Terakhir diperbarui: 29 October 2025

Citation (APA Style):
Davacom. (2025, 7 September 2025). Fakta: Definisi, Jenis, dan Contoh dalam Penelitian beserta sumber [PDF] Lengkap. SumberAjar. Retrieved 12 November 2025, from https://sumberajar.com/kamus/fakta-definisi-jenis-dan-contoh-dalam-penelitian-beserta-sumber-pdf-lengkap 

Kamu menggunakan Mendeley? Add entry manual di sini.

Fakta: Definisi, Jenis, dan Contoh dalam Penelitian beserta sumber [PDF] Lengkap - SumberAjar.com

Fakta: Definisi, Jenis, dan Contoh dalam Penelitian

Pendahuluan

Penelitian merupakan sebuah kegiatan sistematis, terstruktur, dan terencana yang dilakukan untuk memahami fenomena, menguji hipotesis, atau menghasilkan pengetahuan baru yang dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu maupun praktik di masyarakat. Dalam setiap penelitian, salah satu aspek terpenting yang menjadi pijakan utama adalah fakta. Fakta berfungsi sebagai bukti nyata yang dapat dijadikan dasar analisis, pengambilan keputusan, serta pembentukan teori. Tanpa fakta, penelitian akan kehilangan legitimasi dan hanya berisi asumsi yang bersifat spekulatif. (journal.universitaspahlawan.ac.id)

Dalam dunia akademik, fakta memiliki peranan ganda. Pertama, fakta membantu peneliti memastikan bahwa data yang dikumpulkan bersifat objektif dan terukur. Kedua, fakta juga menjadi alat verifikasi untuk membedakan antara kebenaran ilmiah dengan sekadar opini atau interpretasi subjektif. Fakta yang valid akan memperkuat argumen penelitian, sementara kekurangan atau kesalahan dalam mengidentifikasi fakta bisa mengakibatkan kesimpulan yang menyesatkan. Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang apa itu fakta dan bagaimana fakta diperoleh menjadi kunci utama keberhasilan penelitian.

Di era informasi modern, keberadaan fakta semakin krusial. Arus informasi yang cepat melalui media digital sering kali bercampur antara fakta, opini, bahkan hoaks. Penelitian ilmiah dituntut untuk dapat memilah informasi tersebut, kemudian mengonfirmasi mana yang benar-benar fakta melalui metode yang sistematis. Dengan cara inilah penelitian tidak hanya menghasilkan temuan baru, tetapi juga berkontribusi menjaga integritas pengetahuan di tengah masyarakat.

Berdasarkan pentingnya fakta tersebut, artikel ini akan membahas secara mendalam tentang definisi fakta menurut umum dan para ahli, jenis-jenis fakta yang sering digunakan dalam penelitian, serta contoh konkret penerapan fakta dalam berbagai studi di Indonesia. Harapannya, pembahasan ini mampu memberikan pemahaman lebih luas mengenai posisi sentral fakta dalam penelitian ilmiah dan implikasinya bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Definisi

Secara Umum

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fakta adalah “suatu hal atau peristiwa yang merupakan kenyataan, sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi”. Istilah ini berasal dari bahasa Latin factus, yang berarti “sesuatu yang dibuat atau dilakukan”. Dalam konteks penelitian, fakta dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat diamati, dirasakan oleh indera manusia, serta memiliki bukti nyata yang dapat diverifikasi. Fakta bersifat unik, konkret, dan tidak dapat diulang secara identik, meskipun fenomena yang serupa bisa saja terjadi. Karena itulah, fakta dipandang sebagai dasar atau pondasi utama dalam proses penelitian ilmiah, sebab keberadaannya menjadi pijakan untuk menyusun teori, membangun hipotesis, hingga menarik kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Fakta yang valid juga membantu peneliti menghindari bias dan subjektivitas, karena kebenarannya bersandar pada data dan realitas, bukan pada asumsi atau interpretasi pribadi semata (journal.universitaspahlawan.ac.id).

Menurut Para Ahli

  • Menurut Hasanuddin (2003), seperti dikutip dalam penelitian oleh Sartika dkk., fakta adalah “peristiwa yang benar-benar ada dan harus diterima sebagai kenyataan yang bersifat objektif”. Hal ini menegaskan perbedaan mendasar antara fakta dan opini. Fakta merujuk pada kebenaran yang nyata dan dapat diuji, sedangkan opini lebih bersifat subjektif karena lahir dari sudut pandang individu atau kelompok tertentu. Dalam konteks penelitian, kemampuan membedakan fakta dari opini sangat penting, sebab kesalahan dalam mengidentifikasi fakta dapat berakibat pada kesimpulan penelitian yang keliru atau tidak valid (media.neliti.com).

  • Menurut Alfaozan Imani, penelitian pada dasarnya adalah “usaha memperoleh fakta atau prinsip dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data, yang dilakukan secara jelas, teliti, sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan”. Definisi ini menekankan bahwa fakta bukan sekadar informasi biasa, tetapi hasil dari prosedur ilmiah yang sahih. Fakta yang digunakan dalam penelitian harus terukur, memiliki dasar empiris, dan bisa diverifikasi oleh peneliti lain. Dengan demikian, fakta berfungsi sebagai bukti yang memperkuat klaim penelitian sekaligus menjadi dasar untuk pengembangan teori atau model baru. Fakta yang dihasilkan melalui proses penelitian yang benar juga memungkinkan penelitian tersebut direplikasi, sehingga meningkatkan kredibilitas hasilnya (researchgate.net).

  • Dalam perspektif metodologi penelitian modern, fakta dianggap sebagai entitas yang berada di luar konstruksi subjektif manusia, namun hanya dapat dimaknai melalui kerangka teori tertentu. Artinya, meskipun fakta bersifat objektif, cara peneliti melihat, memilih, dan menafsirkan fakta selalu dipengaruhi oleh paradigma atau pendekatan ilmiah yang digunakan. Oleh karena itu, peneliti dituntut untuk menjaga integritas dalam proses pengumpulan data agar fakta yang diperoleh benar-benar mencerminkan realitas yang sedang diteliti.

 

Jenis Fakta dalam Penelitian

Dalam kegiatan penelitian, fakta menjadi komponen utama yang menopang validitas dan keabsahan suatu kajian. Fakta tidak selalu muncul dalam bentuk yang sama, karena cara memperolehnya dapat berbeda tergantung metode, sumber, maupun tujuan penelitian. Oleh karena itu, peneliti biasanya membedakan fakta ke dalam beberapa kategori agar lebih mudah dipahami dan diolah.

1. Fakta Primer

Fakta primer adalah data mentah atau realitas langsung yang diperoleh peneliti dari lapangan. Fakta jenis ini muncul dari hasil observasi, wawancara, eksperimen, maupun pengukuran yang dilakukan secara sistematis. Karena berasal dari sumber pertama, fakta primer sering dianggap lebih otentik dan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi. Misalnya, ketika seorang peneliti melakukan survei kepada seratus siswa mengenai kebiasaan membaca mereka, maka data jawaban siswa tersebut adalah fakta primer. Demikian pula, hasil pengukuran kadar air dalam tanah menggunakan alat laboratorium juga termasuk fakta primer. Fakta ini sangat penting dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif, sebab ia menggambarkan kondisi nyata tanpa perantara. Fakta primer membantu peneliti membangun kesimpulan yang lebih akurat karena langsung bersumber dari objek penelitian.

2. Fakta Sekunder

Berbeda dengan fakta primer, fakta sekunder adalah data atau informasi yang tidak diperoleh langsung dari lapangan, melainkan dari sumber yang sudah tersedia atau dipublikasikan sebelumnya. Fakta ini bisa berupa laporan penelitian terdahulu, buku referensi, artikel jurnal, arsip, maupun data statistik resmi yang dirilis lembaga tertentu. Misalnya, ketika seorang peneliti menggunakan data Badan Pusat Statistik (BPS) tentang angka kemiskinan di Indonesia, maka informasi tersebut termasuk fakta sekunder. Fakta sekunder berfungsi melengkapi fakta primer, memberi kerangka teoritis, dan memperkuat argumen yang dibangun dalam penelitian. Walaupun tidak dihasilkan langsung oleh peneliti, fakta sekunder tetap bernilai ilmiah karena biasanya melalui proses pengumpulan data yang terstandar.

Jenis Fakta Menurut Perspektif Penelitian

Publikasi Penelitian Multidimensi oleh Ramli dkk. (2024) menegaskan bahwa jenis penelitian seperti kualitatif, kuantitatif, kepustakaan, lapangan, eksperimen, dan research & development (R&D) akan memengaruhi jenis fakta yang dikumpulkan. Penelitian kualitatif, misalnya, lebih banyak menggunakan fakta primer berupa narasi, hasil wawancara, dan observasi mendalam. Sementara penelitian kuantitatif lebih menekankan fakta berupa angka, data statistik, serta hasil eksperimen yang dapat diukur secara matematis. (ejournal.indo-intellectual.id)

Jenis Fakta Berdasarkan Kegunaan

Sementara itu, jenis penelitian berdasarkan kegunaannya juga menentukan variasi fakta yang dipakai. Penelitian murni (basic research) biasanya menekankan fakta-fakta konseptual yang digunakan untuk memperluas pengetahuan. Penelitian terapan menggunakan fakta yang dapat diimplementasikan dalam pemecahan masalah nyata. Penelitian aksi menekankan fakta kontekstual di lapangan untuk perubahan praktik, sedangkan penelitian kebijakan membutuhkan fakta sosial dan ekonomi yang dapat mendukung pengambilan keputusan. Adapun penelitian evaluatif menekankan fakta komparatif—membandingkan data sebelum dan sesudah suatu program dilaksanakan untuk menilai efektivitasnya. (tahtamedia.co.id)

Dengan demikian, meskipun secara umum fakta dapat dibedakan menjadi primer dan sekunder, keragaman bentuk dan jenis fakta dalam penelitian pada dasarnya dipengaruhi oleh pendekatan metodologis serta tujuan penelitian itu sendiri. Fakta yang digunakan dengan tepat akan memperkuat validitas penelitian dan menghasilkan kesimpulan yang lebih kredibel.

Contoh Fakta dalam Penelitian

1. Penelitian Konten Tajuk Rencana “Harian Analisa” (2020)

Dalam jurnal Kohesi (2021), peneliti menganalisis isi tajuk rencana dari surat kabar Harian Analisa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 61 kutipan fakta dan 74 kutipan opini dalam teks redaksi yang dianalisis. Fakta dalam penelitian ini berupa peristiwa aktual yang dilaporkan koran, seperti data angka kriminalitas, kondisi politik, atau kebijakan pemerintah yang bisa diverifikasi. Sementara itu, opini muncul dalam bentuk sikap, penilaian, atau interpretasi redaksi terhadap fakta tersebut. Temuan ini menegaskan bahwa dalam praktik jurnalistik, fakta dan opini sering dipadukan untuk memperkuat argumen editorial, tetapi fakta tetap menjadi dasar utama agar tulisan memiliki kredibilitas. Penelitian ini penting karena menunjukkan bagaimana masyarakat bisa dilatih untuk lebih kritis membedakan fakta objektif dengan opini yang bersifat interpretatif, khususnya dalam media massa. (jurnal.uniraya.ac.id)

2. Penelitian Mengenai Kemampuan Siswa dalam Membedakan Fakta dan Opini

Penelitian lain dilakukan di SMP Negeri 42 Bandar Lampung pada tahun 2022. Studi ini fokus pada keterampilan siswa dalam membedakan fakta dan opini yang terdapat pada teks surat kabar. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mampu mengidentifikasi fakta dengan melihat ciri objektifnya, seperti keberadaan data, angka, atau bukti konkret. Namun, ketika harus membedakan opini, banyak siswa masih mengalami kesulitan karena opini sering tersusun dalam bentuk kalimat persuasif yang terlihat meyakinkan. Penelitian ini memberi gambaran nyata bahwa literasi kritis siswa masih perlu ditingkatkan, terutama dalam menghadapi banjir informasi di media. Fakta yang jelas dan berbasis data harus dijadikan rujukan utama, sedangkan opini sebaiknya dipahami sebagai interpretasi tambahan yang tidak selalu mewakili kebenaran objektif. Kajian ini relevan dengan kurikulum bahasa Indonesia yang menekankan pentingnya keterampilan membaca kritis. (eskripsi.stkippgribl.ac.id)

3. Penelitian Kemampuan Membaca Intensif Siswa Kelas X SMK di Padang

Sebuah penelitian lain dilakukan terhadap siswa kelas X di salah satu SMK di Padang. Riset ini menganalisis kemampuan membaca intensif siswa dalam menentukan fakta dan opini dalam teks bacaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan siswa dalam menemukan fakta berada pada kategori “lebih dari cukup”, sedangkan kemampuan membedakan opini hanya berada pada kategori “cukup”. Hal ini berarti siswa lebih mudah mengenali pernyataan yang berbasis data nyata dibandingkan dengan kalimat opini yang bersifat subjektif. Temuan ini menarik karena memperlihatkan bahwa keterampilan literasi faktual siswa sudah berkembang, tetapi pemahaman kritis terhadap opini masih memerlukan pembiasaan. Peneliti menekankan pentingnya strategi pembelajaran membaca yang tidak hanya menekankan pencarian data faktual, tetapi juga melatih siswa mengkritisi pernyataan yang bersifat interpretatif atau persuasif. Fakta dan opini yang disajikan dalam teks pada akhirnya harus saling melengkapi, namun pembaca perlu terlatih untuk memilah keduanya dengan tepat. (media.neliti.com)

Penutup

Fakta merupakan pondasi utama dalam penelitian karena berfungsi sebagai bukti objektif yang dapat diverifikasi dan dipertanggungjawabkan. Fakta menjadi pijakan penting dalam setiap tahap penelitian, mulai dari perumusan masalah, penyusunan hipotesis, hingga proses analisis dan penarikan kesimpulan. Tanpa adanya fakta yang kuat, penelitian akan kehilangan landasan ilmiahnya dan cenderung hanya bersifat spekulatif.

Definisi fakta menurut pandangan umum maupun para ahli memperlihatkan konsistensi bahwa fakta selalu berlandaskan pada realitas nyata yang dapat dibuktikan. Fakta berbeda secara mendasar dengan opini, sebab opini dipengaruhi oleh pandangan subjektif, sedangkan fakta hadir sebagai data yang sahih dan dapat diuji ulang. Perbedaan ini sangat penting untuk dipahami agar peneliti maupun pembaca dapat bersikap kritis dalam menafsirkan informasi yang ada, terutama di era banjir informasi seperti sekarang.

Jenis-jenis fakta, baik primer maupun sekunder, memberikan fleksibilitas bagi peneliti dalam memilih data sesuai kebutuhan. Fakta primer menghadirkan realita langsung dari lapangan yang otentik, sedangkan fakta sekunder melengkapi dengan perspektif dan data yang telah diolah oleh pihak lain. Keduanya, apabila digunakan secara tepat, akan saling memperkuat sehingga penelitian menjadi lebih komprehensif dan valid.

Contoh-contoh penelitian di Indonesia pada periode 2020–2025 juga menegaskan bahwa kemampuan memahami dan membedakan fakta dari opini merupakan keterampilan yang harus terus diasah. Penelitian tentang teks media, keterampilan membaca kritis siswa, hingga analisis konten editorial menunjukkan bahwa fakta tidak hanya relevan dalam ilmu sosial dan humaniora, tetapi juga sangat penting dalam pendidikan. Dengan melatih kemampuan kritis terhadap fakta, generasi muda akan lebih siap menghadapi informasi, membangun pengetahuan yang benar, dan menghindari bias.

Pada akhirnya, pemahaman yang mendalam tentang fakta bukan hanya memperkuat kualitas penelitian, tetapi juga berkontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan masyarakat yang lebih rasional. Fakta yang valid dan dapat diverifikasi akan selalu menjadi pijakan dalam membangun argumen yang kokoh, menyusun kebijakan yang tepat, serta menciptakan inovasi yang bermanfaat. Oleh karena itu, setiap penelitian harus menempatkan fakta sebagai landasan utama demi menghasilkan temuan yang benar-benar bernilai bagi akademisi, praktisi, maupun masyarakat luas.

Artikel ini ditulis dan disunting oleh tim redaksi SumberAjar.com berdasarkan referensi akademik Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Fakta dalam konteks penelitian adalah segala sesuatu yang dapat diamati, dirasakan oleh indera manusia, dan memiliki bukti nyata yang dapat diverifikasi. Fakta menjadi dasar penyusunan teori, pembentukan hipotesis, serta penarikan kesimpulan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.

Fakta bersifat objektif, nyata, dan dapat diuji, sedangkan opini bersifat subjektif karena dipengaruhi oleh pandangan individu atau kelompok. Dalam penelitian, fakta digunakan sebagai bukti ilmiah, sementara opini hanya berperan sebagai interpretasi atau pendapat.

Secara umum, terdapat dua jenis fakta dalam penelitian, yaitu fakta primer dan fakta sekunder. Fakta primer diperoleh langsung dari lapangan melalui observasi, wawancara, atau eksperimen, sedangkan fakta sekunder berasal dari sumber tidak langsung seperti buku, jurnal, laporan, atau data resmi lembaga tertentu.

Fakta primer dianggap lebih otentik karena diperoleh langsung oleh peneliti dari sumber pertama tanpa perantara. Fakta ini menggambarkan kondisi nyata dan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dalam mendukung validitas penelitian.

Peneliti membedakan fakta dari opini dengan melihat ciri objektif seperti adanya data, angka, dan bukti konkret. Fakta dapat diverifikasi kebenarannya, sedangkan opini umumnya berbentuk pernyataan persuasif atau penilaian yang tidak dapat dibuktikan secara empiris.

Contohnya dapat dilihat pada penelitian konten tajuk rencana Harian Analisa (2020), di mana fakta berupa data aktual digunakan untuk membedakan peristiwa nyata dari opini redaksi. Penelitian lain di SMP Negeri 42 Bandar Lampung juga meneliti kemampuan siswa membedakan fakta dan opini dalam teks surat kabar.

Fakta berfungsi sebagai bukti objektif yang menjadi dasar seluruh proses penelitian — mulai dari perumusan masalah, penyusunan hipotesis, hingga analisis dan kesimpulan. Tanpa fakta yang kuat, penelitian akan kehilangan dasar ilmiahnya dan cenderung bersifat spekulatif.

Fakta yang valid dan dapat diverifikasi memperkuat kredibilitas hasil penelitian, membantu menghindari bias, serta mendukung pengembangan teori baru. Penggunaan fakta secara tepat menjadikan penelitian lebih komprehensif, akurat, dan bermanfaat bagi masyarakat.

Metodologi penelitian menentukan cara memperoleh dan menafsirkan fakta. Misalnya, penelitian kualitatif lebih menekankan fakta naratif hasil wawancara dan observasi, sedangkan penelitian kuantitatif fokus pada fakta berbentuk angka dan data statistik.

Kesimpulannya, fakta adalah fondasi utama penelitian ilmiah. Fakta memastikan hasil penelitian bersifat objektif, dapat diuji ulang, dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang lebih rasional dan berbasis bukti.