Terakhir diperbarui: 26 November 2025

Citation (APA Style):
Davacom. (2025, 26 November 2025). Teori Correspondence: Pengertian dan Kritiknya. SumberAjar. Retrieved 26 November 2025, from https://sumberajar.com/kamus/teori-correspondence-pengertian-dan-kritiknya 

Kamu menggunakan Mendeley? Add entry manual di sini.

Teori Correspondence: Pengertian dan Kritiknya - SumberAjar.com

Teori Correspondence: Pengertian dan Kritiknya

Pendahuluan

Dalam kajian filsafat dan epistemologi, pertanyaan “apa itu kebenaran?” menjadi sangat fundamental. Salah satu teori yang paling klasik dan banyak dibahas adalah Teori Correspondence (the Correspondence Theory of Truth), teori yang menyatakan bahwa suatu pernyataan benar apabila ia “berkorespondensi” dengan realitas atau fakta. Meskipun sederhana dan intuitif, teori ini juga menghadapi sejumlah kritik dan tantangan konseptual. Artikel ini akan membahas pengertian teori tersebut, definisinya menurut berbagai perspektif (termasuk dalam KBBI dan pandangan para ahli), serta kritik dan kelemahan yang dilontarkan terhadapnya. Tujuan tulisan ini adalah memberi gambaran komprehensif tentang apa itu teori correspondence, dasar pemikirannya, dan mengapa ada debat seputar validitasnya.

Definisi Teori Correspondence

Definisi Secara Umum

Secara umum, teori correspondence menyatakan bahwa kebenaran suatu pernyataan (proposisi/kalimat) tergantung pada apakah isi pernyataan itu sesuai dengan dunia nyata, dengan kata lain, apakah pernyataan itu “menggambarkan” fakta yang benar-benar ada. Dalam pandangan ini, untuk menentukan kebenaran dibutuhkan realitas eksternal di luar pikiran atau bahasa kita sebagai acuan. Bila sebuah proposisi menyatakan keadaan tertentu, maka proposisi itu benar jika keadaan tersebut sesuai dengan fakta di dunia; jika tidak, maka proposisi itu dianggap salah. [Lihat sumber Disini - en.wikipedia.org]

Definisi dalam KBBI

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “korespondensi” memiliki arti “kesesuaian”. Bila dikaitkan dengan teori kebenaran, maka teori korespondensi mengarah pada gagasan bahwa suatu pernyataan dianggap benar jika terdapat kesesuaian antara pernyataan itu dengan realitas atau fakta yang ada. Hal ini sejalan dengan esensi teori correspondence, bahwa pernyataan benar jika ada kesesuaian atau correspondence dengan kondisi atau fakta nyata. Penerapan terminologi “korespondensi” menunjukkan bahwa teori ini bukan soal konsistensi internal antara gagasan, melainkan kesesuaian antara gagasan/pernyataan dengan dunia eksternal. [Lihat sumber Disini - ejournal.unuja.ac.id]

Definisi Menurut Para Ahli

Beberapa tokoh dan literatur filsafat mendefinisikan teori correspondence sebagai berikut:

  • Dalam referensi akademik luas, teori correspondence dijelaskan sebagai “truth is correspondence to a fact”, artinya proposisi benar jika dan hanya jika ia berkorespondensi dengan sebuah fakta. [Lihat sumber Disini - philarchive.org]
  • Menurut studi yang membahas kebenaran ilmiah dalam perspektif epistemologi, teori korespondensi menjadi salah satu teori kebenaran utama: proposisi benar jika maknanya sesuai dengan fakta yang ada di dunia. [Lihat sumber Disini - ejournal.unia.ac.id]
  • Dalam konteks filsafat ilmu dan kebenaran ilmiah, teori korespondensi sering dijadikan dasar penilaian apakah sebuah pernyataan ilmiah bisa dianggap benar: kesesuaian antara pernyataan ilmiah dan realitas empiris. [Lihat sumber Disini - journal.unigha.ac.id]
  • Dalam literatur internasional, teori correspondence dijelaskan lebih luas: ada berbagai varian, mulai dari “object-based” atau “fact-based”, hingga model yang melihat “correspondence” sebagai hubungan semantik/predikatif antara proposisi dan keadaan dunia. [Lihat sumber Disini - plato.stanford.edu]

Dengan demikian, intinya: teori correspondence memposisikan realitas eksternal (fakta, keadaan dunia) sebagai tolok ukur kebenaran, bukan hanya konsistensi logis atau kegunaan praktis.

Rincian dan Varian Teori Correspondence

Tidak ada satu bentuk tunggal teori correspondence, ada varian berbeda tergantung bagaimana “correspondence” dan “fakta / realitas” dipahami. Berikut perinciannya:

  • Versi berbasis fakta / “fact-based”: Proposisi dianggap benar jika ada fakta di dunia yang sesuai dengan proposisi tersebut; kebenaran diukur lewat kesesuaian dengan fakta. [Lihat sumber Disini - plato.stanford.edu]
  • Versi semantik / konseptual: Korespondensi bukan hanya soal fakta obyektif, melainkan juga relasi antara struktur semantik (bahasa/pikiran) dengan realitas, bagaimana kalimat atau proposisi “menggambarkan” fakta. [Lihat sumber Disini - en.wikipedia.org]
  • Varian modern dan modifikasi: Sejumlah filsuf kontemporer menyarankan modifikasi, misalnya teori yang menggabungkan correspondence dengan aspek lain (semantik, kontekstual, pluralisme) agar bisa menangani kompleksitas bahasa dan realitas. [Lihat sumber Disini - plato.stanford.edu]

Varian-varian ini menunjukkan bahwa teori correspondence bukan monolitik: ada fleksibilitas dalam bagaimana “kebenaran” bisa dikonsepsikan, bergantung asumsi ontologis dan semantik.

Kelebihan dan Argumen Mendukung

Beberapa alasan mengapa teori correspondence populer dan dianggap wajar:

  • Intuitif dan alami: Secara umum, manusia sering merasa bahwa pernyataan “salju berwarna putih” benar karena di dunia nyata salju memang putih, kesesuaian antara pernyataan dan realitas memberi rasa kepastian. [Lihat sumber Disini - plato.stanford.edu]
  • Objektivitas: Karena bergantung pada fakta eksternal, teori ini mendukung realisme, bahwa ada dunia independen dari persepsi kita, dan kebenaran bisa diukur secara obyektif. [Lihat sumber Disini - en.wikipedia.org]
  • Relevansi dalam ilmu dan pengetahuan ilmiah: Untuk pernyataan ilmiah dan empiris, correspondence menyediakan kriteria jelas: proposisi dikatakan benar jika sesuai dengan data atau fakta empiris. [Lihat sumber Disini - belaindika.nusaputra.ac.id]

Kritik dan Kelemahan terhadap Teori Correspondence

Meskipun banyak pendukungnya, teori correspondence menghadapi kritik serius. Beberapa kritik utama:

  • Ambiguitas “fakta” dan “correspondence”: Tidak selalu jelas apa yang dimaksud “fakta”, apakah itu objek, keadaan, peristiwa, kondisi, set, properti, atau “state of affairs”? Dan apa tingkat “correspondence” yang dibutuhkan? Struktur bahasa bisa sangat kompleks, sehingga sulit menentukan fakta apa yang bersesuaian. [Lihat sumber Disini - plato.stanford.edu]
  • Masalah dengan proposisi negatif atau universal: Misalnya pernyataan seperti “Tidak ada unicorn di ruangan ini” atau “Semua manusia akan mati”, sulit menentukan fakta “negatif” atau “umum” yang konkret untuk dibandingkan; sehingga correspondence menjadi problematis. [Lihat sumber Disini - philarchive.org]
  • Potensi sirkularitas: Dalam beberapa versi, definisi “fakta” dan “kebenaran” serta “correspondence” saling tergantung satu sama lain, boleh-boleh saja definisi berputar tanpa dasar independen. [Lihat sumber Disini - philarchive.org]
  • Terbatas pada domain tertentu: Teori correspondence dianggap cocok untuk proposisi empiris / faktual (semacam sains, pernyataan fakta dunia nyata), tetapi kurang memadai untuk domain abstrak seperti etika, estetika, nilai, moral, atau pernyataan normatif, di mana “fakta dunia” tidak selalu jelas. [Lihat sumber Disini - plato.stanford.edu]
  • Ketergantungan pada akses manusia terhadap realitas: Agar kita bisa mengecek kebenaran lewat correspondence, kita harus bisa memperoleh “fakta” dunia secara andal, tapi persepsi, interpretasi, bahasa, dan konteks bisa mempengaruhi bagaimana kita menyatakan fakta, sehingga kebenaran bisa relatif atau ambigu. [Lihat sumber Disini - en.wikipedia.org]

Selain itu, beberapa kritikus menyebut bahwa meskipun teori ini kuno dan intuitif, dalam perkembangan filsafat modern, dengan kompleksitas bahasa, makna, dan realitas, teori correspondence saja tidak cukup untuk menangkap seluruh aspek kebenaran. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]

Alternatif & Teori Pembanding

Karena keterbatasan tersebut, ada teori-teori lain tentang kebenaran yang berbeda dengan correspondence, di antaranya:

  • Teori Koherensi (Coherence Theory), kebenaran sebuah proposisi dinilai dari konsistensi internal dan keterpaduannya dengan sistem proposisi lain yang dianggap benar, bukan dari kesesuaian dengan fakta eksternal. [Lihat sumber Disini - conference.upnvj.ac.id]
  • Teori Pragmatis (Pragmatic Theory), kebenaran dilihat dari kegunaan, efek, atau hasil praktis dari afirmasi/pernyataan, bukan hanya dari kesesuaian deskriptif terhadap fakta. [Lihat sumber Disini - conference.upnvj.ac.id]
  • Versi modifikasi atau pluralistik dari theory of truth, misalnya teori semantik, teori “truthmaker”, atau kombinasi beberapa aspek agar bisa menjawab limitasi teori correspondence. [Lihat sumber Disini - plato.stanford.edu]

Dengan adanya alternatif-alternatif ini, wacana tentang “apa itu kebenaran” tetap dinamis, bukan satu teori tunggal yang sah untuk semua jenis pernyataan.

Kesimpulan

Teori Correspondence menawarkan pemahaman tentang kebenaran yang sederhana tapi kuat: bahwa pernyataan benar jika ada kesesuaian antara pernyataan dan fakta di dunia. Sebagai teori klasik, ia sangat berguna dalam konteks pengetahuan empiris dan ilmiah, serta mendukung pandangan realisme terhadap dunia eksternal. Namun, teori ini tidak lepas dari kritik: ambiguitas dalam menentukan fakta, kesulitan menangani proposisi negatif atau abstrak, potensi sirkularitas, dan keterbatasan dalam domain non-faktual seperti etika atau estetika. Oleh karena itu, banyak filsuf dan epistemolog memilih teori alternatif, seperti teori koherensi, pragmatis, atau bahkan teori pluralistik tentang kebenaran, tergantung pada jenis proposisi dan konteksnya. Dalam praktik filsafat dan epistemologi modern, teori correspondence tetap relevan sebagai dasar, tetapi seringkali dikombinasikan dengan pendekatan lain untuk menangani kompleksitas bahasa dan realitas.

 

Artikel ini ditulis dan disunting oleh tim redaksi SumberAjar.com berdasarkan referensi akademik Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Teori Correspondence adalah teori kebenaran yang menyatakan bahwa sebuah pernyataan dianggap benar apabila sesuai atau berkorespondensi dengan fakta atau kenyataan di dunia nyata.

Contoh sederhana adalah pernyataan 'air mendidih pada suhu 100 derajat Celsius'. Pernyataan ini dianggap benar karena sesuai dengan fakta empiris yang dapat diuji di dunia nyata.

Kelemahan utama teori ini adalah kesulitan menentukan fakta yang tepat untuk dibandingkan dengan pernyataan, terutama dalam proposisi abstrak, nilai moral, atau pernyataan negatif seperti 'tidak ada unicorn'.

Teori Correspondence menilai kebenaran berdasarkan kesesuaian dengan realitas eksternal, sedangkan Teori Koherensi menganggap sebuah pernyataan benar jika konsisten dengan pernyataan lain dalam suatu sistem gagasan.

Teori Correspondence tetap relevan karena digunakan dalam ilmu empiris untuk menilai kebenaran pernyataan berdasarkan observasi dan data yang dapat diverifikasi secara objektif.

⬇
Home
Kamus
Cite Halaman Ini