Digital Literacy: Definisi, Tingkatan, dan Contohnya
Pendahuluan
Di era yang semakin terdigitalisasi, kemampuan seseorang dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi bukan lagi sekadar kelebihan,melainkan kebutuhan dasar. Fenomena seperti maraknya hoaks, penyalahgunaan data pribadi, serta transformasi kerja dan pembelajaran menuju platform daring menunjukkan bahwa penguasaan terhadap aspek teknis saja tidak cukup. Istilah yang kemudian lazim digunakan adalah literasi digital atau dalam Bahasa Inggris “digital literacy”. Artikel ini akan membahas secara mendalam: definisi literasi digital, tingkat-tingkatnya, serta contoh nyata penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan profesional. Dengan pemahaman yang lebih baik, kita dapat menjadi pengguna digital yang tidak hanya aktif, tetapi juga kritis, kreatif, dan bertanggung jawab.
Definisi Literasi Digital
Definisi Literasi Digital Secara Umum
Secara umum, literasi digital dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengakses, menggunakan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi melalui teknologi digital. Sebuah penelitian menyebut literasi digital sebagai “kemampuan individu dalam memahami, menganalisis dan mengevaluasi informasi menggunakan teknologi digital agar lebih tepat dan bijak”. [Lihat sumber Disini - jurnal.uns.ac.id]
Lebih lanjut, menurut 0000Ginting (2023) dalam Jurnal Pendidikan Tambusai menegaskan bahwa literasi digital tidak hanya mencakup penguasaan perangkat keras dan lunak, tetapi juga mencakup etika digital, keamanan siber, pemrosesan data, serta kemampuan berpikir dan kritis dalam dunia digital yang terus berubah. [Lihat sumber Disini - jptam.org]
Dengan demikian, dalam pengertian umum, literasi digital adalah kombinasi antara kompetensi teknis, kognitif, dan etik yang memungkinkan seseorang untuk berpartisipasi secara efektif dalam dunia digital.
Definisi Literasi Digital dalam KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), literasi digital didefinisikan sebagai “kemampuan untuk memahami informasi berbasis komputer.” [Lihat sumber Disini - hukumonline.com]
Definisi ini menunjukkan bahwa KBBI menekankan aspek “kemampuan memahami informasi melalui komputer” sebagai inti literasi digital. Walaupun sederhana, definisi ini mencerminkan bahwa konsep literasi digital sudah diakui sebagai kemampuan mendasar dalam konteks digitalisasi.
KBBI sendiri menyebut literasi secara umum sebagai:
- Kemampuan menulis dan membaca;
- Pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu;
- Kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. [Lihat sumber Disini - guruinovatif.id]
Dengan demikian, literasi digital sebagai istilah spesifik merupakan ekstensi literasi konvensional ke ranah digital.
Definisi Literasi Digital Menurut Para Ahli
Berikut adalah beberapa definisi literasi digital menurut para ahli yang telah melakukan kajian di bidang TIK, pendidikan, dan literasi informasi:
- Paul Gilster (1997) mendefinisikan literasi digital sebagai “kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dan sumber yang sangat luas yang diakses melalui piranti komputer.” [Lihat sumber Disini - detik.com]
- David Bawden (2001) memperluas definisi itu dengan menyatakan bahwa literasi digital berakar pada literasi komputer dan literasi informasi, sehingga literasi digital bukan hanya mengenai perangkat, tetapi juga mengenai pemahaman mengenai informasi yang dikomunikasikan. [Lihat sumber Disini - detik.com]
- UNESCO (2011) melihat literasi digital sebagai “kecakapan (life skills) yang tidak hanya melibatkan kemampuan penggunaan perangkat teknologi, informasi dan komunikasi, tetapi juga melibatkan kemampuan untuk dalam pembelajaran, bersosialisasi, berpikir kritis, kreatif, serta inspiratif sebagai kompetensi digital.” [Lihat sumber Disini - detik.com]
- Dalam studi di Indonesia oleh Apriani, Purnawanto, Amelia & Prasetyo (2023) dijelaskan bahwa literasi digital adalah kemampuan untuk memahami, menganalisis dan mengevaluasi informasi menggunakan teknologi digital agar lebih tepat dan bijak. [Lihat sumber Disini - jurnal.uns.ac.id]
Dengan demikian, dari definisi-ahli di atas dapat disimpulkan bahwa literasi digital terdiri dari beberapa elemen utama: akses dan penggunaan teknologi, evaluasi dan analisis informasi, penciptaan konten digital, serta pemahaman kritis dan etis terhadap lingkungan digital.
Tingkatan Literasi Digital
Pilar atau Komponen Literasi Digital
Untuk memahami tingkatan literasi digital, penting terlebih dahulu memahami pilar-komponen yang membentuk literasi digital. Di Indonesia, kerangka yang digunakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo) dan lembaga terkait terdiri dari empat pilar: Digital Skill (Keterampilan Digital), Digital Culture (Budaya Digital), Digital Ethics (Etika Digital), dan Digital Safety (Keamanan Digital). [Lihat sumber Disini - cdn1.katadata.co.id]
Penjelasan singkat tiap pilar:
- Digital Skill: kemampuan teknis dan kognitif dalam menggunakan perangkat keras/lunak, serta mengakses dan mengelola informasi digital. [Lihat sumber Disini - cdn1.katadata.co.id]
- Digital Culture: cara seseorang berperilaku dan berinteraksi dalam ruang digital, termasuk norma, nilai, dan partisipasi dalam komunitas digital. [Lihat sumber Disini - informatika.unsrat.ac.id]
- Digital Ethics: kesadaran dan penerapan nilai etis seperti kejujuran, privasi, dan tanggung jawab dalam menggunakan teknologi digital. [Lihat sumber Disini - informatika.unsrat.ac.id]
- Digital Safety: kemampuan untuk menjaga keamanan diri sendiri, data pribadi, dan perangkat dari ancaman siber atau penyalahgunaan teknologi. [Lihat sumber Disini - indonesiabaik.id]
Tingkatan Literasi Digital (Level)
Dalam dokumen “Materi Pendukung Literasi Digital” yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud) disebutkan bahwa terdapat tiga tingkatan literasi digital: kompetensi digital, penggunaan digital, dan transformasi digital. [Lihat sumber Disini - repositori.kemendikdasmen.go.id]
Penjelasan tiap tingkat:
- Tingkat 1: Kompetensi Digital – mencakup penguasaan dasar seperti mengenali perangkat digital, memahami konsep dasar penggunaan internet dan aplikasi.
- Tingkat 2: Pemanfaatan/ Penggunaan Digital – langkah berikutnya yang mencakup penerapan kompetensi tersebut dalam konteks tertentu, misalnya penggunaan aplikasi produktivitas atau media sosial secara efektif.
- Tingkat 3: Transformasi Digital – tingkat tertinggi di mana pengguna tidak hanya menggunakan dan memanfaatkan teknologi, tetapi juga menghasilkan inovasi digital, memimpin perubahan, serta menghasilkan konten atau interaksi digital yang berdampak. [Lihat sumber Disini - repositori.kemendikdasmen.go.id]
Artikel populer juga mengulas versi tiga level ini sebagai “Kompetensi Digital”, “Pemanfaatan Digital”, dan “Transformasi Digital”. [Lihat sumber Disini - bobo.grid.id]
Contoh Tingkatan dalam Konteks Pengukuran
Untuk menggambarkan tingkatan secara nyata:
- Sebuah survei di Indonesia menunjukkan bahwa skor indeks literasi digital nasional pada tahun 2021 berada di angka 3,54 dari skala 1-5, yang dikategorikan pada level “sedang”. [Lihat sumber Disini - indonesiabaik.id]
- Penelitian di Kabupaten Bandung Barat (2023) menunjukkan bahwa tingkat literasi digital masyarakat berada pada level “sedang”. [Lihat sumber Disini - jkd.komdigi.go.id]
- Dalam studi tentang “Tingkatan Literasi Digital Mahasiswa Indonesia” (2021) dijabarkan bahwa untuk bisa dikatakan literat digital, mahasiswa harus menguasai elemen seperti literasi informasi, kemampuan ICT, komunikasi & kolaborasi, keamanan dan media literacy. [Lihat sumber Disini - ejournal.unib.ac.id]
Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa banyak pengguna masih berada pada tingkat awal atau menengah,belum banyak yang mencapai tingkat transformasi.
Contoh Literasi Digital
Berikut beberapa contoh konkret penerapan literasi digital dalam berbagai konteks:
Contoh di Lingkungan Pendidikan
- Seorang guru menggunakan aplikasi pembelajaran daring (misalnya Zoom, Google Classroom) dan menyesuaikan metode pengajaran agar siswa dapat berkolaborasi secara online. Hal ini menunjukkan penggunaan Digital Skill dan Digital Culture.
- Siswa mampu mengevaluasi sumber informasi tugas dari internet dengan kritis (memastikan keaslian, relevansi, dan kredibilitas), mencerminkan literasi informasi dalam literasi digital. [Lihat sumber Disini - jbasic.org]
- Sekolah melaksanakan pelatihan bagi guru dan orang tua mengenai keamanan digital (contoh: pengaturan privasi perangkat, pengelolaan waktu layar), memasuki pilar Digital Safety.
Contoh di Dunia Kerja / Profesional
- Seorang pekerja administrasi memahami dan menggunakan sistem cloud storage untuk berbagi dokumen secara aman di antara tim. Ini merupakan contoh pemanfaatan teknologi (Digital Skill) dan budaya kerja digital (Digital Culture).
- Seorang freelancer konten aktif mencari data secara daring, memverifikasi fakta, membuat konten yang dipublikasikan, serta mempertimbangkan etika penerbitan (misalnya hak cipta, plagiarisme), melibatkan Digital Ethics.
- Perusahaan menyediakan pelatihan keamanan siber bagi karyawannya untuk menghindari phishing, kebocoran data, atau penggunaan perangkat lunak ilegal, contoh konkret Digital Safety.
Contoh di Kehidupan Sehari-hari
- Pengguna media sosial yang tidak langsung membagikan konten viral, tapi terlebih dahulu mengecek akurasi, sumber, dan apakah konten tersebut hoaks, ini adalah literasi digital dalam konteks konsumsi informasi. [Lihat sumber Disini - jurnal.universitaslia.ac.id]
- Masyarakat memanfaatkan platform transaksi digital (mobile banking, dompet digital) dengan memahami fitur keamanan seperti OTP, autentikasi dua faktor, ini mencerminkan kombinasi Digital Skill dan Digital Safety.
- Kelompok masyarakat menggunakan aplikasi komunitas digital untuk mengorganisir kegiatan lingkungan (misalnya grup WhatsApp/Telegram, Google Forms, poster digital), menunjukkan transformasi digital dalam skala micro.
Kesimpulan
Literasi digital bukan hanya kemampuan teknis menggunakan perangkat dan aplikasi digital, melainkan mencakup kemampuan yang lebih luas: mengakses, mengevaluasi, mencipta, berkolaborasi, serta berinteraksi dalam ruang digital dengan sikap kritis dan bertanggung jawab. Pengukuran di Indonesia menunjukkan bahwa banyak pengguna masih berada pada tingkat “sedang” dalam literasi digital, sehingga masih ada peluang besar untuk peningkatan. Dengan memahami definisi, tingkatan, dan contoh konkret literasi digital, maka individu dan institusi dapat lebih baik memetakan langkah-pengembangan kompetensi digital yang dibutuhkan. Pada akhirnya, literasi digital yang kuat dapat menjadi fondasi penting dalam menghadapi tantangan dan peluang era digital,mulai dari pendidikan, pekerjaan, hingga kehidupan sehari-hari.
