Terakhir diperbarui: 30 October 2025

Citation (APA Style):
Davacom. (2025, 4 September 2025). Abstraksi: Definisi, Tingkatan, dan Contohnya dalam Penelitian. SumberAjar. Retrieved 12 November 2025, from https://sumberajar.com/kamus/abstraksi-definisi-tingkatan-dan-contohnya-dalam-penelitian 

Kamu menggunakan Mendeley? Add entry manual di sini.

Abstraksi: Definisi, Tingkatan, dan Contohnya dalam Penelitian - SumberAjar.com

Abstraksi: Definisi, Tingkatan, dan Contohnya dalam Penelitian

Pendahuluan

Dalam dunia penelitian dan penulisan ilmiah, istilah abstraksi memiliki peranan penting dalam menyederhanakan, memfokuskan, dan mempresentasikan gagasan yang kompleks menjadi bentuk yang dapat ditangkap oleh pembaca. Proses abstraksi membantu peneliti untuk mengekstrak esensi suatu fenomena atau objek penelitian, kemudian menjadikannya sebagai konstruksi teoritis atau konsep yang lebih umum dan dapat digunakan kembali dalam konteks yang berbeda. Di samping itu, dalam penulisan ilmiah,terutama dalam bagian abstrak atau ringkasan,pelaksanaan abstraksi juga memungkinkan pembaca untuk memahami garis besar suatu penelitian tanpa membaca seluruh dokumen secara lengkap. Oleh karena itu, memahami definisi, tingkatan, dan contoh-penerapan abstraksi dalam penelitian menjadi sebuah kompetensi yang penting. Artikel ini akan membahas secara menyeluruh: definisi abstraksi (secara umum, dalam KBBI, dan menurut para ahli), tingkatan abstraksi dalam penelitian, serta contoh-konkrit bagaimana abstraksi digunakan dalam penelitian ilmiah.

Definisi Abstraksi

Definisi Abstraksi Secara Umum

Secara umum, abstraksi dapat dipahami sebagai proses pemisahan atau penyederhanaan suatu objek atau fenomena dengan cara mengambil aspek-penting dan mengabaikan detail yang kurang relevan, sehingga terbentuk sebuah representasi yang lebih umum, ringkas, atau “essensial”. Sebagai ilustrasi, dalam pemodelan komputer, abstraksi berarti menyembunyikan detail teknis agar pengguna hanya melihat antarmuka yang penting. Dalam penelitian sosial atau ilmiah, abstraksi berarti memindahkan perhatian dari aspek-konkrit suatu peristiwa ke konsep-yang-lebih-umum, seperti misalnya dari “penggunaan media sosial harian siswa di Kota X” ke “intensitas pemanfaatan media digital dalam pembelajaran” sebagai konstruk penelitian.
Dalam sejumlah tulisan populer, abstraksi dijelaskan sebagai “proses atau perbuatan memisahkan” atau “penyusunan abstrak”. [Lihat sumber Disini - liputan6.com]
Dengan demikian, secara umum abstraksi mengandung dua unsur kunci: pemisahan-penyederhanaan (separasi dari detail) dan representasi konsep yang lebih umum atau esensial.

Definisi Abstraksi dalam KBBI

Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa/KBBI (melalui sumber daring), kata “abstraksi” didefinisikan sebagai: “proses atau perbuatan memisahkan; penyusunan abstrak; (psikologi) keadaan linglung; metode untuk mendapatkan kepastian hukum atau pengertian melalui penyaringan terhadap gejala atau peristiwa”. [Lihat sumber Disini - kbbi.web.id]
Definisi ini menekankan aspek pemisahan (separasi) dan penyaringan terhadap gejala/peristiwa. Meskipun definisi tersebut bukan hanya untuk konteks penelitian ilmiah, ia memberikan landasan bahwa abstraksi,dalam arti bahasa Indonesia,adalah suatu proses yang memindahkan perhatian dari detail ke elemen yang lebih umum atau esensial.

Definisi Abstraksi Menurut Para Ahli

Berikut beberapa definisi abstraksi yang dikemukakan oleh para ahli (meskipun tidak semuanya berdasar pada penelitian Indonesia tahun 2021-2025, tetap relevan):

  1. Menurut Frederick Wilfrid Lancaster, abstrak (dalam konteks penulisan ilmiah) adalah “representasi yang ringkas tetapi akurat dari isi suatu dokumen”. [Lihat sumber Disini - gramedia.com]
  2. Menurut Clarence W. Rowley, abstrak adalah “serangkaian penyajian isi dokumen secara ringkas dan akurat dalam gaya yang sama dengan dokumen aslinya”. [Lihat sumber Disini - gramedia.com]
  3. Menurut International Organization for Standardization (ISO), abstrak merupakan “uraian singkat tetapi akurat yang mewakili isi suatu dokumen, tanpa tambahan interpretasi atau kritik, dan tanpa melihat siapa yang membuatnya”. [Lihat sumber Disini - gramedia.com]
  4. Dalam studi oleh Ni Ketut Mirahayuni (2018) tentang kebahasaan ilmiah Indonesia dan Inggris, abstraksi dijelaskan sebagai manifestasi dari “objektifikasi” yaitu representasi dari aksi, peristiwa dan kualitas seolah berupa objek atau benda (Halliday & Matthiessen). Abstraksi dikaitkan dengan penominalan (nominalisation) yang mengubah pengalaman menjadi entitas abstrak yang dapat diklasifikasi. [Lihat sumber Disini - e-journal.unair.ac.id]
    Dengan demikian, para ahli menekankan bahwa abstraksi bukan sekadar ringkasan, tetapi juga transformasi bentuk dan makna: dari konkret ke abstrak, dari pengalaman langsung ke entitas yang dapat digunakan untuk teori atau generalisasi.

Tingkatan Abstraksi dalam Penelitian

Dalam konteks penelitian ilmiah, pemahaman tingkatan abstraksi membantu peneliti memahami sejauh mana suatu konsep atau konstruk dapat digeneralisasi, disederhanakan, dan diterapkan dalam kerangka teoritis lebih luas. Berikut beberapa tingkatan yang bisa dibedakan:

  1. Tingkatan kongkrit / pengalaman langsung
    Pada tingkatan ini, penelitian masih terfokus pada fenomena yang sangat konkret, empiris, dan spesifik , misalnya observasi fenomena sosial di satu komunitas, pengukuran perilaku tertentu, atau data lapangan yang spesifik. Abstraksi belum dilakukan secara mendalam, masih banyak elemen-kontekstual dan detail empiris yang terpapar.
  2. Tingkatan menengah / konsep operasional
    Tingkatan ini melibatkan proses abstraksi dari data empiris ke konsep operasional atau konstruk penelitian. Misalnya dari “waktu penggunaan media sosial oleh remaja hari kerja” ke konstruk “intensitas pemanfaatan media digital”. Pada tingkat ini abstraksi mulai mengurangi detail konteks (seperti lokasi, waktu, individu spesifik) dan menekankan aspek yang dapat diukur atau dioperasionalisasikan dalam penelitian.
  3. Tingkatan tinggi / konstruk teoritis / generalisasi
    Pada tingkat ini, abstraksi sudah menjadi konsep yang lebih umum atau teoritis yang dapat diterapkan di berbagai konteks. Misalnya “pengaruh intensitas pemanfaatan media digital terhadap perilaku konsumtif remaja” menjadi model teoritis yang bisa diterapkan di berbagai kota atau negara. Di tingkat ini, detail-konteks spesifik diabaikan demi memperoleh generalisasi yang lebih luas. Studi Mirahayuni (2018) menunjukkan bahwa dalam bahasa ilmiah Bahasa Inggris struktur frasa lebih tinggi dalam tingkat abstraksi dibanding Bahasa Indonesia, melalui penggunaan penominalan kompleks. [Lihat sumber Disini - e-journal.unair.ac.id]
  4. Tingkatan meta-abstraksi / refleksi teoritis
    Lebih jauh lagi, ada tingkatan di mana abstraksi tidak hanya pada konstruk penelitian, tetapi juga pada konsep metodologis, epistemologis, atau teoritis yang menjelaskan bagaimana penelitian itu sendiri dilakukan , misalnya abstraksi tentang metode, paradigma penelitian, bahkan abstraksi tentang abstraksi itu sendiri. Contoh: artikel yang menelaah “abstraksi dalam bahasa ilmiah” seperti studi Mirahayuni.

Pemahaman terhadap tingkatan-abstraksi ini penting karena semakin tinggi tingkat abstraksi, maka semakin besar kemungkinan konstruk tersebut berlaku secara umum tetapi juga semakin jauh dari pengalaman konkret. Sebaliknya, terlalu rendah tingkat abstraksi dapat membuat penelitian sulit digeneralisasi. Peneliti perlu menyeimbangkan antara kedalaman kontekstual dan kemampuan generalisasi abstrak.

Contoh Abstraksi dalam Penelitian

Berikut beberapa contoh penerapan abstraksi dalam penelitian agar ilustrasi lebih konkret.

  1. Contoh dari penelitian empiris spesifik
    Misalnya sebuah penelitian di kota A mengenai “pengaruh durasi bermain game daring terhadap hasil belajar mata pelajaran matematika”. Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan data tentang jam bermain game siswa kelas X di sebuah sekolah menengah. Tingkat abstraksinya masih rendah , banyak detail konteks seperti sekolah, jam, jenis game, karakteristik siswa terlibat.
  2. Contoh transformasi ke konstruk operasional
    Peneliti kemudian merumuskan variabel “durasi bermain game daring” sebagai konstruk kuantitatif (misalnya jam/pekan) dan hasil belajar sebagai skor tes matematika. Konstruk-ini kemudian diuji dengan metode kuantitatif. Abstraksinya meningkat karena detail spesifik komunitas sekolah digeneralisasi ke populasi siswa menengah.
  3. Contoh generalisasi teoritis
    Setelah analisis menemukan bahwa semakin tinggi durasi bermain game daring berkorelasi negatif dengan hasil belajar matematika, peneliti menyimpulkan model: “Intensitas keterlibatan game digital mempengaruhi performa akademis siswa”. Model ini bersifat lebih umum dan bisa diuji di sekolah lain, kota lain, atau bahkan negara lain. Tingkat abstraksinya tinggi.
  4. Contoh meta-abstraksi
    Dalam kajian yang menelaah gaya penulisan ilmiah, seperti yang dilakukan oleh Mirahayuni (2018) – “Abstraksi dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia Ilmiah” – penelitian menggambarkan bagaimana abstraksi linguistik (penominalan) bekerja dalam teks ilmiah, yang merupakan abstraksi dari proses penelitian itu sendiri. [Lihat sumber Disini - e-journal.unair.ac.id]
    Dengan demikian, penelitian dapat dilihat melalui lensa abstraksi: mulai dari data konkret hingga teori, dan bahkan refleksi metateoritis.

Kesimpulan

Abstraksi adalah proses mendasar dalam penelitian ilmiah yang memungkinkan peneliti menyederhanakan realitas kompleks menjadi konstruksi yang lebih umum, operasional, dan teoritis. Dari definisi secara umum, definisi dalam KBBI, hingga definisi menurut para ahli, kita melihat bahwa abstraksi melibatkan pemisahan, penyederhanaan, dan representasi kembali fenomena ke dalam bentuk yang lebih esensial. Tingkatan‐abstraksi dalam penelitian,mulai dari konkret, operasional, teoritis hingga meta‐abstraksi,menunjukkan bagaimana penelitian bergerak dari detail empirik ke generalisasi dan refleksi teoritis. Contoh‐contoh konkret memperjelas bagaimana abstraksi diaplikasikan dalam rangka memperoleh hasil yang tidak hanya relevan secara kontekstual tapi juga dapat digeneralisasi. Sebagai peneliti atau pembaca penelitian, memahami abstraksi akan membantu dalam merancang, membaca, dan mengevaluasi penelitian secara lebih kritis dan reflektif. Semoga artikel ini dapat menjadi panduan yang berguna dalam memahami dan menerapkan konsep abstraksi dalam penelitian ilmiah.

Artikel ini ditulis dan disunting oleh tim redaksi SumberAjar.com berdasarkan referensi akademik Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Abstraksi dalam penelitian adalah proses penyederhanaan atau pemisahan unsur penting dari suatu fenomena untuk membentuk konsep yang lebih umum dan teoritis. Tujuannya agar peneliti dapat memahami inti dari permasalahan tanpa terjebak pada detail yang tidak relevan.

Menurut KBBI, abstraksi adalah proses atau perbuatan memisahkan; penyusunan abstrak; serta metode penyaringan terhadap gejala atau peristiwa untuk mendapatkan pengertian yang lebih pasti.

Tingkatan abstraksi dalam penelitian meliputi empat level utama: tingkat konkret (fenomena empiris), tingkat konsep operasional (konstruk yang dapat diukur), tingkat teoritis (model atau generalisasi), dan tingkat meta-abstraksi (refleksi teoritis atau konseptual).

Abstraksi penting karena membantu peneliti menyederhanakan fenomena kompleks, menemukan esensi dari data, serta membentuk teori atau konsep yang dapat diterapkan secara lebih luas di berbagai konteks penelitian.

Contohnya adalah penelitian tentang durasi bermain game daring yang kemudian diabstraksikan menjadi konsep intensitas penggunaan media digital, lalu dikembangkan menjadi model teoritis mengenai pengaruh keterlibatan digital terhadap hasil belajar.