Fenomenologi: Definisi, Ciri, dan Contoh Penelitian
Pendahuluan
Dalam dunia penelitian sosial dan humaniora, metode kualitatif telah menjadi bagian penting untuk menggali makna-makna pengalaman manusia yang tidak bisa ditangkap hanya lewat angka atau kuantifikasi. Salah satu pendekatan kualitatif yang cukup banyak digunakan adalah pendekatan fenomenologi. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk “turun ke lapangan”, mendalami bagaimana peserta pengalaman menghayati suatu fenomena, lalu menafsirkan makna dibalik pengalaman tersebut. Artikel ini akan membahas secara komprehensif mengenai fenomenologi: mulai dari definisi, ciri-ciri, hingga contoh penelitian yang telah memakai pendekatan ini. Dengan memahami pendekatan fenomenologi secara mendalam, peneliti atau mahasiswa dapat memilih dan menerapkan metode ini secara lebih tepat dalam penelitian mereka.
Definisi Fenomenologi
Definisi Fenomenologi Secara Umum
Secara umum, istilah “fenomenologi” berasal dari bahasa Yunani: phainómenon yang berarti “apa yang tampak” atau “fenomena” dan -lógos yang berarti “ilmu” atau “studi”. Dalam pemahaman umum, fenomenologi berarti studi mengenai bagaimana manusia mengalami fenomena, bagaimana fenomena tersebut tampak dalam kesadaran subjek, dan bagaimana makna dibalik pengalaman itu terbentuk. Artikel “Fenomenologi (Pengertian, Metode Pendekatan, Contoh)” menyebut bahwa dalam penelitian fenomenologi, peneliti berusaha memahami fenomena dari sudut pandang orang pertama (first-person) yang mengalami. [Lihat sumber Disini]
Misalnya: bagaimana seorang guru mengalami pembelajaran daring selama pandemi, bukan hanya seberapa banyak tugas yang diberikan, tetapi bagaimana ia merasakan, memaknai, dan merefleksikan pengalaman tersebut.
Definisi Fenomenologi dalam KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, “fenomenologi” diartikan sebagai: “ilmu tentang perkembangan kesadaran dan pengenalan diri manusia sebagai ilmu yang mendahului ilmu filsafat atau bagian dari filsafat”. [Lihat sumber Disini]
Dari definisi ini kita bisa menangkap dua hal: pertama, aspek “kesadaran manusia” menjadi pusat perhatian; kedua, bahwa fenomenologi bukan sekadar metode penelitian tetapi juga mempunyai akar filsafat yang dalam.
Definisi Fenomenologi Menurut Para Ahli
Berikut adalah beberapa definisi dari para ahli yang cukup sering dikutip:
- Edmund Husserl , sebagai pelopor fenomenologi, Husserl mendefinisikan fenomenologi sebagai “ilmu tentang esensi pengalaman” melalui refleksi terhadap kesadaran subjek yang mengalami fenomena, dengan konsep-konsep penting seperti intensionalitas, epoche, dan reduksi eidetik. [Lihat sumber Disini]
- Martin Heidegger , mengembangkan fenomenologi menuju arah hermeneutik eksistensial: bukan hanya mendeskripsikan pengalaman, tetapi menafsirkan makna keberadaan manusia (Being-in-the-world). [Lihat sumber Disini]
- Alfred Schutz , dalam ranah sosiologi, Schutz mengaitkan fenomenologi dengan kehidupan sehari-hari (lifeworld) dan makna sosial tindakan manusia, sehingga fenomenologi berlaku dalam ilmu sosial. [Lihat sumber Disini]
- Van Manen , dikenal dalam penelitian pendidikan dan kesehatan, Van Manen menyoroti aspek “dunia hidup” (lifeworld), bagaimana subjek mengalami dan kemudian merefleksi pengalaman mereka secara mendalam. [Lihat sumber Disini]
Dengan demikian, definisi fenomenologi menurut ahli-ahli tersebut menekankan tiga hal: (a) pengalaman subjektif manusia, (b) kesadaran yang mengalami fenomena, dan (c) usaha peneliti untuk menggali esensi atau makna dari pengalaman itu.
Ciri-Ciri Fenomenologi
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan fenomenologi, terdapat sejumlah karakteristik atau ciri khas yang membedakannya dari pendekatan lain. Berikut beberapa ciri yang penting:
- Berpusat pada pengalaman manusia – fenomenologi menempatkan pengalaman hidup individu atau kelompok sebagai pusat data penelitian. [Lihat sumber Disini]
- Pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan/atau observasi – karena yang dicari adalah makna dari pengalaman, peneliti sering menggunakan wawancara terbuka, narasi, catatan lapangan, dan refleksi partisipan. [Lihat sumber Disini]
- Tujuan untuk menggali makna dan esensi – bukan sekadar mendeskripsikan fenomena secara permukaan, tetapi mencari “apa hakikatnya pengalaman itu bagi subjek”. [Lihat sumber Disini]
- Tidak mengutamakan generalisasi – hasilnya bukan untuk membuat hukum umum yang berlaku untuk banyak populasi, melainkan memahami secara mendalam fenomena dalam konteksnya. [Lihat sumber Disini]
- Proses refleksi peneliti: peneliti perlu melakukan bracketing atau pengesampingan prasangka agar dapat melihat fenomena sebagaimana-adanya pada kesadaran subjek. [Lihat sumber Disini]
- Pelaporan berbentuk narasi kaya – hasil penelitian fenomenologi biasanya berupa deskripsi mendalam, tema-tema yang muncul dari pengalaman subjek, bukan sekadar tabel angka. [Lihat sumber Disini]
Dengan memahami ciri-ciri ini, ketika lo (atau mahasiswa lo) memilih menggunakan pendekatan fenomenologi, lo bisa memastikan desain penelitian sudah sesuai karakteristiknya.
Contoh Penelitian Fenomenologi
Berikut beberapa contoh nyata penelitian di Indonesia yang menggunakan pendekatan fenomenologi:
- Penelitian “Studi Fenomenologi Pengalaman Mahasiswa dalam Menggunakan Learning Management System (LMS) di salah satu perguruan tinggi di Jambi”. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi kualitatif untuk mengeksplorasi pengalaman mahasiswa. [Lihat sumber Disini]
- Penelitian “Studi Fenomenologi Praktik Klinik Mahasiswa Profesi Ners di Yellow Zone Covid-19”. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan fenomenologi untuk mengetahui pengalaman mahasiswa ners praktik di zona rawan Covid-19. [Lihat sumber Disini]
- Penelitian “Studi Fenomenologi tentang Pengalaman Mahasiswa Keperawatan Tentang Pembelajaran Daring dalam Situasi Covid-19”. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif fenomenologi dengan wawancara mendalam. [Lihat sumber Disini]
Contoh Penelitian dengan Penjelasan Ringkas
Contoh ke-3 di atas misalnya: Mahasiswa keperawatan yang melakukan pembelajaran daring selama pandemi mengalami beban psikologis, hambatan teknis, perubahan pemahaman materi. Melalui wawancara mendalam, peneliti mengidentifikasi tema-tema seperti: (1) makna pembelajaran daring; (2) kebahagiaan vs hambatan; (3) perubahan pemahaman materi. Hasil penelitian kemudian dikaitkan dengan pengalaman subjektif mahasiswa dalam konteks pandemi. [Lihat sumber Disini]
Contoh ini menunjukkan bagaimana pendekatan fenomenologi tidak sekadar “berapa banyak mahasiswa kesulitan” tapi “bagaimana mereka merasakan, memaknai dan bertindak” dalam pengalaman yang mereka jalani.
Kesimpulan
Pendekatan fenomenologi menawarkan kerangka yang sangat kuat bagi peneliti yang ingin menggali makna dari pengalaman manusia secara mendalam. Dari definisi umum, KBBI, hingga definisi para ahli,kita bisa menyimpulkan bahwa fenomenologi berpusat pada pengalaman subjektif, kesadaran, dan makna. Ciri-ciri khasnya seperti fokus pada pengalaman manusia, data wawancara mendalam, refleksi peneliti, dan narasi kaya membedakannya dari metode kuantitatif atau pendekatan kualitatif lainnya. Contoh-contoh penelitian di Indonesia sudah banyak yang menggunakan fenomenologi untuk memahami fenomena pendidikan, kesehatan, teknologi, dan lainnya.
Bagi peneliti, penting untuk memastikan bahwa desain penelitian benar-benar sesuai karakteristik fenomenologi apabila memilih pendekatan ini: mulai dari pemilihan partisipan, teknik pengumpulan data, proses analisis hingga pelaporan temuan. Dengan demikian, hasil penelitian akan punya kedalaman makna yang layak dipublikasikan dan memiliki kontribusi pemahaman baru.