Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pendahuluan
Dalam era pendidikan yang semakin dinamis dan berorientasi pada pengembangan kompetensi abad ke-21, model pembelajaran yang hanya mengandalkan ceramah dan hafalan dianggap kurang mendukung kesiapan peserta didik dalam menghadapi tantangan masa depan. Salah satu alternatif yang semakin banyak diterapkan adalah model pembelajaran berbasis masalah yang menempatkan peserta didik sebagai pusat proses belajar, aktif mengeksplorasi dan memecahkan persoalan nyata. Model ini tidak hanya bertujuan menguasai konten, tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, kolaborasi, dan kemandirian belajar. Artikel ini akan mengulas secara komprehensif mengenai Model Pembelajaran Berbasis Masalah (MPBM), mulai dari definisi secara umum, pengertian dalam KBBI, pandangan para ahli, karakteristik, tahapan, keunggulan dan tantangan, hingga implikasi dan rekomendasi penerapan di dunia pendidikan.
Definisi Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Definisi secara umum
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (sering disebut PBL – Problem Based Learning) secara umum dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang memulai proses belajar dengan menghadapkan peserta didik pada suatu masalah kontekstual atau dunia nyata, kemudian melalui penyelidikan bersama, peserta didik merumuskan masalah, mengumpulkan dan menganalisis data/informasi, serta menemukan solusi atau jawaban terhadap masalah tersebut. Misalnya, dalam penelitian oleh Ardianti (2021) disebutkan bahwa “model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang dalam prosesnya peserta didik dihadapkan ke dalam suatu permasalahan nyata yang pernah dialami oleh peserta didik.” [Lihat sumber Disini - jurnal.unsil.ac.id]
Pendekatan ini menekankan aktivitas siswa yang aktif, kolaboratif, berbasis proyek atau tugas nyata, alih-alih hanya menerima penjelasan guru secara pasif. Dalam praktiknya model ini mendorong siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan baru melalui tantangan yang bermakna dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. [Lihat sumber Disini - repositori.kemendikdasmen.go.id]
Definisi dalam KBBI
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan berbagai literatur pendidikan Indonesia, istilah “pembelajaran berbasis masalah” belum selalu memiliki entri tersendiri yang sangat spesifik, namun dapat diturunkan dari makna pembelajaran dan masalah. Sebagai contoh, KBBI mendefinisikan “belajar” sebagai usaha memperoleh kepandaian atau ilmu. [Lihat sumber Disini - jurnal.uinsu.ac.id]
Jika kita menerjemahkan makna secara logis: pembelajaran berbasis masalah berarti pembelajaran yang berpijak pada masalah sebagai titik awal atau pemantik dalam proses memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan. Dengan demikian, walaupun KBBI tidak memberikan definisi terpisah yang rinci untuk “pembelajaran berbasis masalah”, rumusan berikut bisa dijadikan acuan: “Model pembelajaran yang berpusat pada penyelesaian masalah autentik guna mengembangkan pengetahuan serta keterampilan peserta didik.”
Sebagai tambahan, dalam modul pendidikan kesetaraan disebutkan bahwa:
“Pembelajaran berbasis masalah menurut Komalasari (2013:58-59) adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran.” [Lihat sumber Disini - repositori.kemendikdasmen.go.id]
Dari sini, kita bisa menyimpulkan bahwa dari sudut kebahasaan KBBI-inspirasi, pembelajaran berbasis masalah bukan hanya sekadar “menghadapi masalah”, tetapi “menggunakan masalah sebagai media/pintu masuk” ke dalam pembelajaran yang bermakna.
Definisi menurut para ahli
Berikut adalah beberapa definisi MPBM menurut para ahli baik lokal maupun internasional:
- Barbara J. Duch (dalam Aris Shoimin) menyatakan bahwa:
“Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan baru.” [Lihat sumber Disini - repository.uin-suska.ac.id]
- R. I. Arends menjelaskan bahwa:
“Pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.” [Lihat sumber Disini - repositori.kemendikdasmen.go.id]
- Komalasari (2013:58-59) mendefinisikan:
“Model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensi dari mata pelajaran.” [Lihat sumber Disini - repositori.kemendikdasmen.go.id]
- Rusman menyebut PBL sebagai:
“Inovasi dalam pembelajaran karena kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.” [Lihat sumber Disini - digilib.iainkendari.ac.id]
Dengan demikian, definisi dari para ahli menegaskan tiga poin inti: first, penggunaan masalah nyata/autentik sebagai titik awal; second, keterlibatan aktif siswa dalam proses penyelidikan dan pemecahan masalah; third, pengembangan pengetahuan sekaligus keterampilan berpikir tingkat tinggi dan kemandirian.
Karakteristik dan Tahapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Karakteristik
Model pembelajaran berbasis masalah memiliki sejumlah karakteristik khas yang membedakannya dari metode tradisional. Beberapa karakteristik utama adalah sebagai berikut:
- Masalah yang diajukan bersifat autentik/nyata dan relevan dengan kehidupan siswa. [Lihat sumber Disini - repository.unpas.ac.id]
- Pembelajaran mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu (interdisipliner) karena pemecahan masalah sering tidak terbatas pada satu bidang saja. [Lihat sumber Disini - eprints.uny.ac.id]
- Peserta didik bekerja secara kelompok kecil dan kolaboratif, bukan hanya individu pasif. [Lihat sumber Disini - jurnal.unsil.ac.id]
- Proses pembelajaran diarahkan untuk “belajar bagaimana belajar”, siswa aktif mencari informasi, menganalisis, merumuskan solusi, menyajikan karya, dan merefleksi hasil. [Lihat sumber Disini - osf.io]
- Peran guru bergeser dari pengajar aktif menjadi fasilitator, pembimbing proses penyelidikan, bukan sekadar penyampai materi. [Lihat sumber Disini - repositori.kemendikdasmen.go.id]
- Produk atau hasil akhir pembelajaran tidak hanya berupa jawaban tertulis, tetapi bisa berupa karya, presentasi, solusi praktis, atau publikasi karya siswa. [Lihat sumber Disini - eprints.uny.ac.id]
Tahapan Pelaksanaan
Secara umum, pelaksanaan MPBM dapat melalui tahapan (sintaks) sebagai berikut:
- Orientasi terhadap masalah: Guru menghadirkan masalah atau situasi yang relevan dan menantang untuk siswa.
- Pengorganisasian peserta didik untuk belajar: Siswa dibagi dalam kelompok, tugas didiskusikan, sumber belajar dipersiapkan.
- Penyelidikan individu dan kelompok: Siswa mencari, mengumpulkan dan menganalisis data/informasi yang relevan dengan masalah.
- Pengembangan dan penyajian solusi/produk: Siswa merumuskan solusi atau menghasilkan karya yang menjawab masalah, lalu mempresentasikannya.
- Analisis dan evaluasi proses serta hasil: Siswa dan guru bersama melakukan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran, mengevaluasi serta menentukan tindak lanjut. [Lihat sumber Disini - jurnal.unsil.ac.id]
Tahapan-ini telah dijabarkan dalam literatur Indonesia dan internasional sebagai kerangka implementasi PBL atau MPBM. [Lihat sumber Disini - jurnal.uinsu.ac.id]
Manfaat, Tantangan, dan Implikasi Penerapan
Manfaat
Penerapan MPBM memberikan sejumlah manfaat penting:
- Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan pemecahan masalah pada peserta didik. [Lihat sumber Disini - online-journal.unja.ac.id]
- Membantu peserta didik mengembangkan kemandirian belajar, inkuiri, dan rasa tanggung jawab. [Lihat sumber Disini - download.garuda.kemdikbud.go.id]
- Membuat pembelajaran lebih relevan dengan dunia nyata sehingga meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa. [Lihat sumber Disini - jurnal.unsil.ac.id]
- Mendorong kerja sama antar siswa, keterampilan sosial, komunikasi, dan kolaborasi. [Lihat sumber Disini - jurnal.kopusindo.com]
Tantangan
Meski banyak potensi, penerapan MPBM juga menghadapi beberapa tantangan:
- Persiapan guru yang memadai,guru harus mampu merancang masalah autentik, memfasilitasi kelompok, dan mengelola proses. [Lihat sumber Disini - online-journal.unja.ac.id]
- Waktu yang diperlukan relatif lebih panjang dibanding metode tradisional karena tahapan penyelidikan dan presentasi.
- Variasi kemampuan siswa: tidak semua siswa siap untuk pembelajaran yang sangat terbuka dan menuntut inisiatif tinggi.
- Ketersediaan sumber belajar, fasilitas, dan lingkungan yang mendukung mungkin menjadi kendala di beberapa sekolah.
Implikasi untuk Pembelajaran di Sekolah
Untuk dapat menerapkan MPBM secara efektif, beberapa implikasi yang perlu diperhatikan adalah:
- Sekolah dan guru perlu menyiapkan skenario/materi masalah yang autentik dan relevan bagi peserta didik.
- Guru harus dilatih menjadi fasilitator yang mampu mengarahkan proses tanpa mengambil alih kontrol sepenuhnya.
- Kelompok siswa perlu dibentuk secara heterogen agar terjadi kolaborasi dan saling mendukung antar anggota.
- Penilaian harus mempertimbangkan proses maupun produk, termasuk keterampilan berpikir dan kerja sama, bukan hanya hasil akhir konten.
- Waktu pembelajaran perlu disesuaikan dan diperhitungkan agar tahapan MPBM dapat berjalan secara optimal.
- Siswa perlu difasilitasi untuk mengembangkan strategi belajar mandiri dan refleksi terhadap proses mereka sendiri.
Kesimpulan
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (MPBM) merupakan pendekatan pembelajaran yang inovatif dan relevan dengan tuntutan pendidikan masa kini. Dengan menghadapkan peserta didik pada masalah nyata, model ini mendorong mereka untuk aktif, berpikir kritis, bekerja secara kolaboratif, dan menghasilkan solusi nyata. Melalui karakteristik seperti penggunaan masalah autentik, interdisipliner, dan orientasi pada siswa, MPBM membedakan dirinya dari metode tradisional. Implementasinya, meskipun menghadapi tantangan seperti waktu, kesiapan guru dan fasilitas, tetap memiliki manfaat besar terutama dalam mengembangkan keterampilan utama abad ke-21. Sebagai rekomendasi, sekolah dan guru hendaknya mengadaptasi MPBM dengan kontekstualisasi lokal dan memastikan bahwa prosesnya dilengkapi fasilitasi, kelompok kerja yang baik, serta penilaian yang mencerminkan keterampilan dan proses, bukan hanya hasil hafalan. Dengan demikian, pembelajaran tidak hanya berhasil menyampaikan konten, tetapi juga membekali peserta didik untuk menjadi pembelajar sejati yang siap menghadapi dinamika dan kompleksitas dunia nyata.
