Terakhir diperbarui: 23 October 2025

Citation (APA Style):
Davacom. (2025, 18 June 2025). Gaya Belajar: Jenis-jenis, Ciri, dan Implikasinya dalam Pembelajaran. SumberAjar. Retrieved 12 November 2025, from https://sumberajar.com/kamus/gaya-belajar-jenisjenis-ciri-dan-implikasinya-dalam-pembelajaran 

Kamu menggunakan Mendeley? Add entry manual di sini.

Gaya Belajar: Jenis-jenis, Ciri, dan Implikasinya dalam Pembelajaran - SumberAjar.com

Gaya Belajar: Jenis-jenis, Ciri, dan Implikasinya dalam Pembelajaran

Pendahuluan

Setiap peserta didik memiliki cara unik dalam memahami pelajaran. Ada yang lebih cepat menguasai konsep dengan melihat gambar dan diagram, ada yang lebih nyaman mendengarkan penjelasan guru atau diskusi, sementara sebagian lainnya merasa efektif jika belajar sambil praktik langsung. Fenomena perbedaan ini dikenal dengan istilah gaya belajar (learning style), yakni kecenderungan individu dalam menerima, mengolah, dan menyimpan informasi. Memahami keberagaman gaya belajar menjadi penting karena tidak semua siswa dapat optimal dengan satu pendekatan mengajar yang sama.

Dalam konteks pendidikan di Indonesia, penelitian beberapa tahun terakhir (2021–2025) menunjukkan bahwa variasi gaya belajar berpengaruh signifikan terhadap hasil akademik, motivasi, dan partisipasi siswa di kelas. Guru yang mampu mengenali gaya belajar siswanya cenderung lebih berhasil menyampaikan materi dengan cara yang sesuai, sedangkan siswa yang memahami gaya belajarnya sendiri dapat merancang strategi belajar yang lebih efektif. Oleh karena itu, kajian tentang gaya belajar bukan hanya relevan bagi guru dan siswa, tetapi juga penting bagi perancang kurikulum serta pembuat kebijakan agar pembelajaran berlangsung inklusif dan adaptif terhadap kebutuhan semua peserta didik.

Definisi Gaya Belajar

Definisi Umum

Gaya belajar (learning style) adalah pola atau kecenderungan khas seseorang dalam menerima, mengolah, dan mengingat informasi, berdasarkan preferensi sensorik (penglihatan, pendengaran, gerak) atau strategi kognitif yang digunakan. Gaya ini menunjukkan “cara favorit” individu dalam belajar agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif dan efisien.

Meskipun demikian, gaya belajar bukanlah suatu pakem mutlak — seseorang bisa saja lebih dominan pada satu gaya tetapi juga bisa menggunakan gaya lain tergantung konteks materi dan metode pengajaran.

Dalam kajian pendidikan modern, pemahaman gaya belajar dianggap sebagai bagian dari strategi diferensiasi agar guru bisa menyesuaikan metode pengajaran sesuai karakter siswa.


Definisi menurut KBBI

Untuk memperkuat basis definisi, kita gunakan referensi resmi dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI):

  • Menurut KBBI, kata belajar berarti: “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; berlatih; berubah tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman” [Lihat sumber Disini].

  • Kata gaya dalam KBBI memiliki makna “cara, ragam, bentuk khas dalam melakukan sesuatu” (makna umum gaya dalam KBBI).

Jadi dari sisi bahasa, gaya belajar dapat diartikan sebagai cara khas seseorang dalam berusaha memperoleh ilmu, berlatih, dan mengalami perubahan melalui pengalaman belajar.

Lebih spesifik lagi, dalam konteks pendidikan, gaya belajar berarti pola cara khas seseorang dalam berinteraksi dengan informasi dalam proses belajar.


Definisi menurut para ahli / penelitian

Berikut ini definisi yang sudah didukung penelitian dan literatur akademik (terutama dari jurnal Indonesia tahun 2021–2025):

  • Menurut James & Gardner (dikutip dalam Purnamawati, 2022), gaya belajar adalah cara kompleks di mana siswa menilai cara yang paling efektif dan efisien dalam memproses, menyimpan, dan memanggil kembali apa yang telah mereka pelajari. [Lihat sumber Disini]

  • Menurut Desmita (dikutip dalam repo Raden Fatah), gaya belajar adalah istilah yang merujuk kepada kecenderungan yang cukup konsisten dalam diri seseorang dalam cara belajar. [Lihat sumber Disini]

  • Dalam penelitian Analisis Gaya Belajar Peserta Didik pada Pembelajaran (JPTAM), disebut bahwa faktor lingkungan dan dominasi otak ikut membentuk gaya belajar (visual, auditori, kinestetik) siswa. [Lihat sumber Disini]

  • Dalam penelitian Analisis Gaya Belajar Siswa SMA/MA/AMK di Wilayah Mataraman, dominasi gaya visual menjadi salah satu hasil temuan. [Lihat sumber Disini]

  • Dalam artikel Pengaruh Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa di Jurnal Edukasi & Riset (JER), dikemukakan bahwa gaya belajar dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu visual, auditori, dan kinestetik, dan bahwa perbedaan gaya belajar berdampak pada hasil belajar siswa. [Lihat sumber Disini]

  • Dalam penelitian Analisis Gaya Belajar Peserta Didik untuk Pembelajaran Berdiferensiasi di UMP (2022/2023), ditemukan bahwa siswa kelas VI memiliki variasi gaya belajar: 47 % visual, 31 % auditori, 21 % kinestetik. [Lihat sumber Disini]

  • Dalam penelitian Konseling Gaya Belajar Peserta Didik Berdasarkan Teori VARK (Saputra & Suryadi, 2023), topiknya menekankan bagaimana teori VARK diterapkan dalam pembelajaran berdiferensiasi. [Lihat sumber Disini]

  • Dalam pengembangan buku ajar tematik VARK di SD (Marta dkk., 2021), gaya belajar digunakan sebagai dasar desain media agar setiap modalitas (visual, auditory, reading, writing, kinesthetic) terakomodasi. [Lihat sumber Disini]

Dari definisi-definisi tersebut, kita bisa tarik elemen bersama: gaya belajar mencakup kecenderungan preferensial individu dalam cara menyerap, mengorganisasi, dan menyajikan kembali informasi, serta faktor internal (kognitif, pengalaman) dan eksternal (lingkungan, metode pengajaran) yang memengaruhinya.

Jenis-Jenis Gaya Belajar

Dalam literatur pendidikan banyak memperkenalkan tiga tipe utama gaya belajar yang paling sering dibahas, yaitu Visual, Auditori (Auditorial / Auditory), dan Kinestetik. Model ini sering disebut dengan singkatan VAK. Selain itu, ada juga istilah gaya multimodal / kombinasi, yaitu siswa yang menggunakan dua atau lebih gaya secara bersamaan atau bergantian tergantung materi dan konteks.

“Gaya belajar dibagi menjadi gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik atau dikenal dengan VAK.” [Lihat sumber Disini]

Untuk masing-masing gaya belajar berikut uraian yang lebih kaya + contoh penelitian:


1. Gaya Belajar Visual

Karakteristik / Ciri Umum
Orang yang dominan gaya visual cenderung lebih mudah memahami atau menyerap informasi jika disajikan secara grafis atau visual, seperti melalui:

  • Gambar / ilustrasi

  • Diagram / grafik

  • Peta konsep / skema

  • Slide presentasi, video, infografis

  • Papan tulis, mind-map

Mereka umumnya suka membaca (teks, catatan), melihat diagram, memvisualisasikan konsep dalam pikiran, dan menggunakan warna / simbol agar ingatan lebih kuat.

Penelitian / Data Pendukung

  • Dalam penelitian “Analisis Gaya Belajar VAK pada siswa SMAN 8 Bulukumba”, ditemukan bahwa kecenderungan gaya visual pada kelas X MIPA (untuk beberapa kelas) mencapai ~36,11 %. [Lihat sumber Disini]

  • Dalam penelitian “Gaya Belajar Visual, Auditorial, dan Kinestetik (VAK)” di SMP Negeri 2 Wagir, persentase siswa dengan gaya visual sebesar 46 %. [Lihat sumber Disini]

  • Dalam hasil penelitian “Gaya Belajar Visual, Auditorial, dan Kinestetik (journal3.um)” juga disebut bahwa 46 % siswa dominan gaya visual, 37 % auditorial, dan 17 % kinestetik. [Lihat sumber Disini]

  • Dalam kajian “Kecenderungan Gaya Belajar Visual Auditori dan Kinestetik pada Pembelajaran Pancasila di SD Golewa”, ditemukan proporsi 23 % visual, 30 % auditori, dan 47 % kinestetik. [Lihat sumber Disini]

  • Penelitian “Efektivitas Gaya Belajar Visual Auditori Kinestetik (VAK)” di SD-IT Hafizul Ilmi menyebut bahwa metode pembelajaran yang menggunakan ketiga modalitas indera (termasuk visual) mendapat respons positif dari siswa. [Lihat sumber Disini]

Implikasi & Kelebihan / Kekurangan

  • Kelebihan: materi yang disampaikan secara visual cenderung lebih cepat dipahami siswa visual, terutama bila dijelaskan dengan gambar, diagram, atau video.

  • Kekurangan: jika guru hanya menggunakan bahan verbal tanpa visual, siswa visual bisa jadi kurang optimal menyerap materi.

  • Dalam praktek, guru perlu menyiapkan media visual misalnya slide, peta konsep, skema, ilustrasi agar siswa visual tidak merasa tertinggal.


2. Gaya Belajar Auditori (Auditorial)

Karakteristik / Ciri Umum
Siswa dengan gaya auditori lebih dominan mengolah informasi melalui pendengaran. Mereka lebih baik belajar melalui:

  • Mendengarkan ceramah guru

  • Diskusi, tanya jawab verbal

  • Merekam dan mendengarkan ulang penjelasan

  • Bertanya / berbicara sendiri sebagai cara berpikir

  • Musik latar yang ringan kadang membantu memicu fokus

Mereka bisa memiliki sifat “mengulang dengan suara”, atau mudah mengingat apa yang mereka dengar.

Penelitian / Data Pendukung

  • Dalam penelitian “Analisis Gaya Belajar VAK di kelas dasar / SMP” yang menyebut dominasi auditori di beberapa kelas, misalnya dalam kelas 7.7, ditemukan gaya auditorial sebanyak 35 %. [Lihat sumber Disini]

  • Dalam studi “Gaya Belajar Peserta Didik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMA 14 Semarang” seperti yang kamu sebut, ditemukan ~35 % siswa dominan auditori. (Perlu dicek akses penuh)

  • Dalam penelitian “Pengaruh Gaya Belajar terhadap Kemandirian Belajar di SDN Pekayon 10 Pagi”, gaya belajar auditori secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kemandirian belajar (Sig 0,008 < 0,05). [Lihat sumber Disini]

  • Dalam studi “Gaya Belajar Visual, Auditorial, Kinestetik terhadap Hasil Belajar Siswa” dari buku Jurnal Pendidikan (JONEDU), peneliti mencoba menentukan gaya mana yang dominan dan menemukan variasi antara visual, auditorial, kinestetik. [Lihat sumber Disini]

  • Dalam artikel “PENGGUNAAN GAYA BELAJAR AUDITORI TERHADAP KINERJA …” disebut bahwa gaya belajar sendiri terbagi ke dalam tiga bidang: visual, auditori, kinestetik. [Lihat sumber Disini]

Implikasi & Kelebihan / Kekurangan

  • Kelebihan: sangat cocok untuk metode ceramah, diskusi, tanya-jawab, podcast, penjelasan lisan.

  • Kekurangan: jika materi disajikan secara teks murni tanpa penjelasan lisan, siswa auditori bisa merasa “kosong”.

  • Guru bisa memfasilitasi dengan memberikan penjelasan lisan, membimbing diskusi, mengizinkan siswa merekam penjelasan guru, atau melakukan dialog interaktif.


3. Gaya Belajar Kinestetik

Karakteristik / Ciri Umum
Gaya kinestetik berkaitan dengan gerak, pengalaman fisik, praktik langsung, eksperimen. Siswa kinestetik lebih mudah belajar jika mereka bisa melakukan sesuatu, bukan hanya mendengar atau melihat. Aktivitas seperti:

  • Praktikum, eksperimen

  • Simulasi / role-play

  • Permainan edukatif, proyek

  • Menggunakan alat konkret (model, benda nyata)

  • Gerak tubuh sambil belajar

Mereka cenderung “belajar dengan tangan”, dan lebih kuat ingatannya bila terlibat secara fisik.

Penelitian / Data Pendukung

  • Dalam penelitian “Identifikasi Gaya Belajar Visual, Auditori, dan Kinestetik pada Peserta Didik Sekolah Dasar (2023)”, ditemukan bahwa gaya visual dan kinestetik lebih dominan dibanding auditori. [Lihat sumber Disini]

  • Dalam penelitian “Kecenderungan Gaya Belajar Visual, Auditori dan Kinestetik pada Pembelajaran Pancasila”, ditemukan proporsi 47 % siswa dominan gaya kinestetik. [Lihat sumber Disini]

  • Dalam penelitian “Efektivitas Gaya Belajar VAK dalam metode KQM di SD-IT Hafizul Ilmi”, metode yang mengakomodir gaya kinestetik (misalnya penggunaan gerak, praktik) mendapatkan respons positif. [Lihat sumber Disini]

  • Dalam karya “Analisis Gaya Belajar Visual, Auditori, dan Kinestetik” (JONEDU) juga disebut bahwa gaya kinestetik adalah salah satu opsi yang dianalisis meskipun dalam sample dominan berbeda. [Lihat sumber Disini]

Implikasi & Kelebihan / Kekurangan

  • Kelebihan: efektif untuk pembelajaran eksperimen, praktek langsung, simulasi, tugas proyek.

  • Kekurangan: jika guru hanya menyampaikan materi lewat ceramah atau slide, siswa kinestetik bisa kehilangan keterlibatan.

  • Guru bisa menggunakan metode pembelajaran berbasis aktivitas, praktikum, teknik hands-on, atau pembelajaran berbasis proyek agar siswa kinestetik aktif terlibat.


4. Gaya Multimodal / Kombinasi

Definisi & Karakteristik
Banyak siswa tidak hanya “terkunci” di satu gaya saja, melainkan mengombinasikan beberapa gaya sesuai kebutuhan materi, konteks, atau preferensi saat itu. Gaya ini disebut multimodal yaitu perpaduan dua atau lebih gaya (misalnya visual + auditori, atau visual + kinestetik, atau semua tiga).

Dalam penelitian pembelajaran bahasa Indonesia, pendekatan multimodal dikembangkan agar variasi gaya belajar siswa lebih terpenuhi dalam satu rancangan pembelajaran. [Lihat sumber Disini]
Contoh hasil: pendekatan multimodal dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia ditunjukkan dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa (pretest ke posttest) ketika berbagai modalitas digabungkan. [Lihat sumber Disini]

Beberapa penelitian di sekolah dasar juga menyarankan bahwa guru menggunakan media kombinasi (visual + teks + audio + aktivitas) agar siswa dengan gaya berbeda bisa tetap mengikuti pembelajaran. [Lihat sumber Disini]

Implikasi & Kelebihan / Kekurangan

  • Kelebihan: dapat menjangkau berbagai tipe siswa sekaligus; fleksibel untuk konteks berbeda.

  • Kekurangan: butuh persiapan lebih dari guru (media lebih banyak, desain pembelajaran lebih kompleks).

  • Guru yang menggunakan pendekatan multimodal harus pandai menyinkronkan berbagai media (gambar, audio, teks, aktivitas) agar tidak membingungkan siswa.

 

Implikasi dalam Pembelajaran

Bagian implikasi penting karena dari sini terlihat tindak lanjut bukan sekadar teori. Implikasi ini bisa digunakan guru, siswa, dan kebijakan sekolah agar gaya belajar tidak cuma diketahui, tapi diterapkan secara nyata agar proses pembelajaran makin efektif.


Bagi Guru

Guru adalah penggerak utama dalam proses pembelajaran, jadi implikasi gaya belajar bagi guru harus sangat konkret. Berikut beberapa poin yang bisa diperluas:

  1. Menyusun media pembelajaran yang bervariasi
    Guru perlu menyiapkan media visual (gambar, grafik, video), media auditori (rekaman, penjelasan verbal, podcast), serta media kinestetik (alat peraga, eksperimen, simulasi). Dengan demikian, semua tipe siswa bisa “tersentuh” materi lewat cara yang sesuai gaya mereka.

    • Dalam studi Konsep Gaya Belajar dan Implementasinya disebutkan bahwa memahami gaya belajar siswa mempermudah guru menyediakan lingkungan & media yang mendukung penyerapan informasi secara maksimal (visual, auditori, kinestetik). [Lihat sumber Disini]

    • Penelitian Analisis Gaya Belajar Siswa dalam Mengoptimalkan Pembelajaran menyebut bahwa guru bisa menentukan strategi belajar yang paling cocok jika ia memahami gaya belajar siswa. [Lihat sumber Disini]

  2. Menggunakan pendekatan diferensiasi
    Diferensiasi artinya guru menyesuaikan metode dan aktivitas pembelajaran agar siswa dengan gaya berbeda tetap bisa terlibat. Misalnya, satu materi disajikan lewat diagram dan disertai penjelasan lisan, lalu diakhiri dengan kegiatan praktik.

    • Dalam penelitian Analisis Gaya Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran di Kelas V SDN Purwoyoso 06, ditemukan variasi gaya (auditori 48 %, visual 31 %, kinestetik 21 %) dan peneliti menyarankan guru agar menyesuaikan strategi dan media berdasarkan profil siswa. [Lihat sumber Disini]

    • Dalam artikel Implikasi empat modalitas belajar Fleming disebut bahwa jika guru mengenali gaya belajar siswa, maka pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi “pembelajaran yang memerdekakan siswa”. [Lihat sumber Disini]

  3. Memanfaatkan teknologi untuk deteksi dan rekomendasi gaya belajar
    Dengan kehadiran teknologi, guru bisa memakai aplikasi atau platform e-learning yang menyertakan kuis gaya belajar atau analitik untuk mendeteksi gaya siswa, lalu menyesuaikan metode pengajaran. Misalnya, aplikasi manajemen kelas menggunakan database gaya belajar agar guru bisa memberi tugas berbeda (visual, audio, tugas praktik) kepada siswa.

    • Meski belum banyak publikasi spesifik di Indonesia yang menyebut aplikasi tersebut, secara teoritis teknologi dapat mendukung personalisasi pembelajaran dan adaptasi gaya belajar. Misalnya, dalam literatur tentang implementasi gaya belajar disebut bahwa guru perlu mengakomodasi berbagai media & strategi agar siswa dapat menyerap informasi secara maksimal. [Lihat sumber Disini]

    • Dalam penelitian Pengaruh Gaya Mengajar Guru dan Gaya Belajar Siswa di SMK Negeri 1 Kinali, ditemukan bahwa kombinasi strategi pengajaran (menyesuaikan gaya belajar) lebih efektif memengaruhi hasil belajar siswa. [Lihat sumber Disini]

  4. Evaluasi dan refleksi metode pembelajaran
    Guru perlu mengevaluasi: “Metode ini memadai untuk semua siswa atau hanya sebagian?” Jika sebagian siswa kesulitan, guru harus merevisi strategi. Guru juga sebaiknya merefleksikan feedback siswa agar bisa terus menyesuaikan gaya pengajaran.

    • Dalam penelitian Identifikasi Gaya Belajar Siswa dan Dampaknya terhadap Hasil Belajar disebut bahwa siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya jika menemukan gaya belajar yang cocok bagi dirinya sendiri. [Lihat sumber Disini]

  5. Peningkatan kompetensi profesional guru
    Guru harus terus belajar tentang teori gaya belajar, strategi pembelajaran variatif, penggunaan media digital & aktif dalam workshop atau pelatihan terkait pembelajaran berdiferensiasi.


Bagi Siswa

Implikasi bagi siswa lebih bersifat internal dan praktis — mereka bisa menggunakan pengetahuan tentang gaya belajar untuk meningkatkan efektivitas belajarnya sendiri:

  1. Menyadari gaya belajar sendiri
    Siswa harus mengenali apakah mereka lebih visual, auditori, kinestetik, atau kombinasi. Dengan kesadaran itu, mereka dapat memilih strategi yang lebih tepat (misalnya, siswa auditori merekam penjelasan guru dan mendengarkannya kembali, siswa visual membuat peta konsep/grafik, siswa kinestetik melakukan simulasi atau eksperimen kecil).

    • Dalam penelitian Analisis Gaya Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran disebut bahwa siswa dengan gaya tertentu lebih mudah memahami materi jika disajikan sesuai gaya tersebut. [Lihat sumber Disini]

    • Dalam penelitian Pengaruh Gaya Belajar terhadap Pembelajaran Siswa disebut bahwa siswa yang diarahkan pada strategi sesuai gaya belajarnya memiliki proses belajar yang lebih efektif. [Lihat sumber Disini]

  2. Adaptasi gaya belajar ketika media atau metode berubah
    Di era pembelajaran daring, siswa kadang harus berubah gaya: misalnya siswa visual yang terbiasa melihat guru langsung harus belajar dari video atau slide, atau siswa kinestetik harus mencari cara “bergerak” dalam ruang sempit.

    • Dalam penelitian MI/SD daring, ditemukan siswa kadang mengubah gaya mereka tergantung media yang digunakan (misalnya dari tatap muka ke daring). (Ini yang kamu sudah punya, tapi belum kutambahin sumber spesifik)

    • Secara umum, literatur menyebut bahwa gaya belajar tidak statis dan bisa berubah tergantung kondisi dan pengalaman baru. [Lihat sumber Disini]

  3. Mengembangkan strategi belajar yang fleksibel
    Siswa sebaiknya tidak terpaku satu gaya saja — mereka bisa mencoba metode lain agar ketika satu cara tidak memungkinkan, mereka tetap bisa belajar. Misalnya kalau tidak bisa praktikum (kinestetik), dia bisa mencari video demonstrasi (visual + auditori).

    • Dalam artikel Konsep Gaya Belajar dan Implementasinya disebut bahwa peserta didik yang gaya kinestetik cenderung sulit duduk diam, sehingga perlu pembelajaran yang memungkinkan eksplorasi, praktik, dan gerakan. [Lihat sumber Disini]

  4. Menjadi agen perubahan dalam proses belajar
    Siswa bisa memberi umpan balik ke guru tentang media atau metode mana yang mereka rasa paling membantu, sehingga guru bisa menyesuaikan. Ini membuat siswa lebih aktif dan bertanggung jawab dalam proses belajar mereka sendiri.


Bagi Kurikulum & Kebijakan Sekolah

Agar implementasi gaya belajar tidak tergantung pada guru saja, kebijakan dan desain kurikulum harus mendukung:

  1. Kurikulum yang fleksibel dan beragam metode
    Kurikulum harus dirancang agar metode pengajaran tidak kaku pada satu gaya saja, tetapi memungkinkan inklusi visual, auditori, dan aktivitas fisik (proyek, eksperimen).

    • Dalam penelitian Analisis Gaya Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran disebut bahwa guru harus memahami gaya belajar siswa agar strategi dan media yang digunakan sesuai dengan kebutuhan siswa. [Lihat sumber Disini]

    • Dalam literatur Implikasi empat modalitas belajar Fleming disebut bahwa pembelajaran berdiferensiasi adalah hasil ideal jika gaya belajar siswa diperhitungkan dalam perencanaan kurikulum. [Lihat sumber Disini]

  2. Pelatihan & pengembangan profesional guru
    Sekolah harus menyediakan pelatihan rutin agar guru memahami teori gaya belajar, strategi pembelajaran berbeda, penggunaan media digital, dan analisis data siswa. Guru juga perlu diberi waktu & fasilitas untuk bereksperimen dengan metode baru.

  3. Dukungan teknologi & sistem informasi
    Sekolah bisa mengembangkan sistem manajemen pembelajaran (LMS) atau aplikasi internal yang menyimpan profil gaya belajar siswa, lalu memberi rekomendasi aktivitas atau materi yang cocok bagi siswa berdasarkan profil tersebut. Ini membantu guru dalam merancang tugas yang variatif.

    • Meskipun belum banyak contoh spesifik di jurnal Indonesia, konsep penggunaan teknologi adaptif ini sejalan dengan kebutuhan pembelajaran personalisasi dalam literatur modern.

  4. Monitoring & evaluasi implementasi
    Sebaiknya sekolah melakukan monitoring (misalnya kuisioner berkala tentang media & metode yang dirasakan efektif oleh siswa) dan mengevaluasi keefektifan strategi berdasarkan data hasil belajar. Bila ditemukan metode tertentu kurang efektif, bisa direvisi.

    • Dalam penelitian Identifikasi Gaya Belajar Siswa dan Dampaknya terhadap Hasil Belajar disebut bahwa prestasi belajar yang baik mencerminkan bahwa siswa menemukan gaya belajar yang cocok bagi mereka dan guru mengakomodasi hal itu. [Lihat sumber Disini]

  5. Integrasi kebijakan pembelajaran berbasis siswa (student-centered)
    Kebijakan sekolah (termasuk jam pelajaran, jenis tugas, metode evaluasi) perlu diarahkan agar siswa tidak hanya pasif menerima tetapi aktif dalam memilih bagaimana mereka belajar (visual, auditori, kinestetik). Kebijakan ini akan mendukung suasana kelas yang lebih adaptif terhadap kebutuhan belajar berbeda.

Kesimpulan

Gaya belajar merupakan pola khas setiap individu dalam menerima, mengolah, dan mengingat informasi, baik melalui penglihatan, pendengaran, maupun aktivitas fisik. Variasi gaya belajar visual, auditori, kinestetik, hingga multimodal menunjukkan bahwa tidak ada satu cara belajar yang paling benar, melainkan tiap siswa memiliki preferensi yang unik. Pemahaman mengenai gaya belajar bukan hanya memperkaya wawasan guru, tetapi juga membantu siswa mengenali strategi terbaik bagi dirinya dalam meningkatkan hasil akademik, motivasi, serta kemandirian belajar.

Implikasi penerapan gaya belajar dalam pembelajaran cukup luas: guru dituntut menyusun media yang bervariasi, siswa diarahkan untuk adaptif dalam menggunakan strategi sesuai kondisi, sementara kurikulum dan kebijakan sekolah perlu dirancang fleksibel agar mengakomodasi semua tipe gaya belajar. Dengan pendekatan ini, proses pembelajaran tidak hanya lebih efektif secara kognitif, tetapi juga lebih inklusif dan adil bagi seluruh peserta didik. Hal tersebut sejalan dengan penelitian terbaru di Indonesia (2021–2025) yang menegaskan bahwa pengintegrasian gaya belajar dapat meningkatkan hasil belajar, partisipasi, dan motivasi siswa secara signifikan.

 

Artikel ini ditulis dan disunting oleh tim redaksi SumberAjar.com berdasarkan referensi akademik Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Gaya belajar adalah pola atau kecenderungan khas seseorang dalam menerima, mengolah, dan mengingat informasi berdasarkan preferensi sensorik (penglihatan, pendengaran, gerakan) atau strategi kognitif tertentu. Gaya ini menunjukkan cara favorit individu agar proses belajar berlangsung efektif.

Menurut KBBI, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, dan mengalami perubahan tingkah laku karena pengalaman. Gaya berarti cara, ragam, atau bentuk khas dalam melakukan sesuatu. Jadi, gaya belajar adalah cara khas seseorang dalam memperoleh ilmu dan berlatih melalui pengalaman belajar.

Jenis gaya belajar yang umum dikenal adalah Visual (belajar melalui gambar, grafik, diagram, video), Auditori (belajar melalui pendengaran, diskusi, ceramah), Kinestetik (belajar melalui gerakan, praktik langsung, eksperimen), serta Multimodal (gabungan dari beberapa gaya).

Siswa dengan gaya visual cenderung lebih mudah memahami informasi dalam bentuk grafis, suka melihat ilustrasi, diagram, mind-map, mencatat dengan simbol atau warna, dan lebih mudah mengingat gambar dibanding teks panjang.

Siswa auditori lebih responsif terhadap penjelasan lisan, suka diskusi, sering membaca dengan suara keras, mampu mengingat informasi dari mendengarkan, dan senang menjelaskan ulang materi secara verbal.

Siswa kinestetik belajar dengan melakukan aktivitas fisik, suka praktik lapangan, eksperimen, atau simulasi. Mereka cenderung bosan jika hanya duduk diam dan lebih cepat menyerap informasi ketika melibatkan gerakan dan indera peraba.

Gaya multimodal adalah kombinasi dari dua atau lebih gaya belajar. Siswa dengan gaya ini fleksibel, bisa menyesuaikan cara belajar dengan situasi, dan menyukai variasi pendekatan sehingga informasi lebih mudah dipahami secara menyeluruh.

Guru dituntut menyusun media pembelajaran yang bervariasi, menggunakan pendekatan diferensiasi, memanfaatkan teknologi untuk mendeteksi gaya belajar siswa, serta melakukan evaluasi dan refleksi agar semua siswa terakomodasi.

Siswa perlu mengenali gaya belajarnya sendiri agar dapat memilih strategi yang sesuai, mampu beradaptasi dengan perubahan media pembelajaran (tatap muka maupun daring), serta mengembangkan strategi belajar yang fleksibel dan efektif.

Kurikulum perlu fleksibel dengan metode yang beragam, memberi ruang diferensiasi pembelajaran, menyediakan pelatihan guru, integrasi teknologi, serta mendukung pembelajaran berbasis siswa agar semua gaya belajar bisa terfasilitasi.

Karena pemahaman gaya belajar memungkinkan pembelajaran lebih personal, efektif, inklusif, dan berdampak langsung pada peningkatan hasil akademik, motivasi, serta kemandirian siswa. Penelitian 2021–2025 di Indonesia menegaskan bahwa pengintegrasian gaya belajar meningkatkan hasil belajar dan partisipasi.