Motivasi Belajar: Pengertian, Faktor, dan Teori-Teorinya
Pendahuluan
Motivasi belajar merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran yang memengaruhi seberapa jauh seorang peserta didik mampu berpartisipasi aktif, bertahan terhadap hambatan, serta mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Tanpa motivasi yang memadai, kegiatan belajar cenderung bersifat pasif, kurang intensitasnya, dan hasilnya tidak optimal. Dalam konteks pendidikan modern di Indonesia, yang menghadapi tantangan seperti pembelajaran daring, perubahan paradigma pendidikan, dan generasi yang semakin dinamis, pemahaman mendalam tentang motivasi belajar menjadi semakin esensial. Melalui artikel ini akan diuraikan: definisi motivasi belajar secara umum, menurut KBBI, dan menurut para ahli; kemudian dibahas faktor-faktor yang memengaruhinya; selanjutnya berbagai teori motivasi belajar yang relevan; dan akhirnya kesimpulan yang merangkum. Harapannya, pemahaman ini bisa membantu pendidik dan pembelajar untuk menumbuhkan dan mempertahankan motivasi belajar secara lebih sistematis.
Definisi Motivasi Belajar
Definisi Motivasi Belajar Secara Umum
Secara umum, motivasi belajar dapat dipahami sebagai dorongan atau tenaga penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar yang membuat seseorang melakukan aktivitas belajar dengan lebih serius, sistematis, dan bertujuan. Misalnya, individu yang merasa tertantang untuk menguasai materi akan memiliki dorongan untuk memulai belajar, berusaha keras, dan bertahan meski menemui kesulitan. Dalam konteks pembelajaran, motivasi belajar membantu peserta didik agar tidak hanya hadir dalam kelas atau membuka buku, tetapi benar-benar aktif, berinisiatif, mencari informasi, memperbaiki diri serta fokus pada tujuan pembelajarannya.
Definisi Motivasi Belajar dalam KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), motivasi adalah “dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu” (arah, usaha, dan keberlanjutan). Jika diterapkan dalam konteks belajar, maka motivasi belajar adalah dorongan internal atau eksternal yang menggerakkan, mengarahkan, dan mempertahankan kegiatan belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dengan demikian, definisi KBBI menekankan aspek dorongan dan tindakan, dan ketika dikombinasikan dengan “belajar”, maka konsepnya mencakup: dorongan → kegiatan belajar → pencapaian tujuan.
Definisi Motivasi Belajar Menurut Para Ahli
Untuk memperkaya konsep, berikut sejumlah definisi motivasi belajar menurut para ahli:
- Menurut A. M. Sardiman, motivasi belajar adalah “keseluruhan daya penggerak di dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai”. [Lihat sumber Disini - ejournal.jendelaedukasi.id]
- Menurut Hamzah B. Uno, motivasi belajar adalah “dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung”. [Lihat sumber Disini - ejournal.uin-suska.ac.id]
- Menurut salah satu kajian literatur oleh Neni Elvira, Neviyarni & Herman Nirwana (2022), “motivasi belajar merupakan penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar. Siswa yang sangat termotivasi […] terlibat dalam kegiatan untuk memperoleh pengetahuan. Motivasi merangsang minat siswa untuk belajar”. [Lihat sumber Disini - journal.citradharma.org]
- Menurut kajian oleh Asih Riyanti & Mutiara Anggaini (2021), motivasi belajar di masa pembelajaran daring didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana siswa memiliki keinginan kuat serta aktif mengikuti proses pembelajaran yang menuntut kemandirian dan adaptasi terhadap media pembelajaran digital. [Lihat sumber Disini - download.garuda.kemdikbud.go.id]
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar mencakup aspek dorongan (motivasi), arah dan keberlanjutan aktivitas belajar, serta tujuan yang ingin dicapai, baik dari faktor internal maupun eksternal.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi belajar tidak muncul secara otomatis; ada banyak faktor yang memengaruhi tingkat dan sifatnya. Faktor-faktor ini bisa dikelompokkan ke dalam dua kategori besar: internal (dalam pribadi peserta didik) dan eksternal (lingkungan/konteks). Berikut rinciannya:
Faktor Internal
- Kemampuan dan kesiapan belajar: Siswa yang merasa dirinya mampu, memiliki keterampilan atau pengetahuan dasar yang memadai, cenderung memiliki motivasi yang lebih tinggi. Sebaliknya, rasa kurang mampu bisa menurunkan motivasi. [Lihat sumber Disini - journal.upgripnk.ac.id]
- Minat dan bakat: Jika materi atau aktivitas pembelajaran sesuai dengan minat atau bakat siswa, maka motivasi untuk terlibat akan lebih tinggi. [Lihat sumber Disini - journal.citradharma.org]
- Harapan, tujuan, dan cita-cita: Siswa yang memiliki tujuan jelas atau cita-cita dalam hidupnya akan lebih termotivasi untuk belajar sebagai bagian dari perjalanan mencapai tujuan tersebut. [Lihat sumber Disini - ejournal.jendelaedukasi.id]
- Kepercayaan diri dan kontrol diri: Kemampuan siswa untuk merasa bahwa dirinya bisa mengontrol pembelajaran dan hasilnya, berpengaruh positif terhadap motivasi. [Lihat sumber Disini - repository.unja.ac.id]
- Emosi dan kondisi psikologis (termasuk kecemasan, kebosanan, kelelahan) juga memengaruhi. Misalnya selama pandemi, siswa dengan motivasi rendah menunjukkan kecenderungan bosan dan mudah menyerah. [Lihat sumber Disini - eprints.unm.ac.id]
Faktor Eksternal
- Lingkungan belajar: Lingkungan yang kondusif (ruang kelas nyaman, teman belajar yang positif, metode mengajar yang menarik) membantu memunculkan motivasi. Contoh: penelitian soal pembelajaran IPA dengan pendekatan budaya lokal menunjukkan bahwa lingkungan belajar yang diintegrasikan dengan budaya lokal mampu meningkatkan motivasi belajar. [Lihat sumber Disini - ejournal.uncen.ac.id]
- Metode dan media pembelajaran: Penggunaan metode yang bervariasi, menarik, interaktif akan meningkatkan partisipasi aktif siswa dan motivasi belajar. [Lihat sumber Disini - journal.arikesi.or.id]
- Dukungan orang tua, guru, dan sekolah: Motivasi eksternal dapat berasal dari penghargaan, dorongan, pengakuan dari orang tua/guru. Misalnya, memberikan apresiasi, mengomunikasikan tujuan pembelajaran, aktif mendukung siswa. [Lihat sumber Disini - ejurnalqarnain.stisnq.ac.id]
- Konteks sosial dan budaya: Nilai-nilai keluarga, budaya lokal, norma sosial dapat memengaruhi bagaimana siswa memaknai pembelajaran dan termotivasi untuk belajar. [Lihat sumber Disini - ejournal.uncen.ac.id]
- Fasilitas dan sarana pembelajaran: Ketersediaan perangkat, teknologi pembelajaran, akses internet, bahan ajar menjadi faktor pendukung penting untuk memunculkan motivasi dalam pembelajaran modern. [Lihat sumber Disini - ejurnal.pps.ung.ac.id]
Interaksi Faktor
Faktor internal dan eksternal sering saling berinteraksi. Misalnya, seorang siswa dengan minat tinggi (faktor internal) apabila ditempatkan dalam lingkungan yang kurang mendukung atau metode pembelajaran monoton (faktor eksternal) maka motivasinya tetap bisa menurun. Sebaliknya, metode yang menarik dapat menstimulasi motivasi bahkan bagi siswa yang tadinya kurang berminat. Sebagaimana penelitian menyebutkan bahwa motivasi intrinsik lebih unggul, namun motivasi eksternal tetap penting sebagai penguat. [Lihat sumber Disini - journal.citradharma.org]
Teori-Teori Motivasi Belajar
Untuk memahami motivasi belajar secara mendalam, maka berbagai teori telah dikembangkan dalam psikologi pendidikan. Berikut beberapa teori yang banyak digunakan dalam konteks pendidikan dan relevan untuk diaplikasikan dalam pembelajaran di Indonesia:
1. Teori Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik
Teori ini membedakan dua sumber motivasi:
- Motivasi intrinsik adalah dorongan yang datang dari dalam diri seseorang, misalnya rasa ingin tahu, keinginan menguasai materi, kesenangan belajar.
- Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang datang dari luar, misalnya harapan mendapat penghargaan, nilai tinggi, pengakuan orang tua atau guru.
Menurut Hamzah B. Uno, motivasi belajar mencakup dorongan internal dan eksternal yang membuat siswa melakukan perubahan tingkah laku dan belajar. [Lihat sumber Disini - ejournal.uin-suska.ac.id]
Penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan motivasi intrinsik cenderung memiliki partisipasi aktif dan hasil yang lebih baik dibandingkan hanya motivasi ekstrinsik. [Lihat sumber Disini - journal.citradharma.org]
2. Teori Kebutuhan (Need Theory)
Teori ini berangkat dari gagasan bahwa motivasi muncul karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi. Kebutuhan ini bisa bersifat fisiologis, keamanan, sosial, kebutuhan akan penghargaan atau aktualisasi diri (berdasarkan hierarki kebutuhan). Meskipun model klasik seperti Maslow tidak spesifik untuk konteks sekolah, konsep kebutuhan tetap digunakan dalam berbagai kajian motivasi belajar, misalnya siswa belajar karena ingin merasa dihargai atau merasa mampu. Sebagai contoh, Alfonso (2021) menyebut bahwa kebutuhan, insentif, dan harapan merupakan faktor yang memengaruhi motivasi belajar. [Lihat sumber Disini - repository.unja.ac.id]
3. Teori Harapan-Nilai (Expectancy–Value Theory)
Teori ini menjelaskan bahwa motivasi belajar seseorang dipengaruhi oleh dua komponen utama: harapan untuk berhasil (expectancy) dan nilai dari tugas pembelajaran itu sendiri (value). Jika seorang siswa merasa bahwa ia mampu (harapan tinggi) dan juga tugas tersebut memiliki nilai yang penting atau menarik (value tinggi) maka motivasi belajar akan kuat. Meskipun saya tidak menemukan jurnal terbaru Indonesia yang menguraikan model ini secara eksplisit dalam rentang 2021-2025, konsep ini banyak diaplikasikan secara implisit dalam penelitian motivasi belajar (misalnya saat siswa memiliki harapan cita-cita dan merasa tugas penting) seperti disebut dalam literatur Uno & Sardiman.
4. Teori Self-Determination (SDT)
Teori ini dikemukakan oleh Deci & Ryan; menekankan tiga kebutuhan psikologis dasar: otonomi, kompetensi, dan keterhubungan (relatedness). Ketika ketiga kebutuhan ini terpenuhi dalam konteks belajar, motivasi intrinsik dapat tumbuh. Dalam konteks pendidikan Indonesia, misalnya guru yang memberi pilihan siswa belajar, memberi tantangan yang sesuai, dan membangun relasi yang positif dapat meningkatkan motivasi intrinsik. Sebagai contoh, penelitian literatur 2025 menyebut bahwa personalisasi, dukungan sosial, dan lingkungan belajar yang menarik merupakan strategi meningkatkan motivasi. [Lihat sumber Disini - journal.arikesi.or.id]
5. Teori Goal-Orientation (Orientasi Tujuan)
Teori ini membagi orientasi belajar siswa berdasarkan tujuan mereka: orientasi tugas (task-orientation) yaitu fokus pada penguasaan atau pembelajaran itu sendiri; dan orientasi prestasi (ego-orientation) yaitu fokus pada keunggulan dibandingkan orang lain. Siswa dengan orientasi tugas cenderung lebih resilient dan memiliki motivasi yang lebih stabil dibandingkan orientasi prestasi semata. Dalam berbagai penelitian motivasi belajar di Indonesia, orientasi tujuan ini muncul sebagai unsur penting ketika disebut bahwa siswa yang memiliki harapan dan cita-cita (aspirasi) cenderung memiliki motivasi belajar yang lebih baik. [Lihat sumber Disini - ejournal.jendelaedukasi.id]
6. Teori Attribution (Attribution Theory)
Teori atribusi menjelaskan bagaimana siswa memahami sebab-sebab keberhasilan atau kegagalan mereka, apakah karena usaha, kemampuan, tugas yang mudah/sulit, keberuntungan, dll. Jika siswa mengatribusi kegagalan pada faktor yang dapat diubah (seperti kurang usaha) maka motivasi untuk belajar kembali akan tumbuh; jika mereka mengatribusi pada faktor tak terkendali (misalnya kemampuan rendah tetap) maka motivasi bisa menurun. Dalam konteks penelitian Indonesia terkait motivasi rendah pada siswa selama pandemi, kondisi atribusi, persepsi diri, dan lingkungan ikut menjadi penyebab motivasi menurun. [Lihat sumber Disini - eprints.unm.ac.id]
7. Teori Kognitif Sosial (Social-Cognitive Theory)
Teori ini diusung oleh Bandura; menekankan peran self-efficacy (keyakinan diri bahwa mampu) dalam motivasi. Jika siswa percaya bahwa dirinya mampu menyelesaikan tugas belajar, maka motivasi belajar cenderung lebih tinggi. Di Indonesia, konsep self-efficacy muncul dalam kajian motivasi belajar ketika peneliti menyebutkan bahwa kepercayaan diri siswa memengaruhi partisipasi dan ketekunan belajar. [Lihat sumber Disini - repository.unja.ac.id]
8. Teori Pembelajaran Sosial dan Kontekstual
Teori-teori ini menekankan bahwa motivasi tidak hanya berasal dari individu tetapi juga dari konteks sosial dan pembelajaran, misalnya interaksi siswa-guru, peer learning, lingkungan kelas, budaya sekolah. Sebagaimana penelitian di Papua yang menunjukkan bahwa integrasi budaya lokal dalam pembelajaran IPA meningkatkan motivasi karena konteks yang relevan dan sosial yang mendukung. [Lihat sumber Disini - ejournal.uncen.ac.id]
Kesimpulan
Motivasi belajar adalah fondasi penting dalam pembelajaran yang efektif. Ia mencakup dorongan internal dan eksternal yang menggerakkan, mengarahkan, dan mempertahankan aktivitas belajar dengan tujuan yang jelas. Definisi menurut KBBI, serta para ahli seperti Sardiman dan Uno, memperkuat bahwa motivasi belajar bukan sekadar keinginan sesaat, tetapi sistem dorongan yang memfasilitasi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor yang memengaruhi motivasi belajar sangat beragam, mulai dari kesiapan belajar, minat, tujuan pribadi, hingga lingkungan kelas, media pembelajaran, dukungan orang tua/guru, dan konteks sosial budaya. Untuk mengoptimalkan motivasi belajar, penting bagi pendidik dan institusi pendidikan untuk memahami dan mengimplementasikan strategi yang sesuai dengan teori-teori motivasi: antara lain dengan memperkuat motivasi intrinsik, menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, menyediakan metode dan media yang relevan, serta membangun kepercayaan diri siswa. Dengan demikian, motivasi belajar menjadi jembatan antara potensi dan pencapaian belajar, dan menjadi prasyarat penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan hasil belajar peserta didik.
