Terakhir diperbarui: 25 November 2025

Citation (APA Style):
Davacom. (2025, 25 November 2025). Dialektika Pengertian, Prinsip, dan Contoh dalam Kajian Ilmiah. SumberAjar. Retrieved 26 November 2025, from https://sumberajar.com/kamus/dialektika-pengertian-prinsip-dan-contoh-dalam-kajian-ilmiah 

Kamu menggunakan Mendeley? Add entry manual di sini.

Dialektika Pengertian, Prinsip, dan Contoh dalam Kajian Ilmiah - SumberAjar.com

Dialektika Pengertian, Prinsip, dan Contoh dalam Kajian Ilmiah

Pendahuluan

Kajian ilmiah senantiasa mencari pemahaman yang mendalam tentang fenomena, konflik, proses perubahan, dan interaksi dalam realitas,baik dalam alam, masyarakat, pemikiran maupun wacana. Salah satu konsep yang sering menjadi kerangka pemahaman dalam disiplin filsafat, sosiologi, ilmu sosial dan kajian ilmiah lainnya adalah konsep Dialektika. Dialektika mengacu pada dinamika antara unsur-yang-bertentangan, perubahan melalui kontradiksi, dan revolusi pemahaman yang melampaui keadaan awal. Dalam kajian ilmiah, pemahaman tentang dialektika sangat relevan karena membantu menjelaskan bagaimana suatu fenomena tidak statis, melainkan berkembang melalui interaksi opposisi, transformasi, dan sintesis.
Artikel ini akan membahas secara sistematis pengertian dialektika,secara umum, dalam KBBI, dan menurut para ahli,kemudian menguraikan prinsip-prinsipnya dan dilengkapi dengan contoh nyata penerapannya dalam kajian ilmiah. Dengan demikian, pembaca diharapkan memperoleh gambaran komprehensif tentang bagaimana dialektika diterapkan dalam penelitian ilmiah, termasuk implikasinya terhadap metodologi dan analisis data.

Definisi Dialektika

Definisi Dialektika Secara Umum
Secara umum, dialektika dapat dipahami sebagai suatu proses pemikiran atau perdebatan yang melibatkan dua sudut pandang yang berbeda atau berlawanan, kemudian melalui interaksi atau konflik antara sudut pandang tersebut menghasilkan suatu pemahaman atau kondisi baru yang lebih maju. Konsep ini berakar dari tradisi filsafat Yunani kuno dan berkembang melalui pemikiran idealisme Jerman hingga materialisme. Misalnya, di dalam literatur filsafat “dialektik” sering diartikan sebagai “reasoned argument” melalui proposisi dan antiproposisi untuk mencapai kebenaran yang lebih tinggi atau sintesis. [Lihat sumber Disini - en.wikipedia.org]
Dalam konteks penelitian, dialektika menjadi kerangka untuk melihat fenomena tidak sebagai sesuatu yang tetap, melainkan bergerak melalui kontradiksi, konflik atau perubahan internal dan eksternal hingga menuju transformasi. Dengan demikian dialektika bukan sekadar dialog atau debat, melainkan metode analisis terhadap perubahan, oposisi dan sintesis dalam fenomena sosial, budaya, atau ilmiah.

Definisi Dialektika dalam KBBI

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata dialektika diartikan sebagai: “hal berbahasa dan bernalar dengan dialog sebagai cara untuk menyelidiki suatu masalah” dan juga “ajaran Hegel yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang terdapat di alam semesta itu terjadi dari hasil pertentangan antara dua hal dan yang menimbulkan hal lain lagi”. [Lihat sumber Disini - kbbi.web.id]
Definisi ini penting karena menegaskan dua aspek: (1) dialektika sebagai metode eksplorasi melalui dialog/pertanyaan, dan (2) dialektika sebagai kerangka filsafat Hegelian berupa pertentangan-kontradiksi yang melahirkan sesuatu baru. Dalam kajian ilmiah, definisi ini memberikan pijakan bahwa dialektika bukan hanya proses wacana verbal tetapi juga kerangka struktural untuk memahami dinamika perubahan.

Definisi Dialektika Menurut Para Ahli

Para ahli filsafat, ilmu sosial, dan metodologi penelitian telah mengembangkan definisi dialektika lebih jauh. Berikut ini beberapa definisi menurut para ahli:

  1. Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831), dalam tradisi Hegelian, dialektika melibatkan tiga tahap umum: tesis, antitesis, dan sintesis. Meskipun Hegel sendiri tidak selalu secara eksplisit menggunakan rumusan ini, namun pemahamannya tentang perkembangan pemikiran dan realitas melalui kontradiksi internal dalam ide adalah dasar dialektika idealisme. [Lihat sumber Disini - en.wikipedia.org]
  2. Karl Marx (1818-1883), Marx mengambil kerangka dialektika Hegel namun memindahkan fokus dari ide ke kondisi material: ia menegaskan bahwa sejarah masyarakat manusia bergerak melalui kontradiksi material (sebagai contoh, antara kelas penguasa dan kelas pekerja) dan bukan hanya melalui gagasan. Salah satu definisinya menyebut bahwa sejarah berjalan sesuai dengan prinsip dialektika: tesis-antitesis-sintesis. [Lihat sumber Disini - media.neliti.com]
  3. Friedrich Engels (1820-1895), Engels merumuskan bahwa dialektika adalah “ilmu tentang hukum-hukum umum tentang gerak dan perkembangan alam, masyarakat manusia dan pemikiran.” [Lihat sumber Disini - revolusioner.org]
  4. Paulo Freire (1921-1997), dalam konteks pendidikan, Freire menerapkan dialektika sebagai proses kritis dan transformasi: pendidikan harus menjadi ruang dialektik di mana peserta didik bersama pendidik merefleksikan kondisi, mengkritisi, dan bertindak untuk perubahan. Sebuah artikel Indonesia menyebutkan bahwa penerapan metode dialektika dalam pendidikan dapat membantu menghadirkan pribadi yang sadar akan eksistensi dan kiprahnya dalam dunia konkret. [Lihat sumber Disini - ojs-jireh.org]
  5. Tan Malaka (1897-1949), meskipun bukan secara eksklusif hanya menulis tentang dialektika, karya Madilog-nya mengkombinasikan materialisme-dialektika-logika dalam kerangka pemikiran Indonesia sendiri. [Lihat sumber Disini - en.wikipedia.org]

Berdasarkan definisi-ahli di atas, kita dapat merumuskan bahwa dialektika dalam kajian ilmiah adalah kerangka analisis yang menekankan proses perubahan melalui kontradiksi internal dan eksternal, produksi pemahaman baru melalui interaksi oposisi, dan tidak berorientasi pada statis tetapi pada dinamika gerak sistemik.

Prinsip-Prinsip Dialektika

Dalam kajian ilmiah dan filsafat, dialektika beroperasi melalui sejumlah prinsip mendasar yang memungkinkan analisis yang lebih tajam terhadap fenomena kompleks. Berikut ini beberapa prinsip utama:

  1. Prinsip Kontradiksi (Opposisi)
    Fenomena dialektika selalu mencakup unsur pertentangan atau oposisi antara dua (atau lebih) kekuatan, gagasan, atau kondisi yang berbeda. Perubahan atau kemajuan terjadi karena adanya konflik atau kontradiksi bukan karena keadaan yang homogen dan statis. Menurut Engels: “hukum kutub berlawanan yang saling merasuki” adalah salah satu hukum dialektika. [Lihat sumber Disini - revolusioner.org]
    Di dalam penelitian ilmiah, prinsip ini tampak ketika hipotesis atau fenomena utama dikonfrontasikan dengan antitesis atau variabel yang berbeda untuk menghasilkan sintesis atau pemahaman yang lebih maju.
  2. Prinsip Perubahan melalui Proses (Hukum Gerak dan Perkembangan)
    Dialektika menegaskan bahwa segala sesuatu berkembang, bergerak, dan berubah. Tidak ada kondisi yang benar-benar tetap. Mutasi keadaan terjadi karena akumulasi perubahan, resolusi konflik, dan transformasi internal sistem. Engels menyebut hukum tentang gerak dan perkembangan alam, masyarakat dan pemikiran. [Lihat sumber Disini - revolusioner.org]
    Dalam kajian ilmiah, ini berarti bahwa fenomena tidak hanya diamati sebagai snapshot melainkan sebagai proses historis: misalnya perubahan sosial, evolusi gagasan, transformasi institusi.
  3. Prinsip Sintesis atau Resolusi
    Setelah tahap konflik dan opposisi, dialektika membawa kepada tahap baru yang disebut sintesis: kondisi yang melampaui tesis dan antitesis dan menghasilkan pemahaman atau sistem baru. Hegelian sering menyebutnya demikian,tesis → antitesis → sintesis. [Lihat sumber Disini - journal.sadra.ac.id]
    Dalam penelitian ilmiah, tahap sintesis bisa berupa integrasi literatur, pengembangan model baru, ataupun penemuan hasil yang menyimpulkan konflik teori atau data hingga keluarlah kerangka baru.
  4. Prinsip Kesatuan dan Perlawanan dari Bertentangan (Unity of Opposites)
    Prinsip ini menyatakan bahwa dalam setiap fenomena terdapat unsur-unsur yang saling bertentangan tetapi sekaligus merupakan satu kesatuan. Tanpa oposisi unsur tidak bisa berubah, tanpa kesatuan unsur tidak bisa menjadi bagian sistem. Ini banyak muncul dalam tradisi Marxist dialektik. [Lihat sumber Disini - revolusioner.org]
    Dalam kajian ilmiah, hal ini berarti penelitian harus memperhatikan unsur yang seolah-berlawanan namun saling terkait, misalnya struktur vs agen, stabilitas vs perubahan, mikro vs makro.
  5. Prinsip Negasi dari Negasi
    Ini adalah prinsip yang sering dikaitkan dengan dialektika materialis: bahwa proses perubahan bukan hanya satu kali, melainkan melalui serangkaian negasi yang menghasilkan kondisi baru dan kemudian kondisi baru itu dilampaui. [Lihat sumber Disini - revolusioner.org]
    Dalam penelitian, ini dapat diartikan bahwa hipotesis awal ditolak atau dikritisi (negasi), dan hasilnya suatu teori baru muncul (negasi dari negasi) yang kemudian mungkin menjadi titik awal penelitian berikutnya.
  6. Prinsip Kuantitas ke Kualitas (Peralihan Kuantitas menjadi Kualitas)
    Meskipun lebih khas dalam pembahasan filsafat Marxis, prinsip ini menyatakan bahwa perubahan kuantitatif akumulatif dapat menyebabkan perubahan kualitas yang fundamental,contoh: akumulasi kecil yang lama-lama menghasilkan lompatan kualitas. [Lihat sumber Disini - revolusioner.org]
    Dalam kajian ilmiah, ini dapat berarti bahwa increment data kecil yang terus-menerus bisa mengubah paradigma penelitian atau menghasilkan perubahan struktur teori.

Dengan memahami prinsip-prinsip di atas, seorang peneliti atau pembaca ilmiah dapat memakai kerangka dialektika untuk menganalisis fenomena: mengidentifikasi oposisi, memetakan dinamika perubahan, melihat bagaimana konflik menghasilkan transformasi, dan menempatkan hasil penelitian ke dalam kerangka yang tidak statis melainkan dinamis.

Contoh Penerapan Dialektika dalam Kajian Ilmiah

Untuk memperjelas bagaimana dialektika diterapkan dalam kajian ilmiah di Indonesia, berikut beberapa contoh konkret:

Contoh 1 – Dialektika dalam Pendidikan (Pembelajaran IPS)

Sebuah artikel penelitian Indonesia berjudul “Metode Analisis Dialektika Hegel untuk Meningkatkan Berpikir Kritis dan Kreatif pada Pembelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama” menunjukkan bagaimana dialektika Hegel digunakan sebagai metode untuk menganalisis perubahan keterampilan berpikir siswa. Dalam penelitian tersebut dikemukakan bahwa kemampuan berpikir kritis dan kreatif muncul ketika peserta didik dihadapkan pada pertanyaan dilematis (tesis), dihadapkan pada rintangan atau antitesis, kemudian melalui proses refleksi muncul sintesis yang lebih tinggi. [Lihat sumber Disini - ejournal.uin-suska.ac.id]
Dalam hal ini, peneliti menggunakan kerangka dialektika untuk memahami bagaimana siswa bergerak dari kondisi “berpikir pasif” ke kondisi “kemampuan berpikir tingkat tinggi” melalui konflik pemikiran dan refleksi. Prinsip “kontradiksi → perubahan → sintesis” muncul jelas.

Contoh 2 – Dialektika dalam Sistem Pendidikan di Masa Pandemi

Penelitian “Dialektika Perubahan pada Sistem Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19” (Padmahardi, 2022) membahas bagaimana sistem pendidikan tradisional (tesis) ketika dihadapkan dengan perubahan eksternal akibat pandemi (antitesis) kemudian mengalami proses transisi hingga muncul bentuk baru pembelajaran hibrida atau hybrid learning (sintesis). [Lihat sumber Disini - jim.usk.ac.id]
Analisis menyediakan kerangka dialektika: kondisi sebelumnya, tekanan perubahan, dan transformasi sistem pendidikan. Prinsip “perubahan melalui proses dan sintesis” tampak jelas dalam kajian tersebut.

Contoh 3 – Dialektika Hukum dan Komunikasi

Penelitian mengenai “dialektika komunikasi” dalam penegakan hukum di Indonesia mengangkat bagaimana sistem hukum yang kaku atau statis (tesis) lalu dihadapkan dengan kritik dan masyarakat pencari kemenangan/keadilan (antitesis), dan kemudian melalui diskursus menghasilkan bentuk komunikasi atau mekanisme hukum yang lebih responsif (sintesis). [Lihat sumber Disini - journal.formosapublisher.org]
Kerangka dialektika membantu untuk menganalisis bagaimana struktur hukum tidak sekadar ditetapkan, tetapi berubah melalui konflik internal dan eksternal, hingga muncul perubahan institusional.

Contoh 4 – Dialektika dalam Filsafat Ilmu Pengetahuan

Dalam artikel “Dialektika: Cara Kerja Ilmu Filsafat” di Indonesia, dijelaskan bahwa dialektika bukan hanya metode debat, tetapi cara kerja intelektual yang memahami bahwa setiap pengetahuan ilmiah berangkat dari problematisasi (tesis), dikonfrontasi dengan kritik atau data baru (antitesis) dan kemudian muncul kerangka pemahaman baru (sintesis) yang kemudian menjadi acuan penelitian selanjutnya. [Lihat sumber Disini - repo.driyarkara.ac.id]
Penelitian ini memperlihatkan bahwa kerangka dialektika menjadi sangat relevan dalam analisis historiografi ilmu dan metodologi penelitian.

Kesimpulan

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa konsep dialektika memiliki posisi penting dalam kajian ilmiah karena beberapa hal:

  1. Dialektika menawarkan kerangka berpikir dinamis yang menekankan perubahan, konflik internal, dan transformasi, bukan keadaan statis.
  2. Secara definisi, dialektika memiliki makna umum sebagai dialog atau pemikiran kritis dan dalam KBBI menambahkan makna filosofi bahwa seluruh realitas dapat muncul melalui pertentangan dua hal yang menimbulkan hal lain.
  3. Menurut para ahli seperti Hegel, Marx, Engels, dan dalam konteks pendidikan seperti Freire, dialektika diterapkan sebagai metode analisis untuk memahami bagaimana ide, masyarakat, dan institusi berubah.
  4. Prinsip-utama dialektika seperti kontradiksi, perubahan, sintesis, kesatuan dan perlawanan, negasi dari negasi, serta peralihan kuantitas ke kualitas menjadikannya alat yang berguna dalam analisis ilmiah dari banyak disiplin.
  5. Contoh-aplikasi dialektika dalam penelitian di Indonesia (pendidikan, hukum, metodologi ilmu) menunjukkan bagaimana kerangka ini dapat diterapkan secara konkret untuk memahami perubahan dan transformasi dalam realitas sosial dan ilmiah.

Dengan demikian, bagi peneliti ilmiah, memahami dialektika bukan hanya sebagai terminologi filsafat, tetapi sebagai alat analisis yang memadai untuk melihat proses, konflik, dan transformasi dalam studi mereka. Kerangka ini dapat memperkuat pemahaman terhadap dinamika fenomena dan mengarah pada konstruksi hasil penelitian yang bukan sekadar deskriptif, melainkan reflektif terhadap perubahan dan evolusi.

 

Artikel ini ditulis dan disunting oleh tim redaksi SumberAjar.com berdasarkan referensi akademik Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Dialektika adalah proses berpikir yang melihat perubahan dan perkembangan melalui kontradiksi antara dua hal yang berlawanan, kemudian menghasilkan pemahaman baru yang lebih tinggi melalui sintesis.

Prinsip utama dialektika meliputi kontradiksi, perubahan melalui proses, sintesis, kesatuan dan perlawanan dari pertentangan, negasi dari negasi, serta peralihan kuantitas menjadi kualitas.

Dialektika diterapkan dalam kajian ilmiah untuk menganalisis perubahan fenomena, konflik data, dinamika sosial, serta membentuk sintesis teori baru melalui proses tesis, antitesis, dan sintesis.

Dalam pendidikan, dialektika digunakan untuk meningkatkan berpikir kritis peserta didik dengan menghadirkan perbedaan sudut pandang, konflik pendapat, serta refleksi hingga muncul solusi atau pemahaman baru.

KBBI mendefinisikan dialektika sebagai cara bernalar melalui dialog untuk menyelidiki suatu masalah, serta ajaran filsafat yang menyatakan bahwa segala sesuatu berkembang dari pertentangan dua hal yang menimbulkan hal baru.

Home
Kamus
Cite Halaman Ini