Persepsi Siswa terhadap Proses Pembelajaran
Pendahuluan
Proses pembelajaran merupakan aspek fundamental dalam dunia pendidikan. Dalam konteks sekolah, baik di tingkat dasar, menengah maupun tinggi, interaksi antara guru, siswa, dan lingkungan belajar menjadi kunci keberhasilan pencapaian kompetensi. Bagaimana siswa memandang keseluruhan proses tersebut, yaitu persepsi siswa, menjadi indikator penting untuk mengevaluasi sejauh mana proses pembelajaran berjalan efektif, efisien, serta mampu memotivasi dan menumbuhkan perubahan positif pada peserta didik. Oleh karena itu, artikel ini mengangkat tema Persepsi Siswa terhadap Proses Pembelajaran dengan harapan memberikan gambaran teori serta empiris terkait bagaimana siswa memaknai dan merespon proses pembelajaran yang berlangsung di sekolahnya. Pembahasan dimulai dengan definisi, dilanjutkan dengan paparan persepsi siswa terhadap proses pembelajaran dari berbagai kajian, faktor-faktor yang memengaruhi, hingga implikasi dan rekomendasi. Dengan demikian, diharapkan artikel ini memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik pembelajaran yang lebih responsif terhadap pengalaman dan pandangan siswa.
Definisi Persepsi Siswa terhadap Proses Pembelajaran
Definisi Persepsi secara Umum
Persepsi pada dasarnya adalah cara individu menangkap, menafsirkan dan memberikan makna terhadap stimulus atau rangsangan dari lingkungan sekitarnya. Dalam konteks pendidikan, persepsi siswa dapat diartikan sebagai tanggapan atau penerimaan siswa terhadap pengalaman pembelajaran yang dialaminya, termasuk bagaimana proses pembelajaran dirancang, dilaksanakan, dan dirasakan oleh siswa itu sendiri. Persepsi tersebut meliputi aspek kognitif (bagaimana siswa memahami proses), afektif (bagaimana siswa merasakan atau menyikapi proses), dan konatif (bagaimana siswa termotivasi dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran). Pemahaman bahwa persepsi siswa bukan sekadar penerimaan pasif, tetapi aktif menafsirkan dan memberi respon terhadap proses pembelajaran menjadi penting agar guru dan lembaga pendidikan bisa menyesuaikan proses pembelajaran secara lebih tepat.
Definisi Persepsi dalam KBBI
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata persepsi (per·sep·si /persépsi/ n) mempunyai dua makna utama: (1) tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; (2) proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya. [Lihat sumber Disini - kbbi.web.id] Maka, secara terminologi, ketika kita berbicara tentang “persepsi siswa”, kita merujuk pada bagaimana siswa menerima atau menanggapi secara langsung suatu pengalaman pembelajaran serta bagaimana mereka memahami proses pembelajaran melalui indera, pemikiran dan pengalaman mereka sendiri.
Definisi Persepsi menurut Para Ahli
Berikut beberapa definisi persepsi yang dikemukakan para ahli:
- Menurut Purwodarminto, persepsi adalah “tanggapan langsung dari suatu serapan atau proses mengetahui beberapa hal melalui pengindraan”. [Lihat sumber Disini - repository.umt.ac.id]
- Menurut Jalaludin Rahmat (2008:51), persepsi adalah “pengamatan tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”. [Lihat sumber Disini - download.garuda.kemdikbud.go.id]
- Dalam kajian psikologi sosial, persepsi dijelaskan sebagai proses di mana individu mengorganisir, mengenali dan menafsirkan informasi sensoris guna memberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan; bukan sekadar penerimaan pasif tetapi dibentuk oleh pengalaman, ingatan, harapan, perhatian. [Lihat sumber Disini - id.wikipedia.org]
- Untuk konteks pendidikan, dalam sebuah penelitian oleh Yetty Hastiana et al. (2023) yang berjudul Analisis Persepsi dan Pemahaman Siswa terhadap Pembelajaran Daring dan Tatap Muka, persepsi siswa didefinisikan sebagai “hasil pemikiran siswa dari situasi tertentu” yakni pengalaman pembelajaran daring atau tatap muka yang mereka alami. [Lihat sumber Disini - ejournal.unib.ac.id]
Dengan demikian, ketika kita membicarakan “persepsi siswa terhadap proses pembelajaran”, maka yang dimaksud adalah bagaimana siswa melihat, merasakan, menilai dan menanggapi proses pembelajaran yang terjadi di kelas atau luar kelas, yang meliputi pelaksanaan, interaksi, sumber belajar, media, penilaian, serta lingkungan belajar.
Proses Pembelajaran
Definisi Proses Pembelajaran secara Umum
Proses pembelajaran dapat dipahami sebagai keseluruhan rangkaian aktivitas yang terjadi antara pendidik, peserta didik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Interaksi aktif antara guru dan siswa serta komunikasi timbal-balik menjadi unsur penting dalam proses ini. [Lihat sumber Disini - eprints.uny.ac.id] Menurut Rustaman (2003:461) dikutip dalam sebuah kajian, proses pembelajaran adalah “proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar”. [Lihat sumber Disini - eprints.uny.ac.id]
Definisi Proses Pembelajaran dalam KBBI
Walaupun KBBI tidak secara eksplisit mendefinisikan “proses pembelajaran”, namun definisi pembelajaran dalam UU Sistem Pendidikan Nasional dan berbagai sumber menyebutkan bahwa pembelajaran adalah “proses interaksi pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar”. [Lihat sumber Disini - jurnal.uinsyahada.ac.id] Maka, proses pembelajaran bisa diintepretasikan sebagai tahapan-tahapan atau urutan pelaksanaan pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi interaksi antara guru, siswa dan sumber belajar.
Definisi Proses Pembelajaran menurut Para Ahli
Berikut beberapa definisi menurut ahli:
- Menurut Rooijakkers (1991:114), proses pembelajaran adalah “suatu kegiatan belajar mengajar yang menyangkut kegiatan tenaga pendidik, kegiatan peserta didik, pola dan proses interaksi tenaga pendidik dan peserta didik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar dalam kerangka keterlaksanaan program pendidikan”. [Lihat sumber Disini - eprints.uny.ac.id]
- Menurut Winkel (1991:200), proses pembelajaran adalah “suatu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap”. [Lihat sumber Disini - eprints.uny.ac.id]
- Menurut Syaiful Sagala (2003:61) dalam Dzaky (2021) memaparkan bahwa “proses pembelajaran adalah suatu langkah/urutan pelaksanaan yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar”. [Lihat sumber Disini - etheses.iainkediri.ac.id]
- Menurut Aqib (2013) dikutip oleh Gusnarib dan Rosnawati (2021) bahwa proses pembelajaran adalah “upaya secara sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi”. [Lihat sumber Disini - repository.uindatokarama.ac.id]
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran melibatkan beberapa karakteristik: (1) adanya interaksi antara guru dan siswa (dan seringkali sumber belajar, lingkungan); (2) merupakan rangkaian atau tahapan pelaksanaan (perencanaan → pelaksanaan → evaluasi); (3) bertujuan untuk menghasilkan perubahan atau perkembangan pada siswa (pengetahuan, keterampilan, sikap); dan (4) berlangsung dalam lingkungan yang didesain secara edukatif dan sistematis.
Persepsi Siswa terhadap Proses Pembelajaran
Indikator Persepsi Siswa terhadap Proses Pembelajaran
Dalam berbagai penelitian, persepsi siswa terhadap proses pembelajaran diukur melalui beberapa indikator, antara lain:
- Kesiapan guru dan kualitas pengajaran (bagaimana guru mengajar, memfasilitasi, menciptakan interaksi )
- Sumber dan media pembelajaran (ketersediaan buku, modul, media digital, sarana/prasarana)
- Metode dan strategi pembelajaran (apakah metode sesuai dengan kebutuhan siswa, interaksi aktif atau pasif)
- Lingkungan belajar (kondisi kelas, suasana, fasilitas, jaringan daring bila menggunakan pembelajaran daring)
- Penilaian dan umpan balik (bagaimana siswa dinilai, bagaimana respon guru terhadap siswa, kejelasan tujuan pembelajaran)
Sebagai contoh, dalam penelitian oleh Novita dkk. (2022) yang meneliti siswa SMP selama pandemi, ditemukan bahwa “siswa dari sekolah berlatar belakang berbeda memiliki persamaan persepsi dalam beberapa aspek, termasuk bahwa pembelajaran jarak jauh (PJJ) memiliki konsekuensi yang cenderung negatif terhadap pemahaman mereka tentang pembelajaran”. [Lihat sumber Disini - jurnal.unpad.ac.id]
Hasil Penelitian Empiris di Indonesia
Berikut beberapa temuan empiris terkait bagaimana siswa memandang proses pembelajaran:
- Novita dkk. (2022) dalam studi terhadap 1.121 siswa SMP menemukan bahwa fasililtas sekolah menjadi aspek yang dirasakan perbedaannya secara signifikan antar sekolah favorit dan tidak favorit. Namun, secara umum siswa merasakan bahwa pembelajaran jarak jauh kurang efektif untuk pemahaman pembelajaran. [Lihat sumber Disini - jurnal.unpad.ac.id]
- Sari (2023) meneliti persepsi siswa terhadap pembelajaran daring dan menemukan bahwa meskipun pembelajaran daring menjadi solusi, namun kendala seperti interaksi terbatas, fasilitas jaringan, dan media pembelajaran masih menjadi hambatan bagi persepsi positif siswa terhadap proses pembelajaran. [Lihat sumber Disini - ejournal.undiksha.ac.id]
- Hastiana et al. (2023) dalam penelitian berjudul Analisis Persepsi dan Pemahaman Siswa terhadap Pembelajaran Daring dan Tatap Muka melaporkan bahwa siswa melihat pembelajaran tatap muka lebih membantu daripada pembelajaran daring, terutama karena interaksi langsung dan kesempatan bertanya yang lebih besar. [Lihat sumber Disini - ejournal.unib.ac.id]
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Siswa terhadap Proses Pembelajaran
Beberapa faktor yang terbukti mempengaruhi bagaimana siswa memandang proses pembelajaran antara lain:
- Kualitas pengajaran dan keterampilan guru: Guru yang aktif, komunikatif, dan mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif cenderung membentuk persepsi siswa yang positif terhadap proses pembelajaran.
- Ketersediaan dan kualitas sumber belajar serta media: Fasilitas belajar yang memadai (buku, modul, media digital, koneksi internet) secara langsung memengaruhi kenyamanan dan kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Novita dkk. menemukan bahwa fasilitas sekolah menjadi faktor perbedaan signifikan dalam persepsi siswa. [Lihat sumber Disini - jurnal.unpad.ac.id]
- Metode dan strategi pembelajaran: Metode yang memungkinkan siswa untuk berpartisipasi aktif, melakukan diskusi, tanya jawab, serta kegiatan yang menantang cenderung meningkatkan persepsi positif siswa. Sebaliknya, metode yang monoton atau hanya ceramah pasif dapat membuat siswa merasa proses pembelajaran kurang bermakna.
- Lingkungan belajar dan konteks pelaksanaan: Misalnya dalam pembelajaran daring, faktor seperti jaringan internet, akses perangkat, ruang belajar yang nyaman menjadi faktor penting. Penelitian Sari (2023) mengemukakan bahwa kendala jaringan dan media menjadi hambatan. [Lihat sumber Disini - ejournal.undiksha.ac.id]
- Penggunaan teknologi dan adaptasi pembelajaran: Terlebih di era pandemi, siswa yang terbiasa atau memiliki akses teknologi lebih mudah beradaptasi dengan proses pembelajaran daring dan memiliki persepsi yang lebih positif. Sebaliknya, bagi siswa yang terkendala akses atau literasi teknologi persepsi bisa negatif.
- Evaluasi dan umpan balik: Cara guru mengevaluasi, memberikan respon terhadap siswa dan memberikan kesempatan refleksi atau umpan balik juga memengaruhi bagaimana siswa menilai proses pembelajaran.
Implikasi Persepsi Siswa terhadap Hasil dan Kualitas Pembelajaran
Persepsi siswa terhadap proses pembelajaran bukan sekadar catatan subjektif belaka, melainkan memiliki implikasi nyata terhadap hasil belajar dan kualitas pendidikan. Ketika siswa memiliki persepsi yang positif terhadap proses pembelajaran, misalnya merasa dihargai, terlibat, mendapatkan fasilitas yang memadai, dan dipandu guru secara baik, maka mereka cenderung lebih termotivasi, berpartisipasi aktif, serta memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Sebaliknya, persepsi negatif, seperti merasa proses pembelajaran tidak interaktif, fasilitas kurang memadai, atau metode membosankan, dapat mengakibatkan motivasi turun, keterlibatan rendah, dan hasil belajar yang melemah. Sebagai contoh, Hastiana et al. (2023) menemukan bahwa pada pembelajaran daring banyak siswa memperoleh nilai di bawah KKM dibandingkan pada pembelajaran tatap muka. [Lihat sumber Disini - ejournal.unib.ac.id]
Tantangan dan Peluang Perbaikan Berdasarkan Persepsi Siswa
Berdasarkan temuan-temuan tersebut, beberapa tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan persepsi siswa terhadap proses pembelajaran antara lain:
- Ketimpangan fasilitas dan akses teknologi antara sekolah yang berbeda.
- Keterbatasan interaksi langsung dalam pembelajaran daring atau metode hybrid.
- Adaptasi guru terhadap penggunaan media dan strategi pembelajaran yang lebih interaktif.
Namun, hal tersebut juga menghadirkan peluang: - Pengembangan metode pembelajaran yang lebih student-centred (berpusat pada siswa) dan berbasis partisipasi aktif.
- Pemanfaatan teknologi secara lebih inklusif agar seluruh siswa mendapatkan akses yang adil.
- Pelibatan siswa dalam refleksi proses pembelajaran (misalnya melalui survei persepsi siswa) sehingga sekolah dapat melakukan perbaikan yang responsif terhadap pandangan siswa.
- Penguatan pelatihan guru dalam penggunaan media dan strategi pembelajaran yang memicu keterlibatan siswa.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, persepsi siswa terhadap proses pembelajaran merupakan aspek penting yang merefleksikan bagaimana siswa memaknai pengalaman belajar mereka, baik secara kognitif, afektif, maupun konatif. Definisi persepsi menunjukkan bahwa tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran tidak terjadi secara pasif saja, melainkan aktif dan terkait dengan pengalaman pribadi, interaksi dan lingkungan pembelajaran. Sementara itu, proses pembelajaran sendiri merupakan rangkaian sistematis aktivitas interaksi antara guru, siswa, dan sumber belajar dalam lingkungan edukatif, yang dirancang untuk mencapai tujuan belajar. Berbagai penelitian empiris di Indonesia menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti kualitas pengajaran, media dan fasilitas belajar, metode, lingkungan belajar dan teknologi sangat memengaruhi persepsi siswa. Persepsi positif terhadap proses pembelajaran berkorelasi dengan hasil belajar yang lebih baik dan keterlibatan yang lebih tinggi, sedangkan persepsi negatif menandakan adanya hambatan dalam proses pembelajaran yang harus diatasi. Oleh karena itu, bagi pendidik, praktisi dan pengelola sekolah, memahami dan memantau persepsi siswa merupakan langkah strategis untuk memperbaiki desain dan pelaksanaan pembelajaran agar lebih responsif, efektif, dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.
