Holistik: Definisi, Ciri, dan Contoh Pendekatan Ilmiah
Pendahuluan
Dalam era yang ditandai oleh kompleksitas dan keterkaitan antar bidang, konsep “holistik” semakin mendapat perhatian sebagai pendekatan yang memandang suatu sistem atau fenomena secara utuh, bukan hanya melalui bagian-bagian terpisah. Pendekatan holistik menekankan bahwa untuk memahami dengan baik suatu entitas,baik manusia, organisasi, proses pembelajaran, maupun sistem sosial,maka kita perlu melihat komponen-komponen sekaligus interaksinya, dalam konteks keseluruhan. Dalam ranah ilmiah, pendekatan ini muncul sebagai respon terhadap kecenderungan reduksionisme,yakni memecah entitas ke bagian-bagian kecil tanpa memperhatikan keterkaitan dan keseluruhan sistem. Dengan demikian, penting bagi guru, peneliti, dan praktisi agar mengenali pengertian, ciri-ciri, dan contoh penerapan pendekatan ilmiah holistik agar dapat diaplikasikan secara tepat dan efektif dalam konteks pendidikan, penelitian, maupun pengembangan masyarakat.
Artikel ini akan membahas: definisi “holistik” secara umum, dalam KBBI, dan menurut para ahli; kemudian menguraikan ciri-ciri pendekatan holistik; lalu menyajikan contoh penerapan pendekatan ilmiah holistik dalam berbagai bidang; dan akhirnya menyimpulkan inti pembahasannya.
Definisi Holistik
Definisi Holistik Secara Umum
Secara umum, istilah “holistik” berasal dari akar kata bahasa Inggris holistic, yang pada gilirannya terkait dengan kata Yunani holos yang berarti “keseluruhan” atau “utuh”. Sebagaimana dikemukakan oleh Liputan6, holistik adalah “cara pandang yang menyeluruh atau secara keseluruhan sebagai satu kesatuan”. [Lihat sumber Disini]
Dalam konteks ilmiah, misalnya dalam ilmu sosial atau ilmu sistem, pendekatan holistik (holistic approach) dipahami sebagai suatu pendekatan yang memandang sistem atau fenomena sebagai keseluruhan yang saling berkaitan, bukan hanya sebagai kumpulan bagian-bagian yang independent. [Lihat sumber Disini]
Dengan kata lain, pendekatan holistik menekankan pentingnya melihat interaksi antar komponen, bagaimana bagian-bagian membentuk keseluruhan, dan bagaimana konteks lebih besar mempengaruhi dan dipengaruhi oleh bagian-bagian tersebut.
Definisi Holistik dalam KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “holistik” (holistis) berarti “berhubungan dengan sistem keseluruhan sebagai suatu kesatuan lebih daripada sekadar kumpulan bagian”. [Lihat sumber Disini]
Dengan demikian secara leksikal, “holistik” menunjukkan cara pandang atau sikap mempertimbangkan sesuatu secara menyeluruh dan terpadu, bukan terpisah-pisah.
Definisi Holistik Menurut Para Ahli
Beberapa ahli memberikan definisi yang lebih spesifik tentang pendekatan holistik, dalam konteks pendidikan, pengembangan manusia, maupun sistem. Berikut beberapa definisi penting:
- Jeremy Henzell‑Thomas mengemukakan bahwa pendidikan holistik adalah “suatu upaya membangun secara utuh dan seimbang pada setiap murid dalam seluruh aspek pembelajaran, yang mencakup spiritual, moral, imajinatif, intelektual, budaya, estetika, emosi dan fisik yang mengarahkan seluruh aspek-aspek tersebut ke arah pencapaian sebuah kesadaran tentang hubungannya dengan Tuhan yang merupakan tujuan akhir dari semua kehidupan di dunia.” [Lihat sumber Disini]
- Muchlas Samani mendefinisikan pendidikan holistik sebagai dua hal: pertama, suatu pendidikan yang utuh; kedua, suatu sistem yang digunakan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh individu. [Lihat sumber Disini]
- Ron Miller (dkk.) memandang bahwa pendidikan holistik adalah pendidikan yang mengembangkan seluruh potensi siswa secara harmonis (terpadu dan seimbang), meliputi potensi intelektual (intellectual), emosional (emotional), fisik (physical), sosial (social), estetika (aesthetic), dan spiritual. [Lihat sumber Disini]
- Knut Illeris menyatakan bahwa pendidikan holistik dapat dilihat dalam tiga kesatuan dimensi yang utuh dan tidak boleh dipisahkan, karena antara yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan: yaitu dimensi isi (pengetahuan), dimensi insentif (motif/kebutuhan), dan dimensi interaksi (hubungan sosial dan lingkungan). [Lihat sumber Disini]
- (Tambahan) Dalam kajian tentang pembelajaran holistik dalam perspektif agama, misalnya artikel “Pembelajaran Holistik dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis” (2023) mengutip bahwa pembelajaran holistik adalah “suatu pendekatan pembelajaran yang membangun manusia secara keseluruhan dan utuh dengan mengembangkan semua potensi manusia yang mencakup potensi sosial-emosional, potensi intelektual, potensi moral (karakter), kreativitas, dan spiritual”. [Lihat sumber Disini]
Dengan demikian, definisi-definisi di atas memperlihatkan bahwa pendekatan holistik menekankan pengembangan manusia atau sistem secara menyeluruh dan seimbang, mencakup berbagai dimensi (kognitif, afektif/emosi, psikomotorik/fisik, sosial, spiritual, estetika), serta memperhatikan keterkaitan antar dimensi dan konteks lingkungan.
Ciri-ciri Pendekatan Ilmiah Holistik
Dalam praktik ilmiah dan penerapan di berbagai bidang (pendidikan, kesehatan, pengembangan SDM, manajemen, dsb), pendekatan holistik memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari pendekatan yang lebih reduksionistik atau parsial. Berikut beberapa ciri utama yang bisa diidentifikasi berdasarkan studi-jurnal terbaru:
- Memperhatikan berbagai aspek secara simultan
Pendekatan holistik tidak hanya fokus pada aspek tunggal (misalnya hanya aspek kognitif) melainkan mencakup aspek kognitif, afektif/emotional, psikomotorik/fisik, sosial, dan terkadang spiritual. Sebagai contoh, penelitian “Pendekatan Holistik untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa di Madrasah Ibtidaiyah” menyebut bahwa “pendekatan holistik tidak hanya berfokus pada aspek kognitif semata, tetapi juga mencakup aspek afektif dan psikomotorik.” [Lihat sumber Disini] - Melihat sistem atau individu sebagai kesatuan utuh
Individu atau sistem dipandang sebagai kesatuan yang saling berkaitan bagian-nya dan kontekstual, bukan sebagai kumpulan bagian yang berdiri sendiri. Seperti sebuah artikel menyebut: “pendekatan holistik adalah pendekatan yang memandang individu secara menyeluruh, mencakup aspek intelektual, emosional, sosial, spiritual, dan fisik.” [Lihat sumber Disini] - Interaksi dan keterkaitan antara bagian dan konteks lingkungan
Pendekatan holistik menekankan bahwa bagian-bagian sistem tidak bisa benar-benar dipahami tanpa memperhatikan bagaimana mereka saling berinteraksi dan bagaimana seluruh sistem berada dalam konteks lingkungan yang lebih besar. Misalnya, Liputan6 menyebut bahwa pendekatan holistik berarti “memahami interkoneksi antara berbagai elemen dalam suatu sistem”. [Lihat sumber Disini] - Orientasi pada pengembangan potensi atau keseimbangan, bukan hanya pengukuran hasil
Banyak studi pendidikan menyebut bahwa pendekatan holistik lebih menekankan pengembangan potensi manusia secara menyeluruh dan seimbang, bukan hanya hasil akademik atau angka tes. Misalnya, artikel pendidikan holistik menyebut tujuan agar siswa mampu berkembang menjadi dirinya sendiri (learning to be) yang memiliki kecakapan hidup, karakter, dan tanggung jawab. [Lihat sumber Disini] - Kontekstual dan fleksibel dalam penerapan
Pendekatan ini biasanya bersifat adaptif terhadap konteks lokal, budaya, lingkungan, dan situasi individu atau sistem. Sebagai contoh, dalam studi “Pendekatan Holistik dalam Pendidikan: Membangun Akademisi Unggul dan Berkarakter” (2025) disebut bahwa pendekatan holistik mempertimbangkan kolaborasi guru, siswa, orang tua, dan komunitas, serta fleksibilitas dalam kurikulum. [Lihat sumber Disini] - Mengintegrasikan berbagai disiplin atau dimensi
Karena sifatnya menyeluruh, pendekatan holistik sering melibatkan integrasi berbagai disiplin ilmu, atau penggabungan antara aspek-ilmu, nilai, dan praktik. Sebagai contoh, artikel “Pembelajaran Holistik, Kontekstual dan Futuristik” menyebut bahwa pembelajaran holistik mengintegrasikan intelektual, emosional, sosial, fisik, dan spiritual. [Lihat sumber Disini] - Pemahaman dan evaluasi yang lebih bersifat kualitatif dan reflektif
Karena menyangkut banyak dimensi dan aspek yang tidak mudah diukur dengan tes standar saja, pendekatan holistik cenderung menggunakan metode yang lebih reflektif, naratif, kualitatif, atau kombinasi metode. Sebagai contoh, penelitian “Transformasi Assessment dalam Pembelajaran IPS: Pendekatan Holistik” menggunakan data kata-kunci, gambar, perilaku, bukan sekadar angka kuantitatif. [Lihat sumber Disini]
Dengan mengenali ciri-ciri tersebut, maka ketika seorang peneliti, guru, atau praktisi ingin menerapkan pendekatan ilmiah holistik, bisa melakukan checklist misalnya: apakah semua dimensi utama sudah dipertimbangkan? apakah interaksi bagian-bagian dan konteks lingkungan sudah dianalisis? apakah evaluasi melampaui angka dan juga melihat perubahan karakter atau keterampilan? dan lain-lain.
Contoh Pendekatan Ilmiah Holistik
Berikut beberapa contoh nyata penerapan pendekatan ilmiah holistik di berbagai bidang, lengkap dengan rujukan jurnal dari Indonesia:
Contoh 1: Pendidikan
Di bidang pendidikan, pendekatan holistik banyak digunakan dalam konteks pengembangan karakter, media pembelajaran, dan kurikulum yang menekankan pengembangan siswa secara menyeluruh.
Contoh: penelitian “Pendekatan Holistik dalam Pengembangan Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Studi Kasus di Sekolah Menengah” menyimpulkan bahwa pengembangan media berbasis pendekatan holistik meningkatkan pemahaman siswa terhadap nilai agama dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. [Lihat sumber Disini]
Contoh lainnya: artikel “Pendekatan Holistik dalam Pendidikan: Membangun Akademisi Unggul dan Berkarakter” (2025) menyebut kolaborasi guru, siswa, orang tua, dan komunitas sebagai faktor penting dalam penerapan pendekatan holistik. [Lihat sumber Disini]
Dengan demikian, dalam konteks pendidikan, pendekatan holistik ilmiah berarti merancang pembelajaran yang: mempertimbangkan aspek kognitif, afektif, psikomotorik; mengaitkan materi dengan kehidupan nyata; melibatkan komunitas; dan mengevaluasi tidak hanya hasil akademik tapi juga perubahan karakter dan keterampilan.
Contoh 2: Kesehatan/Keperawatan
Dalam bidang kesehatan, pendekatan holistik semakin mendapat perhatian. Misalnya, penelitian “Holistic care : pendekatan lengkap untuk kesehatan fisik dan mental” menyebut bahwa pendekatan holistik dalam pelayanan kesehatan memandang individu secara utuh, mencakup dimensi fisik, mental, emosional, sosial, dan spiritual. [Lihat sumber Disini]
Contoh lainnya: studi fasilitas kesehatan holistik di Jakarta menyebut bahwa generasi milenial mengadopsi prinsip kesehatan holistik dengan penekanan pada keseimbangan tubuh, jiwa, pikiran. [Lihat sumber Disini]
Dalam konteks ilmiah kesehatan, penerapan holistik berarti penelitian dan praktik yang: mengukur dan memperhatikan berbagai dimensi kesehatan (fisik + mental + sosial + spiritual), melihat interaksi antara kondisi tubuh dan lingkungan/psikososial, serta menggunakan metode yang melibatkan pasien secara aktif dan kontekstual.
Contoh 3: Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) / Manajemen
Dalam konteks organisasi atau SDM, pendekatan holistik juga diterapkan untuk melihat pekerja atau organisasi secara menyeluruh , tidak hanya performa teknis, tapi juga kesejahteraan emosional, budaya organisasi, lingkungan kerja, dan nilai-nilai.
Contoh: penelitian “Pendekatan Holistik dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Dampaknya pada Peningkatan Kepuasan Kerja” menyelidiki bagaimana pendekatan holistik berdampak positif pada kepuasan kerja. [Lihat sumber Disini]
Dalam praktik ilmiah manajemen, penerapan holistik berarti riset yang melibatkan multi-dimensi (kompetensi, motivasi, budaya, lingkungan kerja), dan interaksi antar aspek tersebut dianalisis.
Contoh 4: Pendidikan Agama/Islam
Penelitian “Pembelajaran Holistik dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis” (2023) menyebut bahwa pendekatan holistik dalam pembelajaran agama mengembangkan potensi sosial-emosional, intelektual, moral, kreatifitas, dan spiritual. [Lihat sumber Disini]
Artinya dalam ranah agama/keagamaan, pendekatan holistik ilmiah menuntut penelitian yang tidak hanya melihat aspek kognitif pengetahuan agama, tapi juga implikasi ke karakter, etika, spiritual, interaksi sosial, dan konteks budaya.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan holistik merupakan suatu cara pandang dan metodologi yang memandang sistem, individu, atau fenomena secara utuh,mengintegrasikan berbagai aspek (kognitif, afektif, psikomotorik/fisik, sosial, spiritual) dan memperhatikan interaksi antar bagian serta konteks lingkungan. Dalam KBBI, “holistik” berarti “berhubungan dengan sistem keseluruhan sebagai suatu kesatuan lebih daripada sekadar kumpulan bagian”, yang mendukung pemaknaan tersebut.
Dalam definisi para ahli, kita melihat bahwa pendekatan holistik tak hanya sekadar menyeluruh, namun juga menekankan keseimbangan, pengembangan potensi secara lengkap, dan keterkaitan manusia dengan lingkungan, masyarakat, dan nilai-nilai kemanusiaan/spiritual.
Ciri-ciri pendekatan ilmiah holistik meliputi: memperhatikan berbagai aspek secara simultan, melihat sistem sebagai kesatuan, melihat interaksi bagian dan konteks, orientasi pengembangan potensi, adaptif/kontekstual, integratif antar disiplin, serta evaluasi yang lebih kualitatif dan reflektif.
Contoh-penerapan dalam pendidikan, kesehatan, pengembangan SDM, dan pendidikan agama menunjukkan bahwa pendekatan holistik dapat dikaji secara ilmiah melalui penelitian yang memerhatikan multi-dimensi dan konteks serta melibatkan berbagai aktor dan aspek kehidupan nyata.
Dengan demikian, bagi praktisi pendidikan, peneliti, guru, maupun pembuat kebijakan, pendekatan holistik menawarkan paradigma alternatif yang relevan untuk menangani kompleksitas zaman sekarang , di mana manusia dan sistem tidak bisa dilihat secara terpisah-pisah bagian saja, melainkan sebagai kesatuan yang saling mempengaruhi.