Holisme: Prinsip dan Contoh dalam Kajian Penelitian
Pendahuluan
Kajian penelitian yang membahas fenomena sosial, alam ataupun manusia tidak jarang menghadapi kompleksitas dan keterkaitan antarbagian yang sulit dipahami jika dilihat secara terpisah. Dalam konteks tersebut, pendekatan holisme menjadi salah satu perspektif yang penting karena menekankan bahwa suatu sistem harus dipandang sebagai keseluruhan yang utuh,lebih dari sekadar penjumlahan bagian-bagiannya. Prinsip ini tidak hanya relevan dalam filsafat ataupun teori sistem saja, tetapi juga mempunyai aplikasi nyata dalam ranah penelitian: mulai dari desain metodologi penelitian, pengambilan data, hingga interpretasi hasil. Artikel ini akan membahas secara komprehensif konsep holisme,mulai dari definisinya secara umum, dalam kamus, dan menurut para ahli,selanjutnya mengeksplorasi prinsip-prinsip holisme serta contoh penerapannya dalam kajian penelitian. Di bagian akhir akan disimpulkan hal-hal penting yang perlu diperhatikan oleh peneliti yang ingin mengadopsi pendekatan holistik dalam studi mereka.
Definisi Holisme
Definisi Holisme Secara Umum
Secara umum, holisme berasal dari kata Yunani holos yang berarti “keseluruhan” atau “utuh”. [Lihat sumber Disini - ejournal.unwaha.ac.id] Dalam pengertian umum, holisme menunjukkan suatu pandangan atau keyakinan bahwa suatu sistem atau entitas tidak dapat dipahami hanya dengan memisahkan bagian-bagian komponennya; melainkan bagian-bagian tersebut memiliki relasi dan keterkaitan sedemikian sehingga keseluruhannya merupakan entitas yang lebih besar daripada sekadar gabungan bagian-bagian tersebut. [Lihat sumber Disini - powermathematics.blogspot.com]
Misalnya, ketika meneliti organisasi, pendekatan holistik akan melihat tidak hanya struktur formal, tetapi juga budaya organisasi, interaksi informal antar anggota, lingkungan eksternal, serta dinamika yang saling mempengaruhi,karena semua elemen ini bersama-sama membentuk “kesatuan” organisasi. Dengan demikian, pendekatan holisme menolak pandangan reduksionis yang hanya memfokuskan pada komponen tunggal tanpa memperhitungkan keseluruhan sistem.
Definisi Holisme dalam KBBI
Sesuai kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), istilah “holisme” atau “holistik” belum selalu memiliki entri spesifik yang sangat panjang, namun dapat diartikan sebagai “pemahaman yang melihat sesuatu secara menyeluruh” atau “berkaitan dengan keseluruhan”. Selain itu, makna umum yang dipakai dalam literatur Indonesia adalah pandangan bahwa bagian-bagian dari suatu sistem sebaiknya tidak dipandang secara terpisah, melainkan sebagai bagian dari keseluruhan yang utuh. Sebagai referensi, dalam salah satu tulisan disebut: “kata holisme diambil dari bahasa Yunani, holos, yang berarti semua atau keseluruhan.” [Lihat sumber Disini - ejournal.unwaha.ac.id] Dengan demikian, definisi KBBI atau definisi kamus lokal sejalan dengan makna umum atau filosofi bahwa holisme = kesatuan / totalitas.
Definisi Holisme Menurut Para Ahli
- Jan Christiaan Smuts – dalam bukunya Holism and Evolution (1926) Smuts memperkenalkan istilah “holism” secara formal dan mendefinisikannya sebagai “the tendency in nature to form wholes that are greater than the sum of the parts through creative evolution.” [Lihat sumber Disini - ejournal.upi.edu] Ia menjelaskan bahwa suatu keseluruhan (“whole”) memiliki struktur internal, fungsi, karakteristik emergen yang tidak dapat dipahami hanya dari bagian-bagian secara terpisah. [Lihat sumber Disini - en.wikipedia.org]
- Muchlas Samani – dalam konteks pendidikan, Samani menyebut bahwa pendidikan holistik adalah pendidikan yang utuh dan sistem yang digunakan untuk mengoptimalkan potensi individu secara menyeluruh. [Lihat sumber Disini - journal.universitaspahlawan.ac.id]
- Illeris Knud – Illeris mengemukakan bahwa pendidikan holistik dapat dilihat dalam tiga dimensi yang utuh dan tidak boleh dipisahkan: dimensi isi (pengetahuan, sikap, keterampilan), dimensi insentif (motivasi, dorongan), dan dimensi interaksi (hubungan antar-subjek dan lingkungan). [Lihat sumber Disini - journal.universitaspahlawan.ac.id]
- Jejen Musyfah – menyatakan bahwa pembelajaran holistik memiliki tiga prinsip: (a) connectedness (keterkaitan), (b) wholeness (keutuhan), dan (c) being (kesadaran menjadi) dalam proses pembelajaran. [Lihat sumber Disini - ejournal.unwaha.ac.id]
- Widyastono Herry – dalam kajian pendidikan menyebut bahwa pendidikan holistik berangkat dari gagasan bahwa individu dapat menemukan identitas, makna, dan tujuan hidupnya melalui keterhubungan dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-spiritual. [Lihat sumber Disini - jptam.org]
Dari sudut pandang penelitian, definisi-definisi tersebut menunjukkan bahwa holisme bukan hanya sekadar “melihat banyak bagian”, tetapi melihat bagaimana bagian-bagian tersebut membentuk suatu keseluruhan yang berfungsi, memiliki makna, dan saling terkait.
Prinsip dalam Holisme
Berikut beberapa prinsip utama yang sering muncul dalam literatur holisme dan relevan apabila digunakan dalam kajian penelitian:
Keterkaitan (Connectedness)
Satu prinsip yang penting ialah bahwa bagian-bagian dalam sistem tidak berdiri sendiri melainkan saling terkait dalam jaringan yang kompleks. Sebagaimana Musyfah menyebut prinsip connectedness dalam konteks pembelajaran: materi ajar tidak boleh terpisah satu dari lainnya, melainkan saling berkaitan. [Lihat sumber Disini - ejournal.unwaha.ac.id] Dalam penelitian, ini berarti ketika merancang instrumen, menetapkan unit analisis, dan menginterpretasi temuan, peneliti harus memerhatikan bagaimana variabel, konteks, aktor, dan lingkungan saling mempengaruhi satu sama lain. Dengan mengabaikan keterkaitan ini, hasil penelitian bisa jadi parsial dan kurang menangkap realitas secara menyeluruh.
Keutuhan (Wholeness)
Prinsip ini menyatakan bahwa suatu keseluruhan (whole) bukan hanya sekadar penjumlahan bagian-bagian, tetapi memiliki karakteristik dan fungsi yang muncul dari integrasi bagian-bagian tersebut. Dalam konteks penelitian, hal ini menandakan bahwa analisis unit yang lebih besar, atau melihat sistem secara menyeluruh, mungkin dapat menghadirkan pemahaman yang berbeda daripada hanya mengamati bagian-bagian kecil secara terpisah. Contoh: dalam studi organisasi, keseluruhan budaya, struktur, proses dan manusia dalam organisasi mungkin lebih bermakna daripada hanya fokus pada satu unit fungsi saja.
Emergensi & Dinamika Perubahan
Walaupun bukan selalu disebut secara eksplisit dalam semua literatur holisme Indonesia, namun dari Smuts dan literatur filsafat sistem muncul gagasan bahwa suatu sistem sebagai keseluruhan dapat menghasilkan properti baru (emergent properties) yang tidak dapat diprediksi hanya dari bagian-bagian. [Lihat sumber Disini - en.wikipedia.org] Dalam penelitian, ini memunculkan pentingnya melihat bukan hanya “apa” yang terjadi pada bagian, tetapi “bagaimana” interaksi antar bagian menyebabkan fenomena baru.
Konteks & Sistem Sosial-Lingkungan
Holisme menekankan bahwa analisis sistem harus memperhatikan konteks yang lebih besar,baik berupa lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,karena bagian-bagian sistem tersebut terhubung dengan konteks yang lebih luas. Dalam penelitian, misalnya dalam pendidikan holistik, studi menyebut bahwa potensi peserta didik dikembangkan melalui keterhubungan dengan masyarakat, lingkungan dan nilai-nilai spiritual. [Lihat sumber Disini - jptam.org]
Integrasi Kuantitatif-Kualitatif (Dalam Penelitian)
Dalam kerangka penelitian holistik, sering terlihat bahwa peneliti menggunakan pendekatan campuran atau mengintegrasikan data kualitatif dan kuantitatif agar dapat menangkap keseluruhan sistem. Meskipun literatur Indonesia secara khusus mungkin belum selalu menegaskan prinsip ini sebagai “holisme”, namun secara metodologis, holisme menuntut penelitian yang tidak hanya terfragmentasi.
Contoh Penerapan Holisme dalam Kajian Penelitian
Berikut beberapa contoh konkret di mana pendekatan holisme dipakai dalam penelitian Indonesia, yang bisa dijadikan acuan bagaimana prinsip-holisme diimplementasikan.
Penelitian Pendidikan Holistik
Penelitian oleh Yenni Fitria & Fadriati (2022) Mengkaji model pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) holistik yang bertujuan mengembangkan potensi peserta didik,akademik, emosional, spiritual, estetika, fisik,secara menyeluruh. Hasil menunjukkan bahwa terdapat model pembelajaran holistik yang mampu mengembangkan potensi peserta didik keseluruhan. [Lihat sumber Disini - jurnal.alfithrah.ac.id]
Dari sudut penelitian, ini menunjukkan bahwa studi tidak hanya mengukur aspek kognitif, tetapi memperhatikan multi-dimensi siswa sebagai “keseluruhan”.
Penelitian Pendidikan Holistik dalam Kurikulum Era Digital
Penelitian oleh A Aisa (2025) yang berjudul Transformasi Pendidikan Holistik Upaya Mengembangkan… meneliti relevansi pendidikan holistik berbasis keterampilan abad 21 di era digital. Hasilnya menekankan pentingnya pendekatan holistik untuk membentuk mahasiswa tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga memiliki karakter, kreativitas, dan relevansi sosial. [Lihat sumber Disini - prin.or.id]
Contoh ini menunjukkan bagaimana holisme digunakan untuk konteks penelitian masa kini: perubahan teknologi, tuntutan kompetensi global, dan pengembangan manusia secara menyeluruh.
Penelitian Organisasi dengan Pendekatan Holistik
Penelitian oleh Farida Rahmawati & Nur Laily (2018) mengkaji efektivitas organisasi dengan menggunakan metode Holistic Organizational Effectiveness (HOE). Penelitian ini mengambil pendekatan yang holistik terhadap organisasi,meliputi SDM, struktur, budaya, leadership, komunikasi, proses,dan menunjukkan bahwa organisasi yang belum efektif memiliki banyak bagian yang belum terintegrasi baik. [Lihat sumber Disini - jurnalmahasiswa.stiesia.ac.id]
Contoh ini menunjukkan penerapan holisme dalam penelitian sosial-manajemen, bukan hanya pendidikan ataupun kesehatan.
Penelitian Media & Pengembangan Dalam Konteks Holistik
Penelitian dalam jurnal “Pendekatan Model Asuhan Keperawatan Holistik…” oleh S K Mundakir (2018) membahas bagaimana model asuhan keperawatan yang holistik menggabungkan penyembuhan tradisional dan teknologi modern serta memandang pasien secara keseluruhan: fisik, emosional, sosial, spiritual. [Lihat sumber Disini - repository.um-surabaya.ac.id] Ini menunjukkan penerapan holisme dalam penelitian kesehatan dan praktik keperawatan.
Penerapan Metodologis dalam Penelitian Holistik
Dalam konteks metodologi penelitian, adopsi holisme berarti peneliti mempertimbangkan:
- Memilih unit analisis yang lebih besar atau sistem (bukan hanya satu variabel)
- Menggunakan pendekatan campuran (kualitatif + kuantitatif) bila perlu
- Mengumpulkan data multi-dimensional (aspek sosial, psikologis, lingkungan)
- Menganalisis hubungan antar bagian sistem, bukan hanya efek langsung satu variabel ke variabel lain
- Menginterpretasi hasil dengan memperhatikan emergensi dari keseluruhan sistem, tidak sekadar ringkasan statistik masing-masing bagian
Kesimpulan
Pendekatan holisme dalam kajian penelitian menawarkan perspektif yang sangat berguna ketika fenomena yang diteliti memiliki kompleksitas, keterkaitan antar elemen, dan konteks yang luas. Dari definisi umum, definisi kamus (KBBI), hingga pendapat para ahli,termasuk Smuts,terlihat bahwa holisme menekankan bahwa keseluruhan lebih besar dan bermakna dibanding penjumlahan bagian-bagian. Prinsip-prinsip seperti keterkaitan, keutuhan, emergensi, serta konteks sosial-lingkungan menjadi penting. Contoh-contoh penelitian di Indonesia (dalam pendidikan, organisasi, kesehatan) memperlihatkan bagaimana pendekatan ini diterapkan secara konkret.
Bagi peneliti, mengadopsi holisme berarti merancang penelitian yang tidak hanya fokus pada satu aspek atau komponen, tetapi memandang sistem sebagai kesatuan, mempertimbangkan hubungan antar bagian dan konteks yang lebih luas, serta menyadari bahwa hasil bisa muncul dari interaksi kompleks,bukan hanya sebab-akibat sederhana. Terlepas dari tantangan metodologis dan analitis yang muncul, pendekatan holistik dapat memperkaya pemahaman dan menghasilkan temuan yang lebih “mendalam” dan kontekstual.
