Terakhir diperbarui: 30 October 2025

Citation (APA Style):
Davacom. (2025, 30 October 2025). Argumentasi Ilmiah: Ciri, Struktur, dan Contohnya. SumberAjar. Retrieved 12 November 2025, from https://sumberajar.com/kamus/argumentasi-ilmiah-ciri-struktur-dan-contohnya 

Kamu menggunakan Mendeley? Add entry manual di sini.

Argumentasi Ilmiah: Ciri, Struktur, dan Contohnya - SumberAjar.com

Argumentasi Ilmiah: Ciri, Struktur, dan Contohnya

Pendahuluan

Dalam dunia akademik dan penelitian, kemampuan untuk menyampaikan gagasan secara logis dan didukung bukti sangat krusial. Salah satu bentuk penyampaian gagasan yang memenuhi kaidah tersebut adalah argumentasi ilmiah. Argumentasi ilmiah bukan sekadar menyatakan pendapat, tetapi mengemukakan klaim yang kemudian didukung oleh bukti serta pembenaran yang rasional, sehingga mampu meyakinkan pembaca atau pendengar. Sebagai keterampilan berpikir dan berkomunikasi, kemampuan ini sangat penting terutama dalam konteks pendidikan, riset, dan penerapan iptek di era abad 21. Misalnya, dalam pembelajaran sains, peserta didik dituntut tidak hanya menerima fakta, melainkan mampu menyusun argumentasi ilmiah terhadap suatu fenomena, sehingga pemahaman menjadi lebih mendalam dan kritis. [Lihat sumber Disini - repository.upi.edu]
Dengan demikian, artikel ini akan menguraikan terlebih dahulu definisi argumentasi ilmiah secara umum, menurut KBBI, dan menurut para ahli. Selanjutnya akan dibahas ciri-ciri, struktur, serta contoh-penggunaannya dalam konteks ilmiah. Harapannya, pembaca memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang apa, bagaimana, dan mengapa argumentasi ilmiah penting.

Definisi Argumentasi Ilmiah

Definisi Argumentasi Ilmiah Secara Umum

Argumentasi secara umum dapat dipahami sebagai suatu proses penyampaian gagasan atau pendapat yang disertai alasan atau bukti guna meyakinkan pihak lain. Salah satu tulisan populer menyebut: “Teks argumentasi berisi pendapat penulis, data atau bukti yang mendukung, analisis logis, dan bersifat persuasif.” [Lihat sumber Disini - ruangguru.com]
Sedangkan ketika dikaitkan dengan konteks ilmiah, argumentasi ilmiah mengandung muatan yang lebih spesifik: yaitu pengemukaan klaim/logika yang didukung bukti empiris dan pembenaran yang berlandaskan konsep atau teori ilmiah. Sebagai contoh, sebuah penelitian menyebut bahwa ―kemampuan argumentasi ilmiah merupakan proses memperkuat suatu klaim dengan menitikberatkan pada kemampuan mengemukakan ide dan gagasan tentang fenomena sains dalam kehidupan sehari-hari yang berdasarkan bukti dan kesesuaiannya dengan teori yang ada.[Lihat sumber Disini - proceeding.unnes.ac.id]
Dengan kata lain, secara umum argumentasi ilmiah adalah kemampuan untuk menyampaikan suatu pernyataan atau pendapat yang kemudian diperkuat oleh bukti dan penalaran yang sahih secara ilmiah.

Definisi Argumentasi Ilmiah dalam KBBI

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “argumentasi” dapat diartikan sebagai penyampaian alasan-alasan yang dipakai untuk mendukung atau menolak suatu pendapat, sikap, atau tindakan. Dengan demikian, jika kita menambahkan kata “ilmiah”, maka dapat dipahami sebagai penyampaian alasan-alasan berdasarkan metode atau bukti ilmiah untuk mendukung atau menolak suatu pendapat atau tesis.
Meskipun KBBI tidak secara spesifik menguraikan “argumentasi ilmiah” secara terpisah, definisi dasar argumentasi sudah memberi pijakan bahwa unsur dukungan bukti dan logika penting. Misalnya, pada paragraf argumentasi disebut bahwa “argumen penulis harus diperkuat dengan bukti-bukti yang sahih” dan “paragraf argumentasi bersifat ilmiah, memerlukan fakta berupa data atau bukti lain untuk pembuktian”. [Lihat sumber Disini - jurnal.maziyatulilmi.com]

Definisi Argumentasi Ilmiah Menurut Para Ahli

Berikut beberapa definisi menurut para peneliti/ahli dalam literatur Indonesia:

  1. Fina Fakhriyah, Rusilowati, Nugroho & Saptono (2021) menyampaikan bahwa kemampuan argumentasi ilmiah merupakan “proses memperkuat suatu klaim dengan menitikberatkan pada kemampuan mengemukakan ide dan gagasan tentang fenomena sains dalam kehidupan sehari-hari yang berdasarkan bukti dan kesesuaiannya dengan teori yang ada.” [Lihat sumber Disini - proceeding.unnes.ac.id]
  2. Abdul Muid, Syafiyah & Nabilah (2024) menyatakan bahwa paragraf argumentasi bersifat ilmiah, bertujuan untuk meyakinkan pembaca, serta memerlukan fakta berupa data atau bukti yang dapat dipertanggungjawabkan. [Lihat sumber Disini - jurnal.maziyatulilmi.com]
  3. Ni Nyoman P., Putu, & Ratih (2023) dalam kajian keterkaitan keterampilan argumentasi ilmiah dan berpikir kritis menyebut bahwa “argumentasi ilmiah adalah keterampilan yang melibatkan penalaran ilmiah yang digunakan untuk menyoroti kesimpulan yang diambil dari informasi yang tersedia dan untuk mendorong pemikiran kritis berdasarkan pernyataan yang berdasarkan fakta.” [Lihat sumber Disini - ejournal.aripi.or.id]
  4. E Darlina (2021) mengemukakan bahwa dalam karya tulis ilmiah siswa, paragraf argumentasi memiliki tiga bagian penting: pernyataan (klaim), data atau fakta pembenaran, dan penjelasan logis – yang menunjukkan bahwa argumentasi ilmiah harus memiliki struktur yang jelas dan dilandasi bukti. [Lihat sumber Disini - mail.ojs.stkippgri-lubuklinggau.ac.id]
    Dengan demikian, dapat dirangkum bahwa menurut para ahli, argumentasi ilmiah adalah suatu bentuk argumentasi yang: (a) mengemukakan klaim atau posisi; (b) didukung oleh bukti/data empiris; (c) dilengkapi pembenaran/penalaran ilmiah; dan (d) bersifat kritis dan logis.

Ciri-ciri Argumentasi Ilmiah

Setelah memahami definisi, berikut adalah ciri-ciri khas yang membedakan argumentasi ilmiah dari jenis argumen lainnya:

  1. Mengandung klaim yang jelas (pernyataan posisi atau pendapat) yang hendak dibuktikan atau didukung.
  2. Terdapat data atau bukti yang relevan (observasi, pengukuran, hasil penelitian, fakta empiris) yang mendukung klaim tersebut.
  3. Ada pembenaran atau penalaran (warrant) yang menjelaskan bagaimana bukti tersebut mendukung klaim, biasanya dengan mengacu pada konsep, teori, atau prinsip ilmiah.
  4. Memiliki dukungan lebih lanjut (backing) berupa penjelasan tambahan, referensi penelitian lain, atau validasi metode.
  5. Memuat sanggahan (rebuttal) atau antitesis terhadap pendapat alternatif atau kelemahan argumen sendiri – artinya argumen ilmiah tidak hanya menyodorkan satu sisi, tetapi juga mempertimbangkan keberatan atau kekurangan. (Komponen ini sering dikutip dalam kerangka Toulmin’s Argumentation Pattern) [Lihat sumber Disini - journal.arimsi.or.id]
  6. Bersifat logis, objektif, dan sistematis – penyampaian argumen tidak emosional atau gegabah, tetapi menggunakan bahasa yang tepat, definisi yang jelas, dan alur argumentasi yang mudah diikuti. Contoh: penelitian “Struktur dan Ciri-Ciri Teks Argumentasi” menyebut bahwa teks argumentasi mempunyai struktur dan ciri yang jelas sehingga pembaca dapat mengikuti argumen dengan baik. [Lihat sumber Disini - journal.aspirasi.or.id]
  7. Tujuan persuasif namun tetap ilmiah – artinya, meskipun ingin meyakinkan pembaca, argumentasi ilmiah tetap berdasarkan bukti, bukan sekadar retorika. Misalnya situs literasi menyebut bahwa “Teks argumentasi bertujuan untuk meyakinkan dan memengaruhi pembaca” namun juga dilengkapi bukti dan alasan yang faktual. [Lihat sumber Disini - ruangguru.com]
  8. Kemampuan untuk mengevaluasi atau mempertanyakan – seseorang yang mampu argumentasi ilmiah tidak hanya menyusun argumen, tetapi juga mengevaluasi klaim dan bukti sendiri atau pihak lain, sehingga berpikir lebih kritis. [Lihat sumber Disini - ejournal.aripi.or.id]

Dengan mengenali ciri-ciri tersebut pembaca atau penulis dapat lebih mudah membedakan antara argumen yang sekadar opini dan argumen yang bersifat ilmiah.

Struktur Argumentasi Ilmiah

Dalam praktik tulisan atau lisan, argumentasi ilmiah biasanya disusun dengan struktur yang bisa disebut sebagai kerangka atau pola. Berikut uraian struktur umum dan kemudian struktur khusus yang lazim digunakan dalam konteks ilmiah.

Struktur Umum

Berdasarkan kajian terhadap teks argumentasi dalam bahasa Indonesia, struktur umum terdiri dari:

Struktur Khusus (Kerangka Toulmin)

Dalam literatur ilmiah, kerangka yang sering digunakan adalah model Toulmin, yang terdiri dari:

  1. Claim (klaim) – pernyataan atau posisi yang hendak diargumentasikan.
  2. Data/Evidence (data) – bukti yang menyokong klaim.
  3. Warrant (jaminan/pembenaran) – penalaran yang menghubungkan data dan klaim.
  4. Backing (dukungan) – dukungan tambahan yang memperkuat warrant atau argumentasi.
  5. Rebuttal (sanggahan) – pengakuan terhadap keberatan atau kondisi di mana klaim mungkin tidak berlaku.
  6. Qualifier (kualifikasi) – batasan atau tingkat keyakinan terhadap klaim (opsional dalam banyak tulisan). [Lihat sumber Disini - proceeding.unesa.ac.id]
    Contoh penelitian “Analisis Kemampuan Berargumentasi Ilmiah” menunjukkan lima indikator: claim, data, warrant, backing, dan rebuttal. [Lihat sumber Disini - journal.arimsi.or.id]

Implementasi Struktur dalam Penulisan Ilmiah

Dalam penulisan karya ilmiah (misalnya skripsi, jurnal, laporan), struktur argumentasi ilmiah biasanya muncul pada bagian latar belakang, tinjauan pustaka, pembahasan, atau kesimpulan. Sebagai contoh, penelitian “Pola Argumentasi dalam Karya Ilmiah Mahasiswa” menemukan bahwa argumen mahasiswa terdiri dari elemen claim, data, dan warrant. [Lihat sumber Disini - online-journal.unja.ac.id]
Dengan demikian, penulis ilmiah perlu memastikan bahwa setiap argumen yang dikemukakan memenuhi struktur tersebut agar argumentasi menjadi kuat, koheren, dan dapat diterima secara ilmiah.

Contoh Argumentasi Ilmiah

Untuk memberikan gambaran yang konkretnya, berikut sebuah contoh singkat argumentasi ilmiah dalam bentuk paragraf (bukan hanya teks pengantar) serta analisis strukturnya.

Contoh Paragraf:

“Peningkatan aktivitas fisik pada ibu hamil secara signifikan dapat menurunkan risiko anemia selama kehamilan. Berdasarkan hasil penelitian nasional, prevalensi anemia pada ibu hamil yang melakukan olahraga ringan minimal 150 menit per minggu lebih rendah dibandingkan yang kurang aktif (data: 18% vs 30%). Pembenaran teori menunjukkan bahwa aktivitas fisik meningkatkan sirkulasi darah dan rangsangan eritropoiesis melalui peningkatan oksigenasi jaringan, yang kemudian mendorong produksi sel darah merah. Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa olahraga yang dilakukan harus disesuaikan dengan kondisi kehamilan dan pengawasan medis, karena aktivitas berlebihan atau tidak tepat dapat menimbulkan dampak negatif seperti kelelahan atau risiko persalinan prematur. Dengan demikian, program edukasi dan fasilitas aktivitas fisik aman bagi ibu hamil perlu ditingkatkan sebagai bagian strategi pencegahan anemia.”

Analisis Struktur:

  • Klaim: “Peningkatan aktivitas fisik pada ibu hamil secara signifikan dapat menurunkan risiko anemia selama kehamilan.”
  • Data/Bukti: “Berdasarkan hasil penelitian nasional, prevalensi anemia pada ibu hamil yang melakukan olahraga ringan minimal 150 menit per minggu lebih rendah dibandingkan yang kurang aktif (18% vs 30%).”
  • Warrant/Pembenaran: “Aktivitas fisik meningkatkan sirkulasi darah dan rangsangan eritropoiesis melalui peningkatan oksigenasi jaringan, yang kemudian mendorong produksi sel darah merah.”
  • Rebuttal/Kualifikasi: “Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa olahraga yang dilakukan harus disesuaikan … karena aktivitas berlebihan atau tidak tepat dapat menimbulkan dampak negatif seperti kelelahan atau risiko persalinan prematur.”
  • Penutup/Implikasi: “Dengan demikian, program edukasi dan fasilitas aktivitas fisik aman bagi ibu hamil perlu ditingkatkan …”

Contoh tersebut menunjukkan bagaimana argumentasi ilmiah dipresentasikan secara terstruktur, didukung bukti, dan mempertimbangkan kondisi atau keberatan agar argumen tetap kredibel.

Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah terlaksana dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

  1. Argumentasi ilmiah adalah suatu bentuk argumentasi yang khas karena menggabungkan klaim, bukti empiris, dan penalaran ilmiah untuk menyampaikan pendapat atau posisi yang dapat dipertanggungjawabkan.
  2. Definisi argumentasi ilmiah dapat dilihat dari umum (penyampaian gagasan dengan bukti), KBBI (argumentasi sebagai penyampaian alasan mendukung/menolak), dan para ahli yang menyatakan bahwa argumentasi ilmiah melibatkan penalaran, bukti, dan logika kritis.
  3. Ciri-ciri utama argumentasi ilmiah meliputi adanya klaim, bukti, penalaran, dukungan, sanggahan, serta sifat logis, sistematis, dan objek­tif.
  4. Struktur argumentasi ilmiah terdiri dari bagian umum (pendahuluan, isi, penutup) dan kerangka khusus (misalnya model Toulmin: claim-data-warrant-backing-rebuttal).
  5. Contoh penerapan argumentasi ilmiah menunjukkan bagaimana argumen disusun secara sistematis, didukung bukti, dan mempertimbangkan keberatan agar menjadi argumen yang meyakinkan dan ilmiah.

Dengan memahami definisi, ciri, dan struktur argumentasi ilmiah, penulis, peneliti, maupun praktisi dapat menyusun argumentasi yang lebih matang, koheren, dan kredibel. Semoga artikel ini bermanfaat sebagai referensi dalam proses penulisan maupun pengembangan komunikasi ilmiah.

 

Artikel ini ditulis dan disunting oleh tim redaksi SumberAjar.com berdasarkan referensi akademik Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Argumentasi ilmiah adalah penyampaian pendapat atau klaim yang disertai alasan logis dan didukung bukti empiris. Tujuannya untuk meyakinkan pembaca atau pendengar berdasarkan dasar ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.

Ciri-ciri argumentasi ilmiah antara lain memiliki klaim yang jelas, bukti empiris yang relevan, penalaran atau pembenaran ilmiah, dukungan tambahan, dan sanggahan terhadap argumen lawan. Argumentasi ilmiah juga bersifat logis, objektif, dan sistematis.

Struktur argumentasi ilmiah umumnya terdiri dari pendahuluan, isi, dan penutup. Dalam kerangka Toulmin, struktur ini mencakup claim (klaim), data (bukti), warrant (pembenaran), backing (dukungan), dan rebuttal (sanggahan).

Contoh argumentasi ilmiah misalnya pernyataan bahwa aktivitas fisik pada ibu hamil dapat menurunkan risiko anemia. Klaim ini didukung data empiris dan dijelaskan melalui teori fisiologis tentang peningkatan sirkulasi darah dan produksi sel darah merah.

Argumentasi ilmiah penting karena melatih kemampuan berpikir kritis, analitis, dan komunikatif. Dalam pendidikan dan penelitian, kemampuan berargumentasi ilmiah membantu siswa dan peneliti menyusun kesimpulan yang rasional serta mendukung pengambilan keputusan berbasis bukti.