Terakhir diperbarui: 23 October 2025

Citation (APA Style):
Davacom. (2025, 23 October 2025). Metode Ilmiah: Definisi, Langkah, dan Contohnya. SumberAjar. Retrieved 12 November 2025, from https://sumberajar.com/kamus/metode-ilmiah-definisi-langkah-dan-contohnya 

Kamu menggunakan Mendeley? Add entry manual di sini.

Metode Ilmiah: Definisi, Langkah, dan Contohnya

Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia riset, kita sering mendengar istilah metode ilmiah. Istilah ini menunjukkan suatu cara atau prosedur yang sistematis untuk memperoleh pengetahuan  bukan sekadar “asal tahu”. Mengapa penting? Karena jika kita ingin hasil yang bisa dipercaya (valid), maka kita tidak bisa sembarangan mengambil kesimpulan tanpa proses. Artikel ini akan membahas secara mendalam: apa yang dimaksud dengan metode ilmiah, bagaimana langkah-langkahnya, dan juga diberikan contoh nyata penerapannya. Dengan memahami hal tersebut, diharapkan pembaca akan lebih paham bagaimana suatu penelitian ataupun kegiatan ilmiah dilakukan secara tertata dan dapat dijadikan rujukan sendiri ataupun sebagai konten edukasi yang menarik.


Definisi Metode Ilmiah

Di bagian ini kita akan menguraikan definisi metode ilmiah lewat tiga sudut pandang: secara umum, menurut KBBI, dan menurut para ahli.

Secara Umum

Secara umum, metode ilmiah dapat dipahami sebagai prosedur atau tata cara yang sistematis, logis, dan berdasarkan bukti empiris untuk memecahkan suatu masalah dan memperoleh pengetahuan. Sebagai contoh, sebuah artikel menyebut bahwa:

“Metode ilmiah adalah suatu prosedur atau cara pemecahan masalah dengan menggunakan langkah-langkah yang telah tersusun secara sistematis.” [Lihat sumber Disini]
Dan juga:
“Metode ilmiah adalah pendekatan sistematis yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian.” [Lihat sumber Disini]
Jadi, secara sederhana bisa dikatakan: metode ilmiah = “cara ilmiah” yang tertata untuk memperoleh pengetahuan yang dapat diuji dan dipertanggungjawabkan.

KBBI

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “metode” berarti cara, jalan, atau prosedur; sedangkan “ilmiah” berarti bersangkutan dengan ilmu atau cara memperoleh pengetahuan yang sistematis. Meskipun saya tidak menemukan entri tepat “metode ilmiah” dalam versi daring KBBI yang dibuka bebas, penjabaran ini sesuai dengan penggunaan umum dalam KBBI: bahwa pengetahuan yang disebut “ilmiah” harus diperoleh melalui cara yang sesuai dengan metode penelitian atau prosedur ilmiah.

Menurut Para Ahli

Berikut beberapa definisi dari para ahli (minimal empat) yang ditemukan dalam literatur/jurnal Indonesia.

1. Menurut Swantara (2015) seperti dikutip dalam Ramadani dkk. (2024):

“Metode ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.” [Lihat sumber Disini]

2. Menurut Rohmat Mulyana:

“Metode ilmiah tidak diragukan lagi merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk menemukan kebenaran ilmiah.” [Lihat sumber Disini]

3. Menurut Arturo Rosenblueth:

“Metoda ilmiah merupakan salah satu prosedur dan teknik yang digunakan semua ilmuwan dalam mempersiapkan dan mengembangkan cabang-cabang ilmu pengetahuan.” [Lihat sumber Disini]

4. Menurut Harold Titus:

“Metode ilmiah adalah proses dan tahapan di mana ilmu pengetahuan memperoleh pengetahuan.” [Lihat sumber Disini]

5. Menurut Suriasumantri (dalam Sinambela, 2014):

“Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Tidak semua pengetahuan disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara-caranya mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu.” [Lihat sumber Disini]

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa: metode ilmiah bukan sekadar cara acak, tetapi harus memenuhi karakteristik seperti sistematis, logis, empiris, dan dapat diuji serta diulang.

 

Langkah-Langkah Metode Ilmiah

Di bagian ini akan diuraikan secara lebih mendalam tahapan-tahapan utama yang umumnya digunakan dalam metode ilmiah, berdasarkan literatur Indonesia terkini. Tahapan ini bisa sedikit berbeda urutan atau namanya tergantung disiplin ilmu atau jenis penelitian, namun secara garis besar tetap mengikuti pola sistematis yang sama.

Menurut beberapa jurnal dan modul, tahapan umum tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Mengidentifikasi atau mengamati masalah
    Tahap awal ini sangat penting karena sebagai pintu masuk penelitian. Peneliti mengamati fenomena atau situasi yang memunculkan pertanyaan: “Mengapa ini terjadi?”, “Apa yang berubah?”, “Apa yang belum dipahami?” Misalnya pengamatan awal terhadap perilaku tanaman yang tumbuh lambat, atau rendahnya hasil belajar siswa pada topik tertentu. Observasi ini menyediakan dasar empiris untuk langkah‐selanjutnya.
    [Lihat sumber Disini]

  2. Merumuskan masalah (termasuk pertanyaan penelitian atau hipotesis)
    Setelah mengamati masalah, peneliti harus merumuskan dengan jelas apa yang ingin diteliti. Rumusan masalah biasanya berupa pertanyaan penelitian yang spesifik dan jelas, seperti “Apakah intensitas cahaya memengaruhi laju pertumbuhan tanaman X?” atau “Apakah metode pembelajaran aktif meningkatkan pemahaman siswa dibanding metode ceramah?” Tahap ini juga bisa mencakup penyusunan hipotesis — dugaan sementara yang akan diuji. [Lihat sumber Disini]

  3. Studi kepustakaan atau mengumpulkan literatur terkait
    Peneliti perlu mencari dan mempelajari penelitian-sebelumnya, teori-terkait, dan literatur yang relevan untuk memahami apa yang sudah diketahui, dan dimana gap penelitian berada. Tahap ini membantu memperkuat latar belakang teori dan membentuk kerangka konseptual penelitian. Tanpa studi kepustakaan yang baik, rumusan masalah maupun hipotesis bisa kurang kokoh. [Lihat sumber Disini]

  4. Menyusun hipotesis (jika diperlukan)
    Untuk penelitian kuantitatif atau penelitian eksperimental, peneliti biasanya merumuskan hipotesis sebagai pernyataan dugaan sementara yang akan diuji kebenarannya. Hipotesis ini berfungsi sebagai pemandu penelitian: apa yang akan dijalankan, diukur, dan dievaluasi. Meski demikian, ada penelitian kualitatif yang mungkin tidak menggunakan hipotesis eksplisit. [Lihat sumber Disini]

  5. Merancang rancangan atau metode penelitian/eksperimen
    Dalam tahap ini peneliti menentukan bagaimana penelitian akan dilaksanakan: metode apa yang dipakai (eksperimen, survei, studi kasus, observasi), siapa sampel atau objeknya, variabel apa yang akan diukur, alat atau instrumen apa yang digunakan, serta prosedur pengumpulan data. Semua ini dirancang agar hasilnya valid dan reliabel. [Lihat sumber Disini]

  6. Mengumpulkan dan mengolah data (melakukan eksperimen atau observasi)
    Setelah rancangan siap, peneliti melakukan pengumpulan data sesuai prosedur yang ditetapkan: bisa melalui eksperimen di laboratorium, observasi di lapangan, survei kuesioner, wawancara, atau kombinasi. Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah mengolah atau mempersiapkan data supaya siap dianalisis (melakukan pengolahan statistik, tabulasi, coding, dsb.). [Lihat sumber Disini]

  7. Menganalisis dan menafsirkan data
    Data yang telah dikumpulkan diproses dan dianalisis untuk menilai apakah hipotesis diterima atau ditolak (pada penelitian kuantitatif) atau menafsirkan temuan-temuan dan maknanya (pada penelitian kualitatif). Peneliti menafsirkan hasil dalam konteks teori dan literatur yang telah dipelajari sebelumnya serta mempertimbangkan implikasi dari hasil penelitian. [Lihat sumber Disini]

  8. Menarik kesimpulan dan melaporkan hasil penelitian
    Tahapan akhir adalah mengumpulkan semua temuan, mengaitkan dengan rumusan masalah/hipotesis awal, menyimpulkan apa yang ditemukan, dan membuat laporan penelitian atau artikel ilmiah yang sesuai standar akademik. Laporan ini dilengkapi dengan pembahasan, rekomendasi, serta keterbatasan penelitian—sehingga penelitian dapat digunakan sebagai acuan atau dasar untuk penelitian selanjutnya. [Lihat sumber Disini]

Untuk perincian yang sedikit berbeda namun menunjukkan pola yang sama, misalnya sebuah modul menyebutkan urutan:

  • Merumuskan masalah →

  • Mengadakan studi kepustakaan →

  • Merumuskan hipotesis →

  • Menguji hipotesis →

  • Mengumpulkan data →

  • Menganalisis dan menafsirkan data →

  • Penarikan kesimpulan. [Lihat sumber Disini]

Catatan penting: Urutan atau jumlah langkah bisa berbeda-beda tergantung bidang ilmu atau jenis penelitian. Misalnya penelitian kualitatif bisa punya tahapan yang lebih fleksibel (termasuk iterasi antara observasi & analisis). Namun yang paling utama adalah bahwa langkah-langkah tersebut dilakukan secara sistematis, terstruktur, dan terukur — bukan asal-asalan. Hal ini penting agar hasil penelitian dapat dipercaya, dapat diuji ulang, dan berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan.

 

Contoh Penerapan Metode Ilmiah

Untuk memperjelas, berikut adalah contoh bagaimana metode ilmiah bisa diterapkan dalam skenario riset atau eksperimen sederhana:

Contoh 1: Penelitian di Laboratorium Sains

Misalkan peneliti ingin mengetahui pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan tanaman. Maka langkahnya bisa:

  1. Identifikasi masalah: “Apakah intensitas cahaya memengaruhi laju pertumbuhan tanaman A?”

  2. Rumuskan hipotesis: “Jika tanaman diberi intensitas cahaya lebih tinggi, maka laju pertumbuhan akan lebih cepat.”

  3. Tinjau literatur: baca penelitian sebelumnya tentang pengaruh cahaya terhadap tanaman.

  4. Rancangan eksperimen: pilih beberapa tanaman yang identik, atur intensitas cahaya berbeda, kontrol variabel lain (air, nutrisi).

  5. Kumpulkan data: ukur tinggi tanaman setiap hari selama misalnya 2 minggu.

  6. Analisis data: bandingkan rata-rata laju pertumbuhan antar kelompok intensitas.

  7. Kesimpulan: Apakah data mendukung hipotesis atau tidak? Laporkan hasil dan implikasi.

Contoh 2: Studi Pendidikan

Misalkan guru ingin mengetahui efektivitas metode pembelajaran aktif dibanding ceramah dalam meningkatkan pemahaman siswa. Langkahnya:

  • Identifikasi masalah: siswa kurang memahami konsep X menggunakan ceramah.

  • Rumuskan hipotesis: “Metode pembelajaran aktif akan meningkatkan skor pemahaman konsep X dibanding metode ceramah.”

  • Studi literatur: cari jurnal pendidikan terkait pembelajaran aktif.

  • Rancangan penelitian: pilih dua kelas sebagai sampel, satu kelas menggunakan pembelajaran aktif, satu kelas ceramah.

  • Kumpulkan data: pre-test & post-test skor pemahaman.

  • Analisis: bandingkan peningkatan skor antar kelompok.

  • Kesimpulan: apakah pembelajaran aktif lebih efektif? Jika ya, rekomendasi untuk sekolah.

Contoh-contoh tersebut memperlihatkan bagaimana “metode ilmiah” bukan sekadar teori, tapi benar-benar diterapkan dalam riset yang mempunyai langkah dan prosedur yang jelas.


Kesimpulan

Metode ilmiah adalah fondasi yang sangat penting dalam penelitian maupun aktivitas keilmuan. Dari definisi secara umum, lewat KBBI, hingga definisi menurut para ahli, dapat dilihat bahwa metode ini harus memenuhi karakteristik seperti sistematis, logis, empiris, dan dapat diuji.
Tahapan-tahapan yang digunakan (mulai dari identifikasi masalah hingga pelaporan hasil) memberikan kerangka agar penelitian dapat dilaksanakan secara tertata dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Penerapan metode ilmiah, baik dalam eksperimen sains maupun penelitian sosial-pendidikan, menunjukkan bahwa metode ini tidak hanya bersifat abstrak tetapi sangat konkret dalam praktek.
Bagi siapa saja yang ingin melakukan penelitian atau hanya ingin memahami bagaimana ilmu dibangun  memahami metode ilmiah adalah langkah awal yang wajib. Semoga artikel ini membantu meningkatkan pemahaman dan bisa dijadikan rujukan konten edukasi yang menarik.

 

Artikel ini ditulis dan disunting oleh tim redaksi SumberAjar.com berdasarkan referensi akademik Indonesia.

Pertanyaan Umum (FAQ)

Metode ilmiah adalah cara atau prosedur sistematis yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan berdasarkan bukti empiris dan logika rasional. Melalui langkah-langkah teratur seperti pengamatan, perumusan hipotesis, eksperimen, dan analisis, metode ilmiah memastikan bahwa hasil penelitian dapat diuji dan dipercaya.

Langkah-langkah metode ilmiah umumnya meliputi: 1) mengidentifikasi masalah, 2) merumuskan hipotesis, 3) melakukan studi literatur, 4) melakukan eksperimen atau pengumpulan data, 5) menganalisis hasil, dan 6) menarik kesimpulan. Setiap langkah dilakukan secara sistematis untuk menjamin keakuratan hasil penelitian.

Contoh penerapan metode ilmiah adalah penelitian tentang pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman. Peneliti melakukan observasi, membuat hipotesis, melakukan percobaan dengan variasi intensitas cahaya, lalu menganalisis data pertumbuhan tanaman untuk menarik kesimpulan yang dapat diuji secara ilmiah.

Metode ilmiah penting karena memberikan dasar yang terstruktur, objektif, dan rasional dalam proses penelitian. Dengan mengikuti metode ilmiah, hasil penelitian menjadi lebih valid, dapat diuji ulang, dan diakui secara akademik sebagai bagian dari pengembangan ilmu pengetahuan.