Metafisika Pengetahuan: Hubungannya dengan Ilmu
Pendahuluan
Kajian filsafat selama berabad-abad telah menelusuri secara mendalam bagaimana manusia memahami “yang ada” dan bagaimana pengetahuan terbentuk. Salah satu cabang filsafat yang signifikan dalam konteks ini adalah Metafisika, yaitu studi tentang hakikat keberadaan, realitas, dan apa yang melampaui pengalaman langsung. Dalam ranah lain, terdapat pula konsep Epistemologi atau teori pengetahuan yang menelaah bagaimana manusia memperoleh, membenarkan, dan menggunakan pengetahuan. Artikel ini akan mengkaji Metafisika Pengetahuan dan bagaimana ia berhubungan dengan ilmu (pengetahuan ilmiah), dengan struktur sebagai berikut: definisi umum, definisi menurut KBBI, definisi menurut para ahli, kemudian pembahasan tentang hubungan metafisika dengan ilmu dan implikasinya bagi pengembangan ilmu pengetahuan, hingga akhirnya kesimpulan.
Definisi Metafisika Pengetahuan
Definisi Metafisika secara Umum
Secara umum, metafisika merupakan cabang filsafat yang menyelidiki hakikat realitas serta eksistensi sesuatu di balik fenomena yang tampak. Sebagaimana dikemukakan dalam kajian filsafat, metafisika mencakup persoalan-apa yang disebut “being as being”, atau keberadaan sebagai keberadaan, serta kategori-kategori paling dasar dari segala yang ada. [Lihat sumber Disini - ejurnal.iaipd-nganjuk.ac.id] Dalam konteks pengetahuan, maka “metafisika pengetahuan” bisa diartikan sebagai refleksi filosofis terhadap kondisi, struktur, serta asas-terpendam yang memungkinkan pengetahuan itu muncul, misalnya: apakah realitas memiliki struktur yang memungkinkan kita untuk mengetahui, atau apakah ada satu aspek fundamental dari pengetahuan itu sendiri yang bersifat metafisis.
Definisi Metafisika dalam KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “metafisika” diartikan sebagai “ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hal-hal yang nonfisik atau tidak kelihatan”. [Lihat sumber Disini - kbbi.web.id] Dengan demikian, metafisika dalam KBBI menekankan aspek yang “tak tampak” atau non-fisik dari pengetahuan dan realitas,sehingga ketika dikaitkan dengan pengetahuan manusia, metafisika hadir sebagai lapisan pemikiran di balik pengetahuan yang empiris.
Definisi Metafisika Menurut Para Ahli
Beberapa pemikir filsafat telah memberikan definisi atau pemahaman tentang metafisika yang relevan dengan tema pengetahuan. Berikut ini empat di antaranya:
- Immanuel Kant (1724-1804) memahami metafisika sebagai “ilmu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip akal budi murni (apriori) yang memungkinkan segala jenis pengetahuan mengenai objek-objek empiris”. Dalam tulisan “Kembali ke Kant: Metafisika, Sains, dan Proyek Filsafat” disebutkan bahwa objek metafisika menurut Kant bukanlah obyek eksternal yang melampaui indra, tetapi obyek internal akal budi yang memungkinkan pengetahuan. [Lihat sumber Disini - jurnaldekonstruksi.id]
- Rizal Mustansyir menegaskan bahwa metafisika sebagai akar dari pohon ilmu pengetahuan: metafisika adalah akar, yang menopang berbagai cabang ilmu, sebagaimana dikatakan bahwa “ilmu pengetahuan sangat terdukung (baik langsung maupun tidak) oleh metafisika”. [Lihat sumber Disini - media.neliti.com]
- Dalam konteks Islam, Allamah Sayyid Mohammad Hossein Tabataba’i (1930-1981) dalam tradisi tafsir-metafisika melihat bahwa metafisika adalah kajian tentang hakikat yang ada di balik fisika, termasuk realitas Tuhan, ciptaan, dan hubungan manusia dengan Yang Maha Ada. Sebagai contoh, artikel “Fenomena-Fenomena Metafisika Dalam Al Qur’an” menyebut definisi ini secara eksplisit. [Lihat sumber Disini - journal.aripafi.or.id]
- Ulpiyana Ulpiyana dalam artikel “Pemikiran Ibn Tufail tentang Pengetahuan Metafisika…” menggarisbawahi bahwa pengetahuan metafisika adalah jalan dan bukti eksistensi manusia yang selalu berkembang dan bercabang-cabang, meskipun tidak sempurna. [Lihat sumber Disini - jurnal.radenfatah.ac.id]
Dengan demikian, metafisika dalam sudut pandang para ahli bukan sekadar “ilmu tentang yang tak tampak”, melainkan juga landasan ontologis dan epistemologis bagi pengetahuan dan ilmu.
Hubungan Metafisika dengan Ilmu
Asas-Metafisika Ilmu
Setiap ilmu pengetahuan memiliki landasan yang lebih mendasar: asumsi tentang realitas, tentang ada dan eksistensi, tentang keteraturan alam. Landasan ini sering bersifat metafisis. Sebagai contoh, dalam kajian “Filsafat Ilmu dalam Pengembangan …” disebutkan bahwa filsafat (yang memuat metafisika) adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya metafisika, logika, retorika, etika. [Lihat sumber Disini - ejournal.uncm.ac.id] Dengan demikian, ilmu tidak berdiri lepas dari metafisika; setiap ilmu mempunyai posisi metafisis yang mendalam: apakah realitas hanya materi, apakah pengetahuan hanya bersumber dari indra, atau apakah ada bentuk pengetahuan yang bersifat apriori.
Metafisika sebagai Pra-Syarat Pengetahuan Ilmiah
Dalam artikel “Metafisika, Epistemologi, Metodologi…” disebutkan bahwa epistemologi (teori pengetahuan) dan metode ilmiah seringkali bergantung pada asumsi-metafisis: bagaimana sumber pengetahuan, bagaimana metode, apa yang dianggap realitas dan kebenaran. [Lihat sumber Disini - ejournal.sembilanpemuda.id] Sebagai contoh, sebuah ilmu empiris hanya memungkinkan jika diasumsikan bahwa realitas itu dapat diamati, bahwa penyebab dan akibat berlaku, bahwa kebenaran dapat diverifikasi, asumsi-asumsi tersebut adalah metafisis. Maka metafisika menjadi semacam landasan ontologis dan epistemologis bagi ilmu.
Dampak Metafisika bagi Perkembangan Ilmu
Hubungan antara metafisika dan ilmu juga dinyatakan dalam kajian yang menunjukkan bahwa ilmu tanpa refleksi metafisis berpotensi kehilangan arah kritisnya. Sebagai contoh, artikel “Integrasi Metafisika Islam dan Sains” menegaskan bahwa pemisahan antara ilmu pengetahuan dan aspek moral-spiritual (yang sering dianggap metafisis) menciptakan dilema dalam pengembangan sains modern. [Lihat sumber Disini - ejournal.badrussholeh.ac.id] Apabila aspek metafisis diabaikan, maka ilmu cenderung menjadi sekadar instrument teknis tanpa refleksi terhadap makna, asal-usul, dan tujuan pengetahuan itu sendiri.
Tantangan dan Kritik: Metafisika vs Ilmu Empiris
Ada kritik yang menyatakan bahwa metafisika terlalu abstrak, tidak dapat diverifikasi secara ilmiah, sehingga berada di luar domain ilmu empiris. Ini muncul dalam artikel terkait Kant yang menyatakan bahwa pengetahuan yang melampaui indra tidak mungkin menjadi subjek pengetahuan ilmiah. [Lihat sumber Disini - jurnaldekonstruksi.id] Oleh karena itu, tantangan bagi hubungan metafisika-ilmu adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara refleksi metafisis dan metode empiris agar ilmu tetap valid, relevan, dan bermakna.
Implikasi untuk Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Kebutuhan Metafisis dalam Pendidikan Ilmu
Dalam pendidikan ilmu, pemahaman tentang landasan metafisis dapat membantu mahasiswa dan peneliti untuk menyadari bahwa ilmu bukan hanya teknis atau utilitarian, tetapi juga memiliki dimensi refleksi tentang keberadaan, kebenaran, dan nilai. Dengan demikian, kurikulum ilmu pengetahuan dapat memasukkan aspek filsafat dan metafisika agar menghasilkan ilmuwan yang bukan hanya “teknokrat” tetapi juga pemikir kritis.
Keterhubungan antar-Disiplin Ilmu
Karena metafisika menanyakan pertanyaan paling dasar (apa yang ada, bagaimana kita mengetahui, apa hakikat pengetahuan), maka pengembangan ilmu antardisiplin (interdisciplinary) akan terbantu bila dikaitkan dengan refleksi metafisis. Ilmu alam, ilmu sosial, humaniora, semua memerlukan landasan metafisis yang membuatnya dapat saling berkomunikasi dan menghindari fragmentasi ilmu yang hanya fokus pada teknik.
Tantangan Kontemporer: Sains, Teknologi dan Metafisika
Dalam era digital dan sains sangat maju, muncul tantangan baru: bagaimana ilmu pengetahuan menghadapi realitas virtual, kecerdasan buatan, big data, perubahan cepat, serta dampak etis-filosofis. Dalam konteks ini, metafisika pengetahuan membantu untuk mempertanyakan: apa yang disebut “pengetahuan” ketika data makin besar; apa hakikat realitas ketika simulasi komputer sangat kuat; bagaimana manusia memahami dirinya di antara teknologi. Refleksi metafisis ini bukan sekadar pelengkap, tetapi bisa menjadi pemandu bagi ilmu agar tetap manusiawi dan bermakna.
Kesimpulan
Metafisika pengetahuan adalah kajian filosofis yang mendalam terhadap landasan, struktur, dan kondisi yang memungkinkan pengetahuan, terutama pengetahuan ilmiah, muncul dan berkembang. Dari definisi umum, definisi dalam KBBI, hingga definisi menurut para ahli, kita melihat bahwa metafisika bukan hanya tentang “yang tak tampak”, tetapi tentang apa yang memungkinkan kita mengenal realitas dan membangun ilmu. Hubungannya dengan ilmu sangat erat: tanpa landasan metafisis, ilmu bisa kehilangan arah; namun jika hanya metafisis tanpa metodologi ilmiah, ia bisa kehilangan kekonkretan. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang bermakna, edukasi dan penelitian perlu memasukkan refleksi metafisis agar ilmu tidak hanya menjadi alat teknis, tetapi tetap bermakna dalam konteks eksistensi, nilai, dan kemanusiaan.
