Likert Scale Analysis: Pengertian, Fungsi, dan Contoh
Pendahuluan
Dalam berbagai penelitian kuantitatif,terutama yang menggunakan angket atau kuesioner,sering digunakan instrumen pengukuran yang disebut Skala Likert. Instrumen ini sangat populer karena kemampuannya untuk mengukur sikap, pendapat, atau persepsi responden terhadap suatu fenomena sosial, melalui pilihan jawaban bertingkat (misalnya, “Sangat Setuju” hingga “Sangat Tidak Setuju”). Konsep ini penting bagi peneliti agar memperoleh data yang valid dan reliabel sebelum dilakukan analisis lebih lanjut. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang Skala Likert: mulai dari definisi umum, definisi menurut KBBI, definisi menurut para ahli, fungsi penggunaan, hingga contoh konkretnya dalam penelitian.
Definisi Skala Likert
Definisi Skala Likert Secara Umum
Skala Likert secara umum dapat dipahami sebagai skala pengukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat persetujuan atau ketidakpersetujuan seseorang terhadap suatu pernyataan atau fenomena tertentu. Sebagaimana dijelaskan dalam sumber umum: “Skala Likert adalah skala atau pengukuran yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, atau persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai sebuah peristiwa dan fenomena sosial.” [Lihat sumber Disini - detik.com]
Penggunaan skala ini sering melibatkan beberapa butir pernyataan (item) yang telah dirumuskan sebagai indikator variabel penelitian, kemudian responden memilih jawaban dalam rentang (misalnya 1–5, 1–7) sesuai tingkat persetujuan. [Lihat sumber Disini - accounting.binus.ac.id]
Dengan demikian, skala ini memadukan aspek kuantitatif dan kualitatif: meskipun jawaban bersifat kualitatif (perasaan, sikap), namun hasilnya kemudian dapat dianalisis secara kuantitatif melalui skor numerik.
Definisi Skala Likert dalam KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah skala sendiri memiliki arti garis atau tanda yang berderet-deret dan sebagainya yang sama jarak antaranya, dipakai untuk mengukur; atau lajur yang dipakai untuk menentukan tingkatan atau banyaknya sesuatu (misalnya pada peraturan gaji). [Lihat sumber Disini - kbbi.web.id]
Meski demikian, istilah “skala Likert” tidak spesifik tercantum sebagai entri tersendiri dalam KBBI, melainkan bagian dari terminologi metodologi penelitian. Berdasarkan pengertian ‘skala’ dari KBBI, maka skala Likert adalah implementasi dari skala sebagai sistem tingkatan yang digunakan untuk mengukur variabel sikap atau pendapat. Sebagai referensi tambahan,misalnya artikel populer menyebut bahwa menurut KBBI, skala adalah “lajur yang dipakai untuk menentukan tingkatan atau banyaknya sesuatu (seperti pada peraturan gaji …)” sehingga bila dikombinasikan dengan kata “Likert” maka konteksnya adalah pengukuran tingkatan persetujuan. [Lihat sumber Disini - detik.com]
Definisi Skala Likert Menurut Para Ahli
Berikut beberapa definisi dari para ahli yang membahas skala Likert:
- Sugiyono menyatakan bahwa skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang terhadap suatu fenomena sosial. [Lihat sumber Disini - accounting.binus.ac.id]
- Menurut jurnal “Skala Likert, Bias Penggunaan dan Jalan Keluarnya” (2022) oleh B Simamora, disebutkan bahwa “Skala Likert ditemukan Rensis Likert tahun 1932 untuk mengukur sikap. Dalam skala tersebut diajukan pernyataan atau pertanyaan dan meminta persetujuan (agreement) responden…” [Lihat sumber Disini - jurnal.kwikkiangie.ac.id]
- Dalam penelitian “Pengukuran Usability Sistem Menggunakan …” disebutkan bahwa skala Likert mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau fenomena sosial. [Lihat sumber Disini - ejournal.jak-stik.ac.id]
- Dalam Jurnal “Desain Instrumen Evaluasi yang Valid dan Reliabel dalam Pendidikan Islam Menggunakan Skala Likert” (2024) oleh Atiyah Ulfah et al., disebut bahwa “Pengertian skala Likert menurut Sugiyono adalah skala yang digunakan untuk mengukur pendapat, sikap, serta persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial.” [Lihat sumber Disini - oaj.jurnalhst.com]
Dari definisi-definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa skala Likert memiliki karakteristik:
(1) mengukur sikap/pendapat/persepsi,
(2) menggunakan pernyataan yang dipilih responden,
(3) menggunakan tingkatan jawaban,
(4) dapat dianalisis secara kuantitatif.
Fungsi Skala Likert
Skala Likert memiliki beberapa fungsi penting dalam riset maupun evaluasi survei, antara lain:
- Mengukur sikap/pendapat/respon subjektif
Karena banyak fenomena sosial sulit diukur secara langsung dengan angka tunggal, skala Likert memungkinkan peneliti untuk menangkap bagaimana responden memberikan tingkat persetujuan terhadap pernyataan-pernyataan tertentu. Misalnya, tingkat kepuasan pelanggan, sikap terhadap kebijakan, persepsi penggunaan sistem informasi, dan sebagainya. Sebagai contoh, penelitian “Penerapan Skala Likert pada Klasifikasi Tingkat Kepuasan Pelanggan Agen BRILink…” menggunakan skala Likert untuk mengukur persepsi kepuasan pelanggan. [Lihat sumber Disini - jurnal.untan.ac.id] - Mengkonversi data kualitatif ke kuantitatif
Dengan memberi skor numerik pada pilihan jawaban (misalnya Sangat Setuju = 5, Setuju = 4, dst), skala Likert memungkinkan analisis kuantitatif seperti hitung rata-rata, persentase, uji statistik, dan sebagainya. Artikel populer menjelaskan bahwa rumus umum skala Likert: Total skor = jumlah responden × pilihan skor. [Lihat sumber Disini - detik.com] - Mendukung analisis statistik lebih lanjut
Setelah data dikonversi ke bentuk numerik, peneliti dapat melakukan analisis seperti mean, median, standar deviasi, maupun uji korelasi, uji regresi, analisis faktor dan sebagainya. Namun perlu diingat: ada diskusi tentang apakah skala Likert bersifat ordinal atau interval. Misalnya dalam artikel Simamora (2022) dibahas bahwa banyak peneliti menyalahgunakan skala Likert dengan memperlakukan sebagai interval tanpa dasar yang kuat. [Lihat sumber Disini - jurnal.kwikkiangie.ac.id] - Memudahkan desain instrumen penelitian
Peneliti hanya perlu merumuskan butir pernyataan yang relevan dengan variabel, menyediakan pilihan jawaban bertingkat, lalu menghitung skor. Sebagai contoh, dalam penelitian tentang pengembangan skala Likert untuk mengukur sikap siswa terhadap penilaian autentik (Widyastuti, 2021) digunakan skala Likert sebagai instrumen utama. [Lihat sumber Disini - journal.unucirebon.ac.id] - Memfasilitasi interpretasi hasil penelitian
Hasil dari skala Likert dapat diinterpretasikan untuk menunjukkan kategori seperti “Tinggi”, “Sedang”, “Rendah”, atau “Setuju”, “Netral”, “Tidak Setuju” berdasarkan rentang skor yang ditentukan. Sebagai contoh, pada suatu panduan disebut bahwa skor berada pada rentang persentase berikut: 0-19,99% sangat tidak setuju; 20-39,99% tidak setuju; 40-59,99% ragu-ragu; 60-79,99% setuju; 80-100% sangat setuju. [Lihat sumber Disini - kc.umn.ac.id] - Menjadi landasan pengambilan keputusan
Dalam praktik evaluasi program, layanan, produk, maupun kebijakan, hasil skala Likert memberi gambaran resistensi, penerimaan, kepuasan pengguna atau stakeholder lainnya. Misalnya pada penelitian adaptasi karyawan dan produktivitas (Yudiana et al., 2025) menggunakan kuesioner skala Likert untuk mengetahui persepsi karyawan, yang dapat dijadikan dasar rekomendasi manajemen. [Lihat sumber Disini - ojs.daarulhuda.or.id]
Dengan demikian, skala Likert bukan hanya alat ukur sederhana, melainkan komponen penting dalam rangkaian metodologi penelitian kuantitatif yang valid dan sistematis.
Contoh Skala Likert dan Analisisnya
Untuk memberikan gambaran konkret, berikut adalah contoh penggunaan skala Likert dalam penelitian dan bagaimana analisisnya dilakukan.
Contoh Kuesioner
Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui kepuasan pengguna aplikasi X. Peneliti mengajukan pernyataan: “Saya merasa aplikasi X mudah digunakan.” Responden memilih dari pilihan:
- Sangat Setuju (SS)
- Setuju (S)
- Netral (N)
- Tidak Setuju (TS)
- Sangat Tidak Setuju (STS)
Setiap pilihan diberi skor: SS = 5, S = 4, N = 3, TS = 2, STS = 1.
Proses Analisis
- Kumpulkan seluruh jawaban dari responden.
- Hitung total skor untuk tiap butir dan/atau total keseluruhan instrumen (misalnya 10 butir × skor maksimum 5 = maksimum 50).
- Hitung persentase atau rata-rata skor responden. Misalnya jika total skor responden = 400 dari maksimum 500, maka rata-rata = 8 × 5 = 40 → persentase = (400/500) × 100% = 80 %. Berdasarkan kriteria interpretasi di atas, kategori bisa dinyatakan “Sangat Setuju”.
- Lakukan analisis lanjutan, misalnya uji validitas dan reliabilitas instrumen, analisis korelasi antar variabel, atau clustering kategori respons. Sebagai contoh, penelitian “SISTEM Evaluasi … menggunakan Metode Skala Likert dan Algoritma Naïve Bayes” (2024) menggunakan skala Likert sebagai dasar pengumpulan data untuk kemudian diolah dengan algoritma klasifikasi. [Lihat sumber Disini - ojs.unikom.ac.id]
Contoh dalam Penelitian Indonesia
- Penelitian “Penerapan Skala Likert pada Klasifikasi Tingkat Kepuasan Pelanggan Agen BRILink menggunakan Random Forest” (2023) menggunakan skala Likert sebagai instrumen untuk mengukur kepuasan pelanggan dan menunjukkan bahwa penerapan skala Likert dapat meningkatkan akurasi klasifikasi dari 72% menjadi 83,67%. [Lihat sumber Disini - jurnal.untan.ac.id]
- Penelitian “Jenis-Jenis Skala dan Teknik Skoring dalam Penilaian Psikomotorik pada Mata Pelajaran PAI” (2025) menyebut bahwa skala Likert merupakan yang paling sering digunakan untuk evaluasi sikap siswa. [Lihat sumber Disini - journal.aripafi.or.id]
Catatan Penting Analisis
- Peneliti perlu memastikan butir pertanyaan (item) jelas, relevan dengan indikator variabel, dan memiliki pilihan jawaban yang seimbang (positif/negatif).
- Validitas dan reliabilitas instrumen perlu diuji agar data dapat digunakan untuk analisis yang lebih lanjut.
- Perlu memperhatikan tingkatan skala: meskipun banyak menggunakan skala 1–5 atau 1–7, terdapat debat metodologis apakah hasil skala Likert dapat diperlakukan sebagai data interval atau hanya ordinal. Simamora (2022) misalnya mengingatkan adanya kesalahan jika langsung memperlakukan skor sebagai data interval tanpa dasar analisis. [Lihat sumber Disini - jurnal.kwikkiangie.ac.id]
- Interpretasi hasil harus hati-hati: skor tinggi belum tentu berarti sikap “positif” secara mutlak; analisis konteks tetap perlu.
Kesimpulan
Skala Likert merupakan instrumen pengukuran yang sangat berguna dalam penelitian kuantitatif maupun survei sosial karena kemampuannya untuk mengubah persepsi atau sikap responden menjadi data numerik yang dapat dianalisis. Secara umum, definisinya mencakup pengukuran sikap, pendapat, atau persepsi melalui jawaban bertingkat. Dari perspektif KBBI, istilah “skala” menunjukkan tingkatan atau ukuran, sehingga skala Likert bisa dipahami sebagai sistem tingkatan persetujuan terhadap pernyataan. Menurut para ahli, skala Likert dirancang oleh Rensis Likert dan telah digunakan secara luas di berbagai disiplin.
Fungsinya sangat beragam: mulai dari pengukuran sikap, konversi data kualitatif ke kuantitatif, mendukung analisis statistik, memudahkan desain instrumen, hingga menjadi dasar pengambilan keputusan. Contoh aplikasinya menunjukkan bagaimana skala Likert digunakan dalam penelitian nyata di Indonesia dengan hasil yang signifikan.
Bagi Anda yang akan menggunakan skala Likert dalam penelitian atau survei, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah: memastikan item relevan, memilih skala jawaban yang tepat (misalnya 1-5 atau 1-7), menguji validitas dan reliabilitas, memahami karakter data (ordinal vs interval), serta melakukan interpretasi hasil dengan konteks yang tepat.
