabilitas (dan khususnya pengukuran konsistensi internal menggunakan Cronbach’s Alpha) mencerminkan seberapa andal instrumen dalam menghasilkan skor yang stabil dan konsisten ketika digunakan dalam situasi serupa.
Konsep Cronbach’s Alpha dalam Uji Reliabilitas
Peran Cronbach’s Alpha dalam Uji Reliabilitas
Di dalam penelitian instrument–based (misalnya kuesioner), setelah dilakukan uji validitas (menilai apakah item mengukur konstruk yang dimaksud), langkah berikutnya adalah uji reliabilitas. Salah satu teknik uji reliabilitas yang paling sering digunakan adalah koefisien Cronbach’s Alpha. Sebagai contoh, sebuah penelitian Indonesia menyatakan: “Metode yang biasa dipakai pada uji reliabilitas adalah Cronbach’s alpha.” [Lihat sumber Disini - e-journal.unair.ac.id]
Cronbach’s Alpha digunakan untuk mengukur konsistensi internal dari item‐item dalam instrumen. Konsistensi internal berarti bahwa item‐item dalam satu konstruk atau variabel seharusnya saling berkaitan (berkorelasi) karena semuanya mengukur aspek yang sama. Jika korelasinya tinggi dan varians antar item homogen (tidak terlalu berbeda), maka nilai α akan tinggi.
Artikel lainnya menjelaskan: “Cronbach’s Alpha merupakan sebuah ukuran keandalan yang memiliki nilai berkisar dari nol sampai satu … nilai keandalan minimum yang sering digunakan adalah 0,70.” [Lihat sumber Disini - journal.kualitama.com]
Selain itu, dalam pengaplikasiannya sering disebut bahwa nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,60 atau 0,70 dapat diterima sebagai tanda bahwa instrumen cukup reliabel. Sebagai contoh: “Kriteria yang harus dipenuhi adalah nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 dan nilai Composite Reliability > 0.7.” [Lihat sumber Disini - journal.universitassuryadarma.ac.id]
Dengan demikian, bila sebuah instrumen memiliki nilai α = 0,80 atau 0,90, maka dapat dikatakan instrumen tersebut memiliki konsistensi internal yang sangat baik.
Namun peneliti juga diingatkan bahwa nilai yang sangat tinggi (misalnya > 0,95) tidak selalu bagus karena bisa menandakan bahwa item-item dalam instrumen terlalu serupa (redundan) sehingga tidak banyak memberikan informasi baru. [Lihat sumber Disini - en.wikipedia.org]
Interpretasi Nilai Cronbach’s Alpha
Dalam literatur penelitian, ada beberapa panduan interpretasi nilai α, antara lain:
- Nilai α ≥ 0,90 → reliabilitas sangat baik atau “excellent”
- Nilai α antara 0,80 - 0,89 → reliabilitas baik (“good”)
- Nilai α antara 0,70 - 0,79 → reliabilitas cukup atau “acceptable”
- Nilai α antara 0,60 - 0,69 → reliabilitas agak rendah atau “questionable”
- Nilai α < 0,60 → reliabilitas rendah atau “poor”
Contoh: sebuah penelitian di Indonesia mengklasifikasikan: ≥ 0,90 sangat bagus; 0,80-0,89 bagus; 0,70-0,79 cukup bagus; 0,60-0,69 kurang bagus; < 0,60 tidak bagus. [Lihat sumber Disini - ojs.daarulhuda.or.id]
Namun demikian, penting diingat bahwa angka threshold tersebut bukan baku mutlak dan harus disesuaikan dengan konteks penelitian, jumlah item, jenis konstruk, dan populasi responden.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Cronbach’s Alpha
Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai α dalam instrumen penelitian antara lain:
- Jumlah butir item: Semakin banyak item dalam konstruk dan jika item-item tersebut baik maka potensi nilai α menjadi lebih tinggi.
- Homogenitas item: Item yang lebih homogen atau saling berkorelasi tinggi cenderung menghasilkan α yang lebih tinggi.
- Variabilitas responden: Jika variasi jawaban responden sangat rendah (hampir semua memilih jawaban yang sama), maka α bisa rendah karena kurang varians antar item.
- Konteks pengukuran: Waktu pengukuran, kondisi responden, pemahaman responden terhadap item bisa mempengaruhi konsistensi jawaban.
- Redundansi item: Item yang terlalu mirip atau redundan bisa meningkatkan α secara artifisial tetapi menurunkan validitas instrumen (karena tidak menambah informasi baru).
Keterkaitan dengan Konsistensi Internal dan Validitas
Konsistensi internal (internal consistency) adalah aspek utama yang diukur oleh Cronbach’s Alpha. Artikel pada Jurnal Simetrik menjelaskan bahwa: “Reliabilitas konsistensi internal mengukur sejauh mana item‐item dalam satu instrumen saling berkorelasi, yang menunjukkan bahwa item‐item tersebut secara konsisten mengukur konstruk yang sama.” [Lihat sumber Disini - jer.or.id]
Meski reliabilitas dan validitas terkait, keduanya bukan hal yang sama: instrumen yang reliabel (konsisten) belum tentu valid (mengukur konstruk yang dituju dengan tepat). Sebaliknya, instrumen yang valid belum tentu sangat reliabel jika konsistensinya buruk. Sebagai contoh, definisi menurut Masri Singarimbun menekankan bahwa reliabilitas berkaitan dengan konsistensi pengukuran. [Lihat sumber Disini - ejournal-polnam.ac.id]
Contoh Penerapan Cronbach’s Alpha di Penelitian Indonesia
Contoh 1: Penelitian Dukungan Suami pada Hambatan Pemakaian MKJP (2024)
Sebuah penelitian di Universitas Airlangga (Surabaya) tentang kuesioner “dukungan suami terhadap hambatan pemakaian MKJP pada multipara akseptor aktif” menggunakan uji Cronbach’s Alpha. Hasilnya: nilai α sebesar 0,809 sehingga instrumen dinyatakan reliabel. [Lihat sumber Disini - e-journal.unair.ac.id]
Peneliti menyimpulkan bahwa nilai lebih dari > 0,60 menunjukkan instrumen dapat dinyatakan reliabel (mengacu pada Pratama & Permatasari, 2021). [Lihat sumber Disini - e-journal.unair.ac.id]
Contoh 2: Instrumen Rasa Percaya Diri Siswa (2022)
Dalam artikel di Universitas Kualita (diakses tahun 2022) disebutkan bahwa: “Cronbach’s Alpha merupakan sebuah ukuran keandalan … nilai minimum yang digunakan adalah 0,70.” [Lihat sumber Disini - journal.kualitama.com]
Contoh 3: Skala Likert pada Penelitian 2021
Dalam Jurnal Simetrik (2021) disebutkan bahwa: “Uji reliabilitas dilakukan dengan Alpha Cronbach … sebuah penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang sama.” [Lihat sumber Disini - ejournal-polnam.ac.id]
Contoh 4: Uji Reliabilitas Instrumen Kepuasan Pelanggan (2025)
Penelitian lainnya yang diterbitkan tahun 2025 menyebutkan bahwa instrumen variabel kepuasan mendapatkan nilai α = 0,823 sehingga termasuk kategori “bagus” dalam klasifikasi reliabilitas. [Lihat sumber Disini - ojs.daarulhuda.or.id]
Dari contoh-contoh tersebut, dapat dilihat bagaimana Cronbach’s Alpha digunakan sebagai tolok ukur konsistensi internal instrumen penelitian kuantitatif di Indonesia pada rentang tahun 2021-2025.
Kelebihan dan Keterbatasan Cronbach’s Alpha
Kelebihan
- Mudah dihitung dengan software statistik seperti IBM SPSS Statistics, SmartPLS, atau paket statistik open source.
- Memberikan gambaran awal mengenai konsistensi internal instrumen sebelum analisis lebih lanjut.
- Banyak digunakan dan diterima secara luas dalam penelitian sosial, pendidikan, psikologi, manajemen.
Keterbatasan
- Nilai α yang tinggi belum menjamin instrumen valid (mengukur konstruk yang tepat) atau satu dimensi (uni‐dimensional). Ada penelitian yang memperingatkan bahwa α bukan indikator unidimensionalitas. [Lihat sumber Disini - en.wikipedia.org]
- Nilai α dapat dipengaruhi oleh jumlah item dalam instrumen: instrumen dengan banyak item dapat memperoleh α tinggi meskipun kualitas butir rendah.
- Tidak memberikan informasi langsung mengenai item yang lemah (walau ada analisis “α if item deleted”, namun interpretasi perlu hati‐hati).
- Tidak cocok untuk instrumen yang berskala dikotomis atau pengukuran berbeda, dalam kasus tersebut bisa digunakan metode lain seperti Kuder‑Richardson KR‑20. [Lihat sumber Disini - jer.or.id]
Karena itu, peneliti disarankan untuk tidak mengandalkan hanya α saja, melainkan juga memperhatikan validitas instrumen, analisis butir, dan konteks pengukuran.
Langkah-langkah Praktis Menggunakan Cronbach’s Alpha
Berikut langkah umum yang bisa diterapkan dalam penelitian kuantitatif:
- Susun instrumen (kuesioner) dengan item‐item yang dirancang untuk mengukur konstruk tertentu.
- Lakukan uji coba instrumen (pilot study) kepada sejumlah responden.
- Masukkan data hasil uji coba ke perangkat statistik (misalnya SPSS).
- Hitung nilai Cronbach’s Alpha untuk tiap konstruk/variabel.
- Interpretasikan nilai α: jika sudah di atas ambang batas (misalnya > 0,70) maka nyatakan konstruk reliabel; jika belum, pertimbangkan revisi item (menghapus item dengan korelasi item‐total rendah, menambah item, mengubah butir).
- Setelah reliabilitas tercapai, lanjutkan ke analisis data utama penelitian.
Contoh dalam literatur: “Suatu instrumen dinyatakan reliabel apabila nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 (Ghozali, 2016)”. [Lihat sumber Disini - journal.universitassuryadarma.ac.id]
Kesimpulan
Koefisien Cronbach’s Alpha (α) merupakan alat yang penting dan populer dalam menguji reliabilitas instrumen penelitian, khususnya konsistensi internal item-item kuesioner. Dari definisi umum, definisi KBBI, hingga pendapat para ahli, terlihat bahwa aspek kunci yang ditandai oleh reliabilitas adalah keterandalan dan konsistensi pengukuran. Dalam praktik penelitian di Indonesia, telah banyak contoh penggunaan α dengan kriteria interpretasi yang cukup baku (misalnya > 0,60 atau > 0,70) untuk menyatakan instrumen reliabel. Namun demikian, peneliti harus memahami bahwa α bukan segalanya: nilai yang tinggi belum menjamin validitas atau satu dimensi konstruk, dan faktor-faktor seperti jumlah item, variabilitas responden, dan konteks pengukuran tetap mempengaruhi hasilnya. Untuk itu, penggunaan Cronbach’s Alpha sebaiknya diiringi dengan analisis butir, validitas konstruk, serta pemahaman mendalam mengenai instrumen yang digunakan. Dengan demikian, penelitian akan memiliki fondasi yang lebih kuat dalam hal keandalan instrumen, dan hasil yang diperoleh dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan.