Penelitian Hermeneutik: Prinsip dan Tahapan
Pendahuluan
Penelitian dalam bidang ilmu sosial, humaniora, dan budaya sering kali menghadapi persoalan kompleks: bagaimana memahami makna, nilai, dan konteks dari teks, wacana, ataupun fenomena kultural secara mendalam, bukan hanya pada permukaan literal, tetapi dalam dimensi historis, sosial, dan kulturalnya. Salah satu pendekatan yang memungkinkan pemahaman mendalam tersebut adalah pendekatan hermeneutik. Melalui penelitian hermeneutik, peneliti dapat menafsirkan makna di balik teks, realitas sosial, karya sastra, manifestasi budaya, ataupun fenomena keagamaan, dengan memperhatikan konteks, latar historis, norma budaya, serta pengalaman manusia yang melingkupinya. Oleh karena itu, penting untuk memahami secara jelas apa itu hermeneutik, bagaimana ia dipahami dalam kamus maupun literatur, prinsip-prinsip yang mendasarinya, serta bagaimana tahapan dalam penelitian hermeneutik dijalankan. Artikel ini bertujuan memberikan gambaran menyeluruh tentang penelitian hermeneutik: definisi, prinsip filosofi/metodologi, serta tahapan operasional, sehingga menjadi referensi bagi peneliti yang ingin menerapkan metode ini.
Definisi Hermeneutik
Definisi Hermeneutik Secara Umum
Hermeneutik secara umum dapat dipahami sebagai teori dan praktik penafsiran; suatu seni memahami dan menginterpretasikan teks, simbol, atau ekspresi manusia agar makna di dalamnya tersingkap dengan memperhatikan konteks. Istilah “hermeneutik” berasal dari bahasa Yunani hermΔneuein, yang berarti “menafsirkan, menjelaskan, menerjemahkan”. [Lihat sumber Disini - journal.isi.ac.id]
Dalam cakupan yang luas, hermeneutik bukan hanya terbatas pada teks tertulis seperti kitab klasik, dokumen, atau literatur, melainkan juga dapat diterapkan pada teks budaya, termasuk musik, seni, tradisi, ritual, wacana sosial, di mana manusia mengekspresikan makna. Dengan demikian, hermeneutik menjadi sebuah metode pemahaman manusia terhadap dunia simbolik di sekitarnya. [Lihat sumber Disini - de.wikipedia.org]
Definisi Hermeneutik dalam KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hermeneutik berkenaan dengan penafsiran atau interpretasi terhadap arti sesuatu, terutama teks, makna, atau pesan. (Catatan: definisi KBBI bisa mengacu pada “penafsiran teks” atau “ilmu tentang penafsiran teks”).
Definisi Hermeneutik Menurut Para Ahli
Berikut definisi hermeneutik menurut beberapa tokoh/peneliti dalam literatur akademik:
- Menurut Purwito, hermeneutik adalah sebuah tradisi intelektual yang berakar pada kata Yunani hermeneuein, sebagai seni dan teori penafsiran terhadap teks, yang kemudian berkembang menjadi ilmu umum pemahaman, tidak hanya teks klasik tetapi juga konteks budaya dan sejarah. [Lihat sumber Disini - journal.isi.ac.id]
- Menurut M. Ied Al Munir, hermeneutik dipahami sebagai “metode” dalam kajian kebudayaan yang memungkinkan interpretasi mendalam atas fenomena kebudayaan, tradisi, serta makna-makna sosial di balik manifestasi kebudayaan. [Lihat sumber Disini - online-journal.unja.ac.id]
- Menurut kajian kontemporer (misalnya dalam kontekstualisasi teks keagamaan), hermeneutik dipandang bukan hanya sekadar teori penafsiran teks, tetapi sebagai “proses dinamis pemahaman” yang melibatkan dialog antara peneliti dan objek kajian, refleksi kontekstual, serta keterlibatan batin untuk menggali makna yang terkandung. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
- Menurut kajian filsafat/arsitektur modern, hermeneutik bisa menjadi “metode filosofis” untuk memahami fenomena arsitektural, nilai-nilai estetika, dan makna simbolik di balik struktur dan ruang, dengan konsep seperti lingkaran hermeneutik, “peleburan horizon”, empati interpretatif, dan dialog antara bagian dan keseluruhan. [Lihat sumber Disini - jurnal.umj.ac.id]
Dengan demikian, hermeneutik tidak semata alat teknis interpretasi, melainkan cara pandang reflektif dan interpretatif terhadap realitas, mengakui bahwa makna tidak statis tetapi dinamis, dibentuk oleh konteks, budaya, sejarah, dan subjek penafsir.
Asal Usul & Sejarah Singkat Hermeneutik
Hermeneutik secara tradisional berkembang sebagai seni dan ilmu penafsiran naskah kuno, kitab suci, hukum, dan teks klasik. Namun seiring waktu, terutama sejak masa modern dan filsafat kontemporer, hermeneutik berkembang menjadi teori umum tentang pemahaman manusia terhadap wacana, simbol, dan dunia kultural. [Lihat sumber Disini - de.wikipedia.org]
Tokoh-tokoh klasik seperti dalam tradisi Eropa menggunakan hermeneutik untuk menafsirkan teks-teks kuno dan kitab suci, tetapi kemudian tokoh modern seperti Friedrich Schleiermacher memperluas hermeneutik sebagai “kunst des Verstehens” (seni memahami), sehingga hermeneutik menjadi dasar metodologis bagi sejarah, filologi, teologi, dan kemudian ilmu sosial humaniora secara umum. [Lihat sumber Disini - de.wikipedia.org]
Kemudian, pendekatan hermeneutik berkembang lagi lewat pemikiran Paul Ricœur, yang melihat teks, tindakan, dan fenomena sosial sebagai “karya terbuka” yang maknanya tidak tetap, tetapi mengandung ambiguitas dan perlu interpretasi mendalam: bukan hanya semantik permukaan (literal), tetapi semantik mendalam (depth-semantics) yang memerhatikan konteks, latar sosial, psikologis, historis. [Lihat sumber Disini - en.wikipedia.org]
Perkembangan ini menjadikan hermeneutik bukan sekadar alat bagi studi teks kuno, tetapi metode penelitian kualitatif, interpretatif, dan reflektif dalam berbagai disiplin: sastra, studi budaya, pendidikan, studi agama, antropologi, dan lain-lain. [Lihat sumber Disini - online-journal.unja.ac.id]
Prinsip dan Landasan Filosofis Hermeneutik
Dalam penelitian hermeneutik, terdapat beberapa prinsip dan landasan filosofi/metodologi yang mendasarinya, berikut elemen-elemen kunci:
Lingkaran Hermeneutik (Hermeneutic Circle)
Salah satu konsep fundamental hermeneutik adalah “lingkaran hermeneutik”: pemahaman terhadap bagian (misalnya kalimat, paragraf, simbol) selalu terkait dengan pemahaman terhadap keseluruhan (teks, konteks, latar belakang), dan sebaliknya, interpretasi memerlukan gerakan bolak-balik antara bagian dan keseluruhan untuk menciptakan makna yang koheren dan komprehensif. [Lihat sumber Disini - jurnal.umj.ac.id]
Dengan demikian, peneliti tidak bisa memahami satu bagian teks secara terpisah tanpa memperhatikan struktur besar, konteks historis/sosial, serta horizon interpretasi; dan setiap interpretasi baru dapat merubah pemahaman keseluruhan. Prinsip ini menekankan bahwa pemahaman bersifat dinamis, dialogis, dan bersifat proses, bukan sekali jadi lalu selesai.
Pra-Struktur dan Horizon Interpretasi
Dalam hermeneutik modern (khususnya menurut Ricœur), setiap penafsiran dilandasi oleh “pra-struktur”: latar belakang, pengalaman, budaya, ideologi, serta horizon pemahaman penafsir. Artinya, tidak ada interpretasi netral sepenuhnya, setiap interpretasi membawa horizon penafsir, yang kemudian bisa “berpeleburan” dengan horizon dunia teks. Proses ini disebut “fusion of horizons” (peleburan horizon). [Lihat sumber Disini - jurnal.umj.ac.id]
Prinsip ini menyadarkan bahwa penelitian hermeneutik bukan proses teknis semata, tapi melibatkan refleksi subjektif, empati, sensitivitas terhadap konteks budaya & historis. Oleh karena itu, peneliti hermeneutik harus memiliki kesadaran atas posisi subyektifnya, dan terbuka terhadap kemungkinan reinterpretasi seiring waktu dan perspektif berbeda.
Dialog antara Teks dan Konteks / Subjek dan Objek
Dalam hermeneutik, terutama dalam kajian kebudayaan, agama, atau sosial, interpretasi tidak hanya berfokus pada teks, tetapi juga pada konteks historis, sosial, budaya, psikologis, dan bahkan pengalaman hidup manusia. Proses interpretasi menjadi dialog antara teks (objek) dan penafsir (subjek), dimana makna dibentuk melalui interaksi antara keduanya. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
Dalam kajian kebudayaan misalnya, peneliti mengkaji tidak sekadar nilai literal teks, tetapi bagaimana nilai budaya, norma sosial, dan perubahan zaman memengaruhi makna, sehingga hermeneutik menjadi alat yang relevan untuk memahami dinamika budaya dan transformasi sosial. [Lihat sumber Disini - online-journal.unja.ac.id]
Metodologi Kualitatif & Interpretatif
Hermeneutik biasanya digunakan dalam penelitian kualitatif, di mana data berupa teks, wacana, narasi, dokumen, atau fenomena kultural, dan bertujuan mengeksplorasi makna, bukan mengukur numerik. Pendekatan ini menekankan pemahaman mendalam, naratif, reflektif, dan kontekstual. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
Dengan demikian, penelitian hermeneutik memungkinkan peneliti menangkap kompleksitas manusia, budaya, sejarah, serta makna subjektif yang tidak bisa dikuantifikasi, sesuatu yang sering kali hilang jika menggunakan metode kuantitatif atau positivistik.
Etika Interpretasi & Kesadaran Historis
Karena interpretasi dalam hermeneutik bersifat subyektif dan dipengaruhi horizon penafsir, maka penting bagi peneliti untuk menyadari bias, posisi ideologis, latar budaya, serta konteks historis teks atau fenomena. Hermeneutik menuntut kejujuran interpretatif, keterbukaan reflektif, serta kesadaran bahwa makna bisa bersifat pluralistik, bukan satu interpretasi tunggal. [Lihat sumber Disini - jurnal.pabki.org]
Tahapan dalam Penelitian Hermeneutik
Berdasarkan berbagai literatur dan praktik penelitian hermeneutik (termasuk kajian teks, budaya, agama, maupun sosial), tahapan umum dalam penelitian hermeneutik dapat dirinci sebagai berikut:
1. Pemilihan Objek Kajian & Penentuan Fokus Interpretasi
Pertama, peneliti menentukan objek kajian, teks (sastra, dokumen, naskah historis), fenomena budaya, tradisi, wacana sosial, atau data kualitatif lainnya. Bersamaan itu, peneliti merumuskan fokus interpretasi: apakah menafsirkan makna simbolik, nilai-nilai kultural, konteks historis, struktur bahasa, atau aspek sosial-kultural tertentu. Misalnya, dalam penelitian teks agama, bisa fokus pada nilai pluralisme; dalam kajian sastra, bisa fokus pada tema sosial, budaya, atau nilai estetika. [Lihat sumber Disini - repository.ptiq.ac.id]
2. Studi Literatur & Kontekstualisasi Historis/Kultural
Sebelum melakukan penafsiran, penting untuk melakukan kajian literatur: memahami latar historis, budaya, perkembangan sosial, idiom bahasa, serta konteks di mana teks/fenomena muncul. Tahap ini membantu meminimalkan miskonsepsi interpretasi yang keluar dari konteks asli. Banyak penelitian hermeneutik menggunakan pendekatan sejarah-kontekstual untuk memahami makna dengan tepat. [Lihat sumber Disini - repository.ptiq.ac.id]
3. Membaca Teks / Data dengan Cermat & Reflektif
Peneliti melakukan pembacaan mendalam terhadap teks/data, memperhatikan struktur bahasa, simbol, metafora, gaya retorika, repetisi, hubungan antar bagian, dan aspek semiotik lainnya. Pembacaan ini dilakukan dengan kesadaran bahwa makna tidak literal saja, tetapi bisa multi-lapis: semantik permukaan dan semantik mendalam. [Lihat sumber Disini - scriptura.petra.ac.id]
4. Interpretasi melalui Lingkaran Hermeneutik (Bagian ↔ Keseluruhan)
Setelah memahami bagian-bagian kecil, peneliti kembali ke keseluruhan teks/fenomena untuk memahami makna dalam konteks besar, sejarah, budaya, latar sosial, kondisi penulis/pembangun teks, bahasa, dan aspek kontekstual lain. Proses ini bisa berulang: interpretasi sementara bisa direvisi setelah mempertimbangkan bagian lain atau konteks lebih luas. Proses ini mencerminkan prinsip dialogis dan dinamis dalam hermeneutik.
5. Refleksi & Kritisisme Interpretatif
Peneliti mempertimbangkan posisi subjektifnya, latar belakang kultural, pengalaman, asumsi, dan mengevaluasi apakah interpretasi sudah sesuai dengan konteks. Jika perlu, dilakukan triangulasi referensi literatur, membandingkan interpretasi alternatif, atau membuka interpretasi baru ketika muncul data/konteks tambahan. Hal ini penting untuk menjaga kredibilitas interpretasi dan menghindari monopoli makna.
6. Penyajian Temuan: Interpretasi & Makna Terbuka
Hasil penelitian hermeneutik biasanya berupa deskripsi interpretatif, makna, nilai, pemahaman mendalam, dan sering kali bukan sebuah kesimpulan tunggal absolut, melainkan interpretasi yang bisa bersifat terbuka untuk reinterpretasi di masa depan. Makna bisa bersifat plural, karena teks/fenomena bisa dibaca dari perspektif berbeda. Oleh karena itu, laporan penelitian harus menggambarkan proses interpretasi, horizon penafsir, pilihan interpretatif, dan kemungkinan interpretasi alternatif.
7. Kontekstualisasi Temuan dengan Realitas Sosial / Budaya / Historis
Jika penelitian hermeneutik ditujukan pada fenomena sosial atau budaya (misalnya tradisi, lagu, novel, simbol), maka hasil interpretasi dikaitkan dengan realitas kontemporer: nilai-nilai sosial, transformasi budaya, relevansi historis, implikasi kultural, atau pengaruh terhadap identitas kolektif. Langkah ini menjembatani teori-interpretasi dan realitas empiris sehingga penelitian hermeneutik memiliki relevansi praktis dan kultural. Banyak studi hermeneutik kontemporer menggunakan pendekatan ini. [Lihat sumber Disini - jurnal.fib-unmul.id]
Ragam Penerapan Penelitian Hermeneutik
Pendekatan hermeneutik telah diterapkan dalam berbagai bidang, beberapa contoh di Indonesia dan studi kontemporer:
- Kajian sastra: analisis teks sastra modern untuk menafsirkan tema sosial, politik, budaya dan nilai dalam karya sastra. Contoh: studi pada sastra Indonesia modern menggunakan hermeneutik kualitatif untuk mengungkap makna sosial-budaya di balik teks. [Lihat sumber Disini - journal.aspirasi.or.id]
- Kajian kebudayaan: menggunakan hermeneutik sebagai metode untuk memahami fenomena budaya, tradisi, nilai sosial, dinamika kebudayaan dalam masyarakat. [Lihat sumber Disini - online-journal.unja.ac.id]
- Kajian agama / teks keagamaan: interpretasi teks suci atau ajaran agama dengan memperhatikan konteks historis, sosial, kultural, misalnya reinterpretasi ayat pluralisme agama menggunakan hermeneutik historis agar relevan dengan kondisi masyarakat modern. [Lihat sumber Disini - repository.ptiq.ac.id]
- Kajian arsitektur, seni, estetika: memaknai makna simbolik, estetika, ruang, budaya melalui hermeneutik filosofis untuk memahami bagaimana fenomena arsitektural atau simbolik mengandung makna dalam konteks sosial-kultural. [Lihat sumber Disini - jurnal.umj.ac.id]
- Kajian bahasa dan pendidikan: hermeneutik membantu dalam interpretasi teks, pendidikan bahasa, analisis wacana, termasuk kajian linguistik atau pendidikan bahasa asing, karena hermeneutik melihat bahasa dan interpretasi makna sebagai bagian dari pengalaman manusia. [Lihat sumber Disini - ejournal-fkip.unisi.ac.id]
Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian Hermeneutik
Kelebihan:
- Mampu menggali makna mendalam yang tersembunyi di balik teks atau fenomena, nilai, simbol, konteks, yang sulit dijangkau metode kuantitatif atau positivistik.
- Fleksibel dan kontekstual, cocok untuk studi budaya, agama, sastra, sejarah, kebudayaan, di mana konteks sangat menentukan makna.
- Mengakui interpretasi sebagai proses dinamis dan dialogis, memungkinkan makna berkembang seiring waktu, konteks, atau perspektif.
- Menekankan refleksi, kesadaran historis, empati interpretatif, dan kemanusiaan dalam penelitian, menjadikan penelitian hermeneutik kaya nilai humanis.
Keterbatasan:
- Interpretasi bisa sangat subjektif, bergantung pada latar belakang penafsir, horizon budaya, ideologi, sehingga sulit dijamin “objektivitas absolut.”
- Hasil sering berupa interpretasi, bukan fakta mutlak, sehingga bisa ada banyak interpretasi berbeda, memerlukan transparansi metodologis dan justifikasi interpretatif.
- Rentan terhadap bias peneliti jika tidak ada refleksi kritis atau triangulasi literatur/konteks.
- Memakan waktu karena memerlukan pembacaan mendalam, kajian konteks, refleksi, dan iterasi interpretatif.
Kesimpulan
Penelitian hermeneutik menawarkan pendekatan yang sangat relevan untuk memahami makna, nilai, dan konteks dalam wacana, teks, fenomena budaya, sosial, agama, atau seni, terutama ketika aspek kontekstual, historis, dan kultural menjadi kunci interpretasi. Dengan landasan filosofis dan metodologis yang mendalam, melalui konsep lingkaran hermeneutik, pra-struktur interpretasi, dialog teks-konteks, dan refleksi, metode ini membuka ruang bagi pemahaman yang holistik, humanis, dan kritis terhadap realitas simbolik manusia.
Meskipun memiliki keterbatasan terkait subjektivitas dan kebutuhan waktu, penelitian hermeneutik tetap menjadi alat penting bagi studi humaniora dan sosial di mana kuantifikasi tidak cukup untuk menangkap kompleksitas makna. Oleh karena itu, bagi peneliti yang ingin mengeksplorasi teks, budaya, masyarakat, identitas, atau nilai, hermeneutik bisa menjadi pendekatan pilihan yang kuat dan mendalam.
Semoga artikel ini bisa membantu sebagai referensi bagi siapa saja yang ingin memahami atau menggunakan penelitian hermeneutik secara akademis maupun praktis.
