Internet of Things dalam Dunia Pendidikan
Pendahuluan
Pada era Revolusi Industri 4.0 dan memasuki era Society 5.0, teknologi semakin mengarah ke integrasi antar perangkat dan sistem secara real-time. Salah satu teknologi yang mendapatkan perhatian besar adalah Internet of Things (IoT), yaitu jaringan perangkat fisik yang saling terhubung melalui internet sehingga mampu bertukar data, memproses informasi, dan berinteraksi secara otomatis. [Lihat sumber Disini - xlsmart.co.id] Di dunia pendidikan, konsep ini membuka peluang transformasi mulai dari ruang kelas, sistem absensi, manajemen fasilitas, hingga personalisasi pembelajaran. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran komprehensif mengenai Internet of Things dalam dunia pendidikan: mulai dari definisi yang umum, definisi menurut KBBI, definisi menurut para ahli, penerapan, manfaat, tantangan, hingga perspektif masa depan. Dengan demikian, diharapkan pembaca dapat memahami implikasi, strategi dan aspek-kritis dari penerapan IoT di lingkungan pendidikan.
Definisi Internet of Things
Definisi Internet of Things Secara Umum
Secara umum, IoT dapat dijelaskan sebagai sebuah konsep atau sistem di mana objek-fisik dilengkapi dengan sensor, aktuator, perangkat lunak, dan koneksi jaringan internet yang memungkinkan objek tersebut untuk mengirim dan menerima data secara otomatis, berkomunikasi dengan perangkat lain, atau beroperasi dalam sistem yang saling terhubung. Sebagai contoh, sebuah ruangan kelas yang dilengkapi sensor suhu dan kelembapan, terhubung ke sistem otomatis yang menyesuaikan kondisi ruangan secara real-time. Beberapa publikasi menyebutkan bahwa IoT merupakan jaringan perangkat fisik yang terhubung ke internet dan mampu mengumpulkan serta bertukar data secara otomatis. [Lihat sumber Disini - xlsmart.co.id]
Contoh konkret lainnya dalam pendidikan adalah sistem absensi berbasis sensor dan internet, ruang kelas pintar (smart classroom), atau perangkat wearable yang memantau aktivitas siswa. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
Definisi Internet of Things dalam KBBI
Menurut daftar istilah dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, IoT atau “internet untuk segala” masuk ke dalam ranah Teknologi Informasi sebagai “internet untuk segala”. [Lihat sumber Disini - pasti.kemdikbud.go.id]
Meski demikian, pencarian di situs resmi Badan Bahasa / Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring belum menampilkan entri lengkap yang menjabarkan elemen teknis IoT secara rinci. Sebagai referensi tambahan, “internet / internét / n Komp jaringan komunikasi elektronik yang menghubungkan jaringan komputer dan fasilitas komputer yang terorganisasi di seluruh dunia…” sesuai entri untuk “internet” dalam KBBI. [Lihat sumber Disini - kbbi.web.id]
Dengan demikian, definisi dalam konteks KBBI lebih bersifat makro yaitu “internet untuk segala” dan perlu dilengkapi dengan penjabaran teknis seperti yang dilakukan oleh literatur ilmiah.
Definisi Internet of Things Menurut Para Ahli
Beberapa ahli dan peneliti teknologi telah memberikan definisi dan pengertian tentang IoT yang dapat dijadikan rujukan. Berikut ini beberapa definisi penting:
- Kevin Ashton (1999), Ahli yang dikenal sebagai penggagas istilah “Internet of Things”, mendefinisikan IoT sebagai konsep yang bertujuan memperluas manfaat konektivitas internet yang tersambung secara terus-menerus, menghubungkan hampir semua perangkat (elektronik, sensor, perangkat lain) sehingga dapat saling bertukar data. [Lihat sumber Disini - aici-umg.com]
- Selay et al. (2022), Dalam penelitian yang memetakan pengertian IoT, disebutkan bahwa IoT adalah teknologi canggih yang menggunakan perangkat cerdas yang mampu bertukar data, terhubung secara wireless tanpa kabel, dan memiliki kemampuan komunikasi machine-to-machine (M2M). [Lihat sumber Disini - ojs.unida.ac.id]
- Hasanuddin & Gitakarma (dikutip dalam sebuah laporan akademik), Hasanuddin (2023) menyatakan bahwa secara keseluruhan IoT adalah objek di sekitar kita yang mampu saling berinteraksi melalui internet. Gitakarma (2022) menyebut bahwa IoT memungkinkan mesin-ke-mesin (M2M), manusia-ke-mesin, atau manusia-ke-manusia berkomunikasi melalui data internet, di mana setiap perangkat dilengkapi identifikasi unik, terhubung ke internet untuk mengirim atau menerima data berharga serta dapat merespons layanan tertentu. [Lihat sumber Disini - eprints.umm.ac.id]
- Rina Marlina dkk (2024), Dalam penelitian “Manfaat Integrasi IoT dalam Pengembangan Perangkat Lunak di Sektor Pendidikan” disebutkan bahwa integrasi IoT di sektor pendidikan mampu meningkatkan efisiensi operasional, otomatisasi pembelajaran, dan inovasi, namun menghadapi tantangan seperti keamanan data, kompleksitas teknis, dan keterbatasan infrastruktur. [Lihat sumber Disini - journal.pandawan.id]
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa IoT dalam konteks teknologi adalah jaringan terhubung secara terus-menerus antara perangkat fisik dan internet yang memungkinkan pengumpulan, pertukaran dan analisis data untuk menghasilkan layanan atau proses otomatis. Dalam konteks pendidikan, fokusnya adalah bagaimana sistem terhubung tersebut mendukung pembelajaran, manajemen pendidikan dan layanan pendidikan berbasis data.
Penerapan Internet of Things dalam Dunia Pendidikan
Untuk memahami bagaimana IoT diterapkan dalam dunia pendidikan, berikut beberapa subjudul penting yang menjabarkan penerapan spesifik, manfaat, tantangan dan strategi.
Smart Classroom dan Perangkat Interaktif
Penerapan IoT dalam ruang kelas pintar (smart classroom) adalah salah satu transformasi utama. Misalnya, sensor suhu dan kelembapan terhubung ke sistem otomatis agar kelas selalu nyaman; papan tulis digital interaktif yang terhubung dengan perangkat siswa; sistem absensi otomatis berbasis RFID atau pengenalan wajah yang terhubung ke database sekolah; perangkat wearable yang memantau aktivitas belajar siswa secara real-time. Menurut penelitian, ruang pembelajaran tidak lagi terbatas interaksi tatap muka antara guru dan siswa saja, tetapi didukung oleh ekosistem digital yang saling terhubung. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
Dalam konteks Indonesia, penelitian oleh M Yusuf (2023) menunjukkan bahwa IoT dalam pengelolaan fasilitas dan infrastruktur lembaga pendidikan Islam memberikan peluang baru untuk meningkatkan efisiensi dan manajemen sekolah. [Lihat sumber Disini - ejournal.unisbablitar.ac.id]
Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah
Selain pembelajaran, IoT juga diaplikasikan untuk manajemen fasilitas pendidikan. Contoh: sensor pintar yang memantau konsumsi listrik, suhu ruangan, penyalaan dan pemadaman otomatis; sistem keamanan terhubung (kamera + sensor gerak) yang dapat dipantau secara real-time; sistem pemeliharaan fasilitas berbasis data yang memprediksi kerusakan atau kebutuhan perawatan sebelum terjadi. Studi oleh M Mushofa dan A Cahyadi Maseri (2025) dalam Jurnal SIBATIK membahas pemanfaatan IoT untuk pembelajaran interaktif dan pengelolaan sarana-prasarana di lembaga pendidikan Islam. [Lihat sumber Disini - publish.ojs-indonesia.com]
Pemanfaatan tersebut dapat mengurangi beban administratif, meningkatkan efektivitas penggunaan ruang dan fasilitas, serta menciptakan lingkungan belajar yang lebih responsif terhadap kebutuhan siswa dan tenaga pendidik.
Personalisasi Pembelajaran Berbasis Data
Dengan koneksi IoT, sistem dapat mengumpulkan data interaksi siswa secara real-time (misalnya waktu aktivitas belajar, kehadiran, respon terhadap perangkat pembelajaran, kondisi fisik lingkungan belajar). Data tersebut kemudian dapat dianalisis untuk menyusun strategi pembelajaran yang lebih adaptif: misalnya guru dapat menyesuaikan metode pengajaran, memilih konten tambahan untuk siswa yang terlihat tertinggal atau memberi tantangan untuk siswa yang cepat menguasai materi. Dalam publikasi “IoT dalam Pendidikan” oleh Luhur Adi Prasetya (2025) disebut bahwa IoT memungkinkan pengalaman belajar yang lebih personal, adaptif dan berbasis data. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
Dalam kerangka pendidikan tinggi atau vokasi, penelitian oleh R Harianto (2025) menunjukkan integrasi IoT dalam pembelajaran sains diatur agar mahasiswa calon guru dapat memanfaatkan teknologi dalam praktik pedagogis mereka. [Lihat sumber Disini - newjournal.lppmunindra.ac.id]
Pembelajaran Jarak Jauh dan Hybrid yang Mendukung Mobilitas
Situasi pandemi COVID-19 memaksa lembaga pendidikan untuk mengadaptasi pembelajaran daring dan hybrid. Dalam kondisi seperti itu, IoT menjadi salah satu solusi untuk memperluas fleksibilitas: perangkat terhubung memungkinkan siswa belajar dari mana saja, guru memantau aktivitas belajar jarak jauh, dan institusi tetap menjalankan pemanfaatan ruang fisik serta virtual secara optimal. Laporan literatur internasional menunjukkan bahwa IoT adalah teknologi dasar untuk menciptakan “smart education” yang mendukung sistem pembelajaran tatap-muka maupun daring secara terintegrasi. [Lihat sumber Disini - arxiv.org]
Manfaat, Tantangan, dan Strategi Implementasi
Manfaat Utama
Beberapa manfaat penerapan IoT di dunia pendidikan antara lain:
- Meningkatkan efisiensi operasional sekolah atau institusi pendidikan (misalnya pemakaian fasilitas, otomatisasi manajemen, monitoring kondisi lingkungan belajar). [Lihat sumber Disini - journal.pandawan.id]
- Mendukung pembelajaran yang lebih interaktif, kontekstual dan berbasis data, sehingga meningkatkan keterlibatan siswa dan efektivitas pengajaran. [Lihat sumber Disini - jpti.journals.id]
- Memfasilitasi personalisasi pembelajaran dan adaptasi metode pengajaran sesuai kebutuhan siswa. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
- Mengoptimalkan manajemen fasilitas dan sarana, mengurangi biaya dan beban administratif. [Lihat sumber Disini - publish.ojs-indonesia.com]
Tantangan dan Hambatan
Di sisi lain, terdapat berbagai tantangan yang perlu dihadapi:
- Keterbatasan infrastruktur jaringan internet dan perangkat teknologi di banyak daerah, terutama di lingkungan sekolah dengan anggaran terbatas. [Lihat sumber Disini - journal.pandawan.id]
- Keamanan data dan privasi siswa: banyak perangkat IoT mengumpulkan data sensitif terkait aktivitas dan kondisi siswa, sehingga institusi pendidikan harus memastikan proteksi data yang memadai. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
- Kompleksitas teknis dan interoperabilitas perangkat: beragam perangkat dan protokol bisa menyebabkan kendala integrasi antar sistem. [Lihat sumber Disini - journal.pandawan.id]
- Kesiapan sumber daya manusia (guru, teknisi) untuk mengoperasikan sistem IoT serta integrasi pedagogis teknologi ke dalam kurikulum. [Lihat sumber Disini - repository.ipb.ac.id]
Strategi Implementasi Efektif
Agar implementasi IoT dalam pendidikan berjalan efektif, beberapa strategi yang dapat diterapkan adalah:
- Melakukan pilot project atau uji coba terbatas (misalnya satu ruang kelas, satu unit sarana) untuk kemudian dievaluasi dan diperluas secara bertahap.
- Melibatkan stakeholder (guru, teknisi, manajemen sekolah, siswa) dalam perencanaan dan implementasi agar adopsi teknologi lebih lancar dan relevan.
- Mengutamakan infrastruktur yang memadai (koneksi internet, perangkat IoT, sistem manajemen data) serta memastikan interoperabilitas.
- Membangun kebijakan keamanan data dan privasi yang jelas, termasuk pelatihan untuk guru dan teknisi sekolah tentang penggunaan dan proteksi data.
- Integrasi ke dalam kurikulum dan pedagogi: teknologi tidak hanya sebagai alat tambahan, melainkan sebagai bagian yang terencana dari strategi pembelajaran.
Kesimpulan
Penerapan Internet of Things dalam dunia pendidikan menyimpan potensi besar untuk mentransformasi proses pembelajaran, manajemen fasilitas, dan layanan pendidikan menjadi lebih efisien, adaptif, dan berbasis data. Dari definisi umum, definisi KBBI (yang menyebut “internet untuk segala”), hingga definisi menurut para ahli seperti Kevin Ashton dan peneliti pendidikan Indonesia, jelas bahwa IoT bukan sekadar teknologi tambahan, melainkan bagian dari ekosistem digital yang semakin melekat dalam pendidikan masa kini. Namun demikian, keberhasilan implementasi sangat tergantung pada kesiapan infrastruktur, kesiapan sumber daya manusia, keamanan data, dan strategi pedagogis yang tepat. Dengan pendekatan yang terencana dan berkelanjutan, IoT dapat menjadi salah satu elemen kunci dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif, relevan dengan zaman, dan mendukung kemajuan pendidikan di Indonesia.
