Penggunaan AI dalam Penulisan Akademik
Pendahuluan
Perkembangan teknologi digital yang semakin pesat telah membuka babak baru dalam banyak aktivitas akademik, salah satunya dalam bidang penulisan ilmiah atau akademik. Teknologi seperti ChatGPT, Grammarly, dan berbagai perangkat berbasis kecerdasan buatan (AI) kini menunjukkan daya guna yang cukup signifikan dalam membantu proses penulisan, mulai dari penyusunan kerangka tulisan, pengecekan tata bahasa, hingga pengolahan data referensi. Misalnya, sebuah studi di Indonesia menunjukkan bahwa AI paling sering digunakan oleh mahasiswa untuk menyusun kerangka tulisan, melakukan parafrase, dan memeriksa tata bahasa. [Lihat sumber Disini - journal.unpas.ac.id]
Namun demikian, muncul pula sejumlah persoalan terkait aspek etika, orisinalitas, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis yang dapat terpengaruh oleh ketergantungan terhadap teknologi ini. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami secara mendalam bagaimana penggunaan AI dalam konteks penulisan akademik sebaiknya dilakukan,apa definisinya, bagaimana landasannya secara konseptual, manfaat dan tantangannya, hingga implikasi dan rekomendasinya. Artikel ini akan membahas “Penggunaan AI dalam Penulisan Akademik” dengan struktur: definisi (umum, KBBI, menurut para ahli), kemudian bahasan aspek-aspek terkait, dan diakhiri dengan kesimpulan.
Definisi Penggunaan AI dalam Penulisan Akademik
Definisi Penggunaan AI dalam Penulisan Akademik Secara Umum
Penggunaan AI dalam penulisan akademik dapat dipahami sebagai penerapan atau pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mendukung segala tahap proses penulisan akademik,mulai dari pengumpulan ide, penyusunan kerangka, penulisan draf, pengecekan bahasa, hingga publikasi. Dalam konteks ini, “penulisan akademik” merujuk pada aktivitas menulis dalam lingkungan pendidikan atau riset yang menggunakan kaidah ilmiah, seperti artikel jurnal, tugas akhir, laporan penelitian, makalah konferensi, atau disertasi. Misalnya, studi oleh Rahayu (2024) menyebut bahwa “Alat-alat seperti Grammarly, ChatGPT, … banyak digunakan oleh peneliti untuk meningkatkan efisiensi, akurasi, dan produktivitas penulisan.” [Lihat sumber Disini - ejournal.iwi.or.id]
Dengan demikian, secara umum penggunaan AI dalam penulisan akademik mempertemukan dua domain: (1) domain penulisan akademik (yang bersifat formal, sistematis, dan berbasis penelitian) dan (2) domain teknologi AI (yang menawarkan otomasi, bantuan analitik, dan pengolahan data/teks secara cerdas).
Definisi Penggunaan AI dalam Penulisan Akademik menurut KBBI
Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dalam entri kata “kecerdasan artifisial” atau “kecerdasan buatan” di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisinya adalah: “program komputer dalam meniru kecerdasan manusia, seperti mengambil keputusan, menyediakan dasar penalaran, dan karakteristik manusia lainnya.” [Lihat sumber Disini - detik.com]
Berdasarkan itu, maka “penggunaan AI” dapat dipadankan secara sederhana sebagai penggunaan program komputer yang memiliki kemampuan menyerupai aspek kecerdasan manusia, dalam hal ini diterapkan pada “penulisan akademik”. Jadi, definisi menurut KBBI menunjukkan bahwa teknologi yang dimanfaatkan adalah yang “meniru kecerdasan manusia”, misalnya memproses bahasa, menalar argumen, menyediakan rekomendasi.
Walaupun dalam KBBI tidak secara spesifik menjabarkan “penggunaan AI dalam penulisan akademik”, namun definisi tersebut memasok landasan terminologis untuk memahami istilah yang digunakan.
Definisi Penggunaan AI dalam Penulisan Akademik menurut Para Ahli
Untuk memperkaya pemahaman, berikut beberapa definisi dari para ahli yang relevan:
- Swales & Feak (dalam panduan menulis akademik) menyatakan bahwa tulisan akademik “adalah produk dari banyak pertimbangan, seperti pembaca, tujuan, organisasi, gaya, alur, dan presentasi”, yang menegaskan bahwa tulisan akademik memiliki konvensi tersendiri. [Lihat sumber Disini - akademik.fisipol.ugm.ac.id]
Dengan demikian, ketika AI digunakan dalam penulisan akademik, ia harus memasuki domain yang memiliki struktur dan konvensi tersebut. - Pujiono menjelaskan bahwa menulis akademik “tidak sekedar melukiskan simbol-simbol saja, tetapi juga mengungkapkan pikiran, ide, gagasan, dan argumen ke dalam bahasa tulis …” dan bahwa karakteristik tulisan akademik meliputi: logis, sistematis, objektif, tuntas, jelas, dan dapat diuji kebenarannya. [Lihat sumber Disini - pdfs.semanticscholar.org]
Maka penggunaan AI dalam konteks ini hendaknya mendukung karakteristik tersebut, bukan hanya menghasilkan teks secara cepat. - Rahman Reva, Risqy, dan Haliq (2025) dalam penelitian mereka tentang “Integrasi AI dalam Penulisan Karya Ilmiah dan Dampaknya Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis” menyebut bahwa AI paling sering digunakan untuk menyusun kerangka tulisan, melakukan parafrase, dan memeriksa tata bahasa; namun kualitas tulisan yang melibatkan AI masih dipertanyakan dari sisi keaslian, kedalaman analisis, dan keterkaitan gagasan. [Lihat sumber Disini - journal.unpas.ac.id]
- Afifa RM dan kolega (2025) dalam “Pemanfaatan AI … bagi Mahasiswa” menyatakan bahwa meskipun AI dapat membantu produksi tulisan, masih terdapat hambatan teknis, etika, dan kompetensi pengguna yang mesti diperhatikan. [Lihat sumber Disini - plus62.isha.or.id]
Berdasarkan beberapa definisi ini, maka dapat dirumuskan:
Penggunaan AI dalam penulisan akademik adalah penerapan teknologi kecerdasan buatan untuk mendukung proses penulisan ilmu pengetahuan atau ilmiah,dengan tetap berpegang pada kaidah dan karakteristik penulisan akademik,yang mencakup pengembangan ide, penyusunan struktur, pemilihan bahasa, dan verifikasi/revisi teks, namun juga menimbulkan tantangan terkait orisinalitas, etika, dan analisis kritis.
Manfaat Penggunaan AI dalam Penulisan Akademik
Peningkatan Efisiensi dan Produktivitas
Salah satu manfaat utama adalah kemampuan AI mempercepat berbagai tugas penulisan yang sebelumnya memakan waktu cukup besar. Misalnya, dalam penelitian Rahayu (2024) disebut bahwa AI memberikan bantuan seperti pemeriksaan tata bahasa otomatis, parafrase, serta penyusunan kerangka tulisan. [Lihat sumber Disini - ejournal.iwi.or.id]
Dengan demikian, penulis akademik dapat lebih cepat menyelesaikan draf awal, mengurangi waktu revisi manual, dan memfokuskan lebih banyak energi ke aspek analisis atau pemikiran dibanding sekadar teknis penulisan.
Peningkatan Kualitas Bahasa dan Gaya Penulisan
AI seperti Grammarly atau ChatGPT membantu memperbaiki kesalahan tata bahasa, ejaan, pilihan diksi, dan alur kalimat. Sebuah studi mendapati bahwa mayoritas mahasiswa merasa terbantu secara signifikan oleh penggunaan AI dalam memperbaiki struktur kalimat dan grammar. [Lihat sumber Disini - ojs.unida.ac.id]
Dengan perbaikan aspek teknis ini, tulisan bisa menjadi lebih mudah dibaca, lebih profesional, dan memenuhi standar akademik yang lebih tinggi.
Dukungan terhadap Pengembangan Ide dan Kerangka
AI bukan hanya alat koreksi, tetapi juga dapat membantu penulis dalam fase awal,misalnya menyediakan saran ide, membantu penyusunan kerangka, dan memfasilitasi brainstorming. Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa AI digunakan oleh mahasiswa untuk menyusun kerangka dan melakukan parafrase. [Lihat sumber Disini - journal.unpas.ac.id]
Hal ini signifikan terutama bagi penulis yang terkendala ide awal atau struktur tulisan, karena AI dapat menjadi “mitra” awal dalam proses kreatif.
Penyediaan Dukungan Referensi dan Pencarian Sumber
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa AI mulai memainkan peran dalam membantu penulis mencari literatur, mengorganisir sitasi serta daftar pustaka, dan melacak plagiarisme. Misalnya, Abbas (2023) mencatat bahwa AI berperan dalam pencarian jurnal, referensi, sitasi, pengawasan plagiasi, dan penyusunan daftar pustaka. [Lihat sumber Disini - jurnal.fkip.unismuh.ac.id]
Dengan demikian, AI membantu memperbaiki “backend” penulisan akademik yang sering kali memakan waktu, seperti pengumpulan referensi dan verifikasi keaslian.
Tantangan dan Risiko Penggunaan AI dalam Penulisan Akademik
Risiko Ketergantungan dan Menurunnya Kemampuan Mandiri
Meski AI menawarkan efisiensi, ada risiko bahwa penulis menjadi terlalu bergantung pada teknologi sehingga kemampuan berpikir mandiri dan menulis secara kreatif atau kritis bisa menurun. Studi Rahman Reva et al. (2025) menunjukkan bahwa kualitas tulisan yang melibatkan AI masih dipertanyakan dari aspek keaslian dan kedalaman analisis. [Lihat sumber Disini - journal.unpas.ac.id]
Ketergantungan berlebihan akan memperlemah proses internalisasi pengetahuan, sebab penulis bisa saja melewatkan proses pemikiran kritis sendiri karena “mengandalkan” saran AI.
Isu Orisinalitas, Plagiarisme, dan Etika Akademik
Penggunaan AI dalam penulisan akademik turut menimbulkan problem etika: siapa yang menjadi penulis utama ketika AI membuat bagian besar dari teks? Apakah hasilnya masih bisa disebut “orisinil”? Apakah plagiarisme bersifat hanya salin-tempel atau juga penggunaan AI secara tak tepat? Penelitian Rahayu (2024) menyebut risiko plagiarisme dan atribusi penulisan sebagai tantangan signifikan. [Lihat sumber Disini - ejournal.iwi.or.id]
Institusi akademik belum semuanya memiliki pedoman jelas terkait penggunaan AI, sehingga muncul kekhawatiran bahwa AI bisa “membantu menulis” tetapi melanggar integritas akademik.
Tantangan Kompetensi Pengguna dan Pemahaman Teknologi
Meski AI tersedia, banyak penulis atau mahasiswa yang belum memiliki kompetensi teknis atau pemahaman yang memadai untuk memanfaatkannya secara optimal. Studi di sekolah menengah menunjukkan bahwa guru masih kesulitan menggunakan alat bantu AI karena kurangnya pelatihan. [Lihat sumber Disini - jamsi.jurnal-id.com]
Tanpa pemahaman yang cukup, AI bisa digunakan secara asal, sehingga hasilnya kurang maksimal atau bahkan bermasalah.
Masalah Algoritma, Bias, dan Transparansi
Teknologi AI juga tidak bebas dari bias: bagaimana AI memproses data, dari mana model dilatih, dan bagaimana ia memilih saran teks? Penelitian Rahayu (2024) mengidentifikasi “bias algoritma” sebagai salah satu implikasi penting. [Lihat sumber Disini - ejournal.iwi.or.id]
Dengan demikian, penggunaan AI perlu disertai pemahaman kritis terhadap bagaimana teknologi itu bekerja serta bagaimana penggunaannya bisa dijamin adil dan transparan.
Implikasi Penggunaan AI dalam Penulisan Akademik
Untuk Penulis dan Mahasiswa
Bagi penulis akademik (mahasiswa, peneliti, dosen), penggunaan AI dapat mengubah dinamika proses penulisan: proses lebih efisien, tetapi memerlukan pengelolaan yang bijak. Mahasiswa misalnya bisa menggunakan AI untuk mengecek bahasa dan menyusun kerangka, namun mereka tetap harus memastikan analisis mereka sendiri, argumen orisinal, dan struktur yang logis.
Dalam jangka panjang, penulis juga perlu mengembangkan kompetensi “penulisan dengan AI”, yaitu memahami kapan dan bagaimana menggunakan AI, dan kapan harus menolak saran agar tetap mempertahankan suara penulis dan kreativitas pribadi.
Untuk Institusi Akademik dan Kebijakan
Institusi pendidikan tinggi dan jurnal akademik perlu menyusun kebijakan dan panduan yang jelas terkait penggunaan AI dalam penulisan: misalnya aturan deklarasi penggunaan AI, pedoman etika, pelatihan literasi AI untuk penulis, serta monitoring kualitas tulisan yang dihasilkan. Sebuah studi internasional menunjukkan 77 % dari penggunaan AI dalam tulisan akademik merupakan untuk peningkatan keterbacaan, sementara hanya 22 % untuk pengecekan tata bahasa, menunjukkan dominasi fungsi tertentu dari AI. [Lihat sumber Disini - arxiv.org]
Dengan adanya pedoman, maka integritas penulisan akademik tetap dapat dijaga di tengah adopsi teknologi yang meningkat.
Untuk Dunia Publikasi dan Riset
Adopsi AI dalam penulisan akademik juga mempengaruhi dinamika publikasi: dari segi kecepatan, volume tulisan, dan kemungkinan perubahan standar peer-review. Teknologi AI bisa mempercepat penulisan dan editing, sehingga jumlah publikasi bisa meningkat. Namun jika tidak diimbangi dengan kontrol kualitas, maka risiko “publikasi massal” tanpa pemikiran mendalam muncul.
Penelitian bibliometrik menunjukkan bahwa adopsi AI dalam banyak bidang telah sangat cepat dan luas, termasuk sosial, humaniora, dan sains terapan. [Lihat sumber Disini - arxiv.org]
Ini menandakan bahwa perubahan sistemik sedang berlangsung, sehingga stakeholder (peneliti, editor, institusi) perlu adaptif terhadap kondisi baru.
Praktik Baik dalam Menggunakan AI untuk Penulisan Akademik
Berikut beberapa pedoman praktis yang dapat dijadikan acuan:
- Gunakan AI sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti penulis. Artinya, penulis tetap aktif dalam mengembangkan ide, argumen, dan analisis.
- Perjelas bagian mana yang dihasilkan atau dibantu oleh AI, misalnya bagian penyuntingan bahasa, kerangka, atau pengecekan fakta, dan pastikan bahwa kontribusi penulis tetap dominan.
- Pelatihan literasi teknologi AI bagi penulis agar mereka memahami cara kerja tool, kelebihan dan keterbatasannya.
- Ikuti pedoman etika dan deklarasi penggunaan AI yang disyaratkan oleh institusi atau jurnal.
- Lakukan verifikasi manual terhadap output AI,termasuk memeriksa keaslian (plagiarisme), keakuratan referensi, relevansi argumen, dan gaya penulisan yang sesuai dengan komunitas akademik.
- Kembangkan budaya penulisan yang tetap menekankan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan analisis mendalam, agar teknologi AI tidak mengakibatkan penurunan kualitas penulisan akademik.
Kesimpulan
Penggunaan AI dalam penulisan akademik adalah fenomena yang tak terhindarkan di era digital ini. Teknologi ini menawarkan manfaat nyata, seperti efisiensi waktu, peningkatan kualitas bahasa, bantuan dalam kerangka dan pengolahan referensi, yang dapat memberdayakan penulis akademik. Namun, manfaat tersebut disertai sejumlah tantangan serius: ketergantungan, isu etika dan orisinalitas, kompetensi pengguna, serta transparansi algoritma.
Agar potensi AI dapat dimanfaatkan secara optimal dan integritas penulisan akademik tetap terjaga, maka diperlukan pendekatan yang seimbang: AI digunakan sebagai alat bantu dengan pengawasan dan kompetensi yang memadai, bukan sebagai pengganti kreativitas dan pemikiran penulis. Institusi akademik, peneliti, dan penulis perlu bersama-sama membangun panduan, literasi, dan budaya penulisan yang adaptif terhadap teknologi, namun tetap berpegang pada prinsip keilmuan, keaslian, dan analisis kritis.
