Self-Efficacy: Definisi dan Pengaruhnya terhadap Prestasi
Pendahuluan
Dalam dunia pendidikan dan pengembangan diri, satu konsep psikologis sering muncul sebagai faktor kunci keberhasilan, yaitu Self‑Efficacy atau dalam Bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai “efikasi diri”. Konsep ini menunjukkan betapa pentingnya keyakinan seseorang terhadap kemampuannya sendiri dalam menetapkan tujuan, menghadapi tantangan, dan mempertahankan usaha hingga tercapai. Ketika siswa atau mahasiswa memiliki self-efficacy yang tinggi, mereka cenderung memilih tugas yang menantang, tekun mengerjakannya, dan tidak mudah menyerah. Sebaliknya, self-efficacy yang rendah dapat menjadi penghambat dalam proses belajar maupun pencapaian prestasi akademik. Oleh sebab itu, memahami secara mendalam definisi self-efficacy, bagaimana konsep ini dibahas dalam kamus, bagaimana para ahli mendefinisikannya, serta bagaimana pengaruhnya terhadap prestasi, terutama prestasi akademik, adalah hal yang sangat relevan dalam konteks pendidikan masa kini. Artikel ini akan menguraikan satu per satu aspek tersebut, serta menawarkan pandangan bagaimana self-efficacy dapat dikembangkan untuk meningkatkan prestasi.
Definisi Self-Efficacy
Definisi Self-Efficacy Secara Umum
Secara umum, self-efficacy adalah keyakinan individu terhadap kemampuannya sendiri untuk mengorganisasi dan melakukan tindakan yang diperlukan guna menghasilkan hasil tertentu. Menurut sejumlah sumber populer, self-efficacy adalah keyakinan atau kepercayaan seseorang bahwa ia mampu berhasil dalam situasi atau tujuan tertentu. Misalnya, seseorang dengan self-efficacy tinggi akan berpikir: “Saya yakin saya dapat mengatasi tugas ini dan mencapai hasil yang diinginkan.” Sebaliknya, seseorang dengan self-efficacy rendah mungkin berpikir: “Saya ragu saya bisa melakukan ini dengan baik, jadi saya mungkin menyerah atau tidak berusaha maksimal.” Misalnya disebutkan bahwa self-efficacy atau efikasi diri adalah keyakinan seseorang pada kemampuannya untuk berhasil dalam situasi atau kinerja tertentu. [Lihat sumber Disini - alodokter.com]
Secara konkret dalam pendidikan, self-efficacy diartikan sebagai kepercayaan seorang siswa atau mahasiswa bahwa dia mampu mengerjakan tugas akademik, menentukan strategi pembelajaran, menghadapi hambatan belajar, dan akhirnya mencapai prestasi atau capaian yang diinginkan. Sebagai contoh, dalam penelitian oleh Maharani (2023) disebutkan bahwa self-efficacy akademik adalah kepercayaan bahwa seseorang memiliki kemampuan atau kompetensi untuk menjalankan tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi tantangan akademik. [Lihat sumber Disini - ejournal2.undiksha.ac.id]
Konsep ini dipopulerkan oleh Albert Bandura (1977) dalam kerangka teori kognitif sosial, yang menegaskan bahwa keyakinan akan kapasitas diri memainkan peran penting dalam menentukan bagaimana seseorang berpikir, memotivasi diri sendiri, bertindak, serta bertahan dalam menghadapi kesulitan. [Lihat sumber Disini - repository.uin-suska.ac.id]
Definisi Self-Efficacy dalam KBBI
Dalam kamus Bahasa Indonesia, istilah yang paling tepat untuk self-efficacy adalah “efikasi diri”. Menurut daftar istilah Ranah Istilah (Kemdikbud), istilah asing self-efficacy memiliki padanan dalam Bahasa Indonesia: efikasi diri. [Lihat sumber Disini - pasti.kemdikbud.go.id]
Sedikit pencarian di versi daring KBBI pun menunjukkan bahwa kata efikasi (sedangkan “efikasi diri” sebagai frasa) diartikan sebagai ‘kemampuan untuk mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan’. [Lihat sumber Disini - repository.uin-suska.ac.id]
Dengan demikian, apabila kita ingin menuliskan definisi resmi KBBI-style, bisa dikatakan: Efikasi diri adalah keyakinan atau kepercayaan individu terhadap kemampuannya sendiri untuk melakukan suatu tindakan atau tugas tertentu yang mengarah pada pencapaian tujuan yang diinginkan.
Definisi Self-Efficacy Menurut Para Ahli
Berikut adalah definisi self-efficacy menurut beberapa ahli yang diakui dalam literatur psikologi dan pendidikan:
- Albert Bandura (1977), Bandura mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk mengatur dan menjalankan tindakan yang diperlukan agar mencapai hasil yang diinginkan dalam situasi tertentu. [Lihat sumber Disini - ejurnal.univbatam.ac.id]
- Schunk (1991), Dalam konteks akademik, Schunk mengemukakan bahwa efikasi diri adalah keyakinan seseorang bahwa ia dapat berhasil melakukan tugas-tugas akademik seperti mencatat, mengajukan pertanyaan, dan lain-lain. [Lihat sumber Disini - ejurnal.univbatam.ac.id]
- Lidya & Darmayanti (2015), Menyatakan bahwa self-efficacy adalah penilaian individu terhadap kemampuannya dalam melakukan perilaku tertentu atau mencapai tujuan spesifik. [Lihat sumber Disini - ejurnal.univbatam.ac.id]
- Putri & Primanita (2023), Dalam penelitian di Indonesia, mereka menyebut self-efficacy sebagai aspek pengetahuan tentang diri individu atau kemampuan individu dalam menilai rasa percaya diri, adaptasi, kemampuan kognitif, dan kapasitas bertindak dalam situasi stres. [Lihat sumber Disini - ejurnal.univbatam.ac.id]
- On recent Indonesian study (Ondang, 2025), “Self-efficacy atau efikasi diri merupakan keyakinan seseorang bahwa dia mampu menjalankan suatu tugas pada suatu tingkat tertentu, yang mempengaruhi tingkat pencapaian tugasnya.” [Lihat sumber Disini - journal.pubmedia.id]
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa ada tiga elemen kunci dalam self-efficacy: (a) keyakinan atau kepercayaan diri, (b) kemampuan atau kapasitas individu untuk melakukan suatu tindakan/tugas, (c) konteks atau situasi spesifik di mana tindakan/tugas itu dilaksanakan.
Pengaruh Self-Efficacy terhadap Prestasi
Hubungan Self-Efficacy dengan Prestasi Akademik
Sebagai variabel psikologis, self-efficacy telah banyak diteliti dalam kaitannya dengan prestasi akademik (achievement) siswa atau mahasiswa. Berdasarkan literatur di Indonesia dan internasional, berikut beberapa temuan kunci:
- Sebuah penelitian di Indonesia oleh Kencono (2024) menemukan bahwa ada korelasi antara self-efficacy dengan prestasi akademik. [Lihat sumber Disini - journal3.um.ac.id]
- Purwasih (2025) menemukan bahwa siswa dengan self-efficacy tinggi menunjukkan semangat belajar yang lebih stabil, tidak mudah menyerah, serta cenderung memiliki prestasi yang lebih baik. [Lihat sumber Disini - jurnal.pgsdsm.id]
- Namun, tidak semua penelitian menemukan hubungan yang signifikan: sebagai contoh, Nurina & Aliah (2022) dari Malaysia/Indonesia menunjukkan bahwa dalam studinya tidak ditemukan korelasi signifikan antara self-efficacy dengan prestasi akademik (r = 0,121, p = .229) meskipun menunjukkan kecenderungan positif. [Lihat sumber Disini - jurnal.idaqu.ac.id]
Dari berbagai penelitian tersebut dapat diambil beberapa pola umum:
- Individu dengan self-efficacy tinggi cenderung memilih tugas yang menantang, memperlihatkan usaha yang lebih besar, lebih gigih dalam menghadapi hambatan, dan memiliki kemampuan regulasi diri yang lebih baik, yang semua ini berkontribusi positif terhadap prestasi.
- Sebaliknya, individu dengan self-efficacy rendah memiliki kecenderungan untuk menghindari tantangan, cepat menyerah ketika menghadapi hambatan, dan kurang memiliki strategi belajar yang efektif, yang bisa menyebabkan prestasi lebih rendah.
- Kendati demikian, keberadaan self-efficacy saja tidak selalu menjamin prestasi tinggi, faktor kontekstual seperti strategi belajar, lingkungan pendidikan, dukungan sosial, dan ketersediaan sumber daya juga sangat berperan.
Secara khusus dalam konteks pembelajaran siswa/mahasiswa di Indonesia, penelitian menunjukkan bahwa self-efficacy bukanlah satu-satunya prediktor, terlepas dari itu, ia merupakan salah satu faktor psikologis penting yang harus diperhitungkan dalam upaya meningkatkan prestasi.
Mekanisme Pengaruh Self-Efficacy terhadap Prestasi
Bagaimana self-efficacy memengaruhi prestasi? Ada beberapa mekanisme atau jalur yang umum dijelaskan dalam literatur:
- Pemilihan tugas (task choice) – Individu dengan self-efficacy tinggi cenderung memilih tugas yang menantang, sementara dengan self-efficacy rendah cenderung memilih tugas yang lebih mudah atau menghindari tugas sama sekali.
- Usaha (effort) – Ketika menghadapi tugas, individu dengan self-efficacy tinggi akan menaruh usaha lebih besar dan lebih tahan menghadapi hambatan.
- Ketahanan terhadap hambatan (persistence) – Self-efficacy tinggi memfasilitasi ketahanan dalam menghadapi kegagalan atau hambatan dan meningkatkan kemungkinan untuk kembali mencoba.
- Strategi belajar dan regulasi diri (learning strategies & self-regulation) – Keyakinan diri mendorong penggunaan strategi yang lebih aktif, metakognitif, dan reflektif dalam belajar.
- Respon emosional dan persepsi kendali – Individu dengan self-efficacy tinggi merasa bahwa mereka memiliki kontrol atas hasilnya, sehingga menghadapi situasi sulit dengan rasa tantangan bukan ancaman; sebaliknya self-efficacy rendah sering dikaitkan dengan kecemasan, keraguan diri, dan persepsi bahwa hasil di luar kendali.
Sebagai contoh, dalam kajian Maharani (2023) disebutkan bahwa empat sumber self-efficacy menurut Bandura, mastery experience, vicarious experience, verbal persuasion, physiological/affective states, juga berkontribusi terhadap pembentukan self-efficacy yang kemudian memengaruhi prestasi. [Lihat sumber Disini - ejournal2.undiksha.ac.id]
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-Efficacy dan Dampaknya terhadap Prestasi
Beberapa penelitian di Indonesia menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi self-efficacy dan sekaligus melalui pengaruhnya terhadap prestasi, antara lain:
- Penelitian oleh Amelia (2022) di SMP Kartini 2 Kota Batam menunjukkan bahwa pengalaman keberhasilan, pengalaman orang lain, persuasi verbal, dan kondisi psikologis berkorelasi signifikan dengan self-efficacy, sementara kecerdasan intelektual tidak berkorelasi signifikan. [Lihat sumber Disini - ejurnal.univbatam.ac.id]
- Dalam literatur lainnya disebutkan bahwa lingkungan belajar, dukungan guru atau orang tua, pengalaman sukses sebelumnya, dan pembelajaran yang memungkinkan keberhasilan sangat penting dalam membangun self-efficacy, dan kemudian berdampak terhadap prestasi.
- Karena self-efficacy juga terkait dengan regulasi diri, motivasi dan strategi belajar, maka faktor-faktor seperti gaya belajar, tingkat ketekunan, keterlibatan aktif siswa, serta kecukupan sumber daya dan lingkungan juga akan ikut memoderasi efeknya terhadap prestasi.
Implikasi Praktis untuk Pendidikan
Berdasarkan pemahaman di atas, beberapa implikasi praktis dapat diambil untuk meningkatkan prestasi melalui peningkatan self-efficacy:
- Guru/instruktur dapat memberikan pengalaman keberhasilan (mastery experience) dengan mendesain tugas yang menantang namun bisa dicapai, memberikan umpan balik positif, dan menekankan peningkatan yang sudah dicapai siswa.
- Memfasilitasi vicarious experience melalui role model atau teman sebaya yang menunjukkan keberhasilan, sehingga siswa dapat melihat bahwa “orang seperti saya juga bisa melakukan ini”.
- Memberikan persuasi verbal positif, yakni dorongan, pujian, penguatan bahwa siswa mampu, untuk meningkatkan keyakinan mereka.
- Memperhatikan kondisi psikologis dan emosional siswa,misalnya mengurangi kecemasan belajar, menciptakan lingkungan yang mendukung, membantu siswa mengelola stres,karena kondisi fisiologis/afektif juga memengaruhi self-efficacy.
- Memfokuskan pada strategi belajar dan regulasi diri, mengajarkan siswa cara memonitor kemajuan, merencanakan belajar, mengevaluasi hasil, dan menyesuaikan strategi,karena self-efficacy yang tinggi mendorong penggunaan strategi ini yang akhirnya meningkatkan prestasi.
- Memastikan bahwa lingkungan belajar mendukung – seperti adanya guru yang suportif, interaksi antar siswa, akses sumber daya yang memadai, dan tantangan yang mendorong (bukan membuat frustrasi), sehingga self-efficacy bisa tumbuh dan berdampak pada prestasi.
Kesimpulan
Self-efficacy atau efikasi diri merupakan konsep psikologis yang sangat penting dalam ranah pendidikan dan pengembangan pribadi. Definisinya, keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk melakukan tindakan yang diperlukan dalam menyelesaikan tugas atau mencapai tujuan, menegaskan bahwa bukan hanya kemampuan yang penting, tetapi juga keyakinan pada kemampuan tersebut. Dalam Bahasa Indonesia, melalui padanan “efikasi diri”, kamus mencatat bahwa istilah ini berarti kemampuan untuk mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan. Menurut para ahli seperti Bandura, Schunk, dan sejumlah peneliti Indonesia, self-efficacy memiliki peran sentral dalam proses pembelajaran dan pencapaian prestasi.
Empiris menunjukkan bahwa self-efficacy berpengaruh positif terhadap prestasi akademik, siswa/mahasiswa dengan self-efficacy tinggi cenderung memiliki usaha lebih besar, ketahanan lebih baik, strategi belajar yang lebih matang, dan akhirnya prestasi yang lebih baik. Namun, self-efficacy bukan satu-satunya faktor: lingkungan belajar, strategi belajar, dukungan sosial, dan pengalaman sebelumnya juga sangat menentukan. Oleh karena itu, upaya meningkatkan prestasi melalui self-efficacy harus dilakukan secara sistematis, dengan intervensi yang mempertimbangkan pengalaman siswa, model pembelajaran yang tepat, dukungan emosional, dan pengembangan regulasi diri.
Dengan demikian, bagi pendidik dan praktisi pendidikan, memperkuat self-efficacy siswa bukan hanya “menanamkan percaya diri”, tetapi menyediakan pengalaman, lingkungan, dan strategi yang konkret agar siswa bisa melihat bahwa mereka mampu, dan kemudian benar-benar melakukan. Ketika keyakinan itu tumbuh dan diikuti dengan tindakan nyata, maka peluang untuk meningkatkan prestasi menjadi semakin besar.
