Empirisme dalam Penelitian: Definisi dan Contohnya
Pendahuluan
Penelitian ilmiah tidak sekadar menjadi aktivitas akademik yang bersifat teoritis, melainkan juga menuntut penggunaan bukti-nyata yang dapat diamati, diuji, dan diverifikasi. Salah satu fondasi filosofis utama yang mendasari pendekatan penelitian ini adalah aliran yang disebut empirisme. Empirisme menegaskan bahwa pengetahuan manusia tidak semata berasal dari intuisi murni atau pemikiran abstrak tanpa dasar, melainkan harus berasal dari pengalaman yang nyata, pengamatan, percobaan, atau interaksi dengan realitas. Konsep ini sangat relevan dalam konteks penelitian ilmiah karena kemampuan untuk berargumen, mengumpulkan data lapangan, mengevaluasi, dan kemudian menarik kesimpulan dari pengalaman empiris menjadi ciri khas metodologi yang kredibel.
Dalam artikel ini akan dibahas terlebih dahulu definisi empirisme dalam penelitian (meliputi definisi secara umum, definisi menurut KBBI, dan definisi menurut para ahli) kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai penerapan empirisme dalam penelitian serta contoh-nyata agar konsep ini tidak sekadar abstrak. Terakhir ditutup dengan kesimpulan yang merangkum pemahaman dan relevansi empirisme dalam penelitian modern.
Definisi Empirisme
Definisi Empirisme Secara Umum
Secara umum, empirisme dapat dipahami sebagai suatu pandangan filosofis atau aliran pemikiran yang menekankan bahwa sumber utama pengetahuan manusia adalah pengalaman indrawi atau pengalaman nyata yang diperoleh melalui pengamatan dan interaksi dengan dunia luar. Dalam arti yang lebih luas, empirisme meyakini bahwa akal atau rasio manusia tidak bisa berdiri sendiri sebagai sumber pengetahuan tanpa dibantu oleh pengalaman nyata. Sebagai contoh, artikel-terkait menyebut bahwa “empirisme merupakan suatu aliran yang menganggap bahwa manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman dan bahwa akal tidak memiliki ideβide bawaan.” [Lihat sumber Disini - journal.forikami.com]
Karenanya, dalam konteks penelitian, empirisme berarti bahwa data yang dikumpulkan berasal dari observasi, eksperimen, ataupun pengalaman yang dapat diverifikasi, bukan sekadar spekulasi belaka.
Definisi Empirisme menurut KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah “empiris” berasal dari kata dasar yang menunjukkan sesuatu yang berdasarkan pengalaman atau pengamatan, terutama yang diperoleh melalui penemuan, percobaan, atau pengamatan yang telah dilakukan. Sebagai kutipan: “Empiris adalah berdasarkan pengalaman (terutama yang diperoleh melalui penemuan, percobaan atau pengamatan yang telah dilakukan).” [Lihat sumber Disini - penerbitdeepublish.com]
Dengan demikian, empirisme sebagai aliran pemikiran dapat dipartikan sebagai pendekatan penelitian atau pendekatan ilmu yang menekankan pengalaman sebagai titik awal bagi pengembangan pengetahuan.
Definisi Empirisme Menurut Para Ahli
Berikut beberapa definisi empirisme menurut tokoh atau peneliti yang mengkaji aliran ini:
- John Locke – Ia menyatakan bahwa pikiran manusia pada awalnya seperti tabula rasa (lembaran kosong) dan semua ide atau konsep yang kita miliki kemudian berasal dari pengalaman indrawi dan refleksi atas pengalaman tersebut. [Lihat sumber Disini - jurnal.uny.ac.id]
- George Berkeley – Menekankan bahwa segala pengetahuan datang dari pengamatan, dengan sudut pandang bahwa keberadaan (being) adalah perasaan atau persepsi seseorang yang mengamati. [Lihat sumber Disini - jurnal.uny.ac.id]
- David Hume – Ia mengemukakan empirisme radikal, yang secara skeptis mempertanyakan apakah konsepβsebab, substansi, atau kausalitas dapat benar-benar diketahui hanya melalui akal tanpa pengalaman. [Lihat sumber Disini - jurnal.uny.ac.id]
- Francis Bacon – Sebagai pelopor empirisme ilmiah, Bacon mengusulkan bahwa kemajuan pengetahuan terjadi melalui pengamatan sistematis, percobaan, pemeriksaan data faktual, bukan hanya berdasarkan spekulasi filosofis. [Lihat sumber Disini - journal.forikami.com]
Dengan demikian, definisi empirisme menurut para ahli menunjukkan kesepakatan bahwa pengalaman (indrawi atau empiris) merupakan basis bagi pengetahuan manusia, dan akal atau rasio hanya berfungsi sebagai pengolah pengalaman tersebut.
Penerapan Empirisme dalam Penelitian
Fungsi Empirisme dalam Metodologi Penelitian
Dalam kerangka penelitian, empirisme berfungsi sebagai landasan epistemologis yang menyatakan bahwa penelitian yang baik harus menghasilkan bukti empiris, pengamatan, data, fakta, dan bukan hanya asumsi atau spekulasi. Sebagaimana disebut: “empiris merupakan suatu pendekatan atau metode pengetahuan yang mengandalkan pengamatan langsung, pengamatan dan observasi” [Lihat sumber Disini - detik.com]
Dengan pendekatan empirisme, peneliti melakukan langkah-langkah seperti: merumuskan masalah, mengamati fenomena nyata, mengumpulkan data pengalaman, menganalisis fakta, kemudian menarik kesimpulan berdasar evidence yang nyata. Proses ini menghindari klaim pengetahuan tanpa dasar atau deklarasi yang tidak dapat diukur.
Selain itu, jurnal yang membahas empirisme dalam konteks administrasi publik menyebut bahwa “data empiris atau ilmu empiris merupakan sumber pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman atau pengamatan manusia atau peneliti” [Lihat sumber Disini - jurnal.penerbitdaarulhuda.my.id]
Dengan demikian, empirisme memperkuat aspek validitas dan reliabilitas penelitian karena mengharuskan bukti yang dapat diuji.
Contoh Penerapan Empirisme dalam Penelitian Ilmiah
Beberapa contoh berikut menggambarkan bagaimana empirisme diterapkan secara konkret dalam penelitian:
- Penelitian di bidang pendidikan yang menerapkan aliran empirisme menunjukkan bahwa perubahan kurikulum sekolah dilakukan berdasarkan penelitian aktual yang ber-“berdasarkan pengalaman” (empiris) terhadap implementasi sebelumnya. Sebagai contoh: “Salah satu contoh kegiatan yang bersifat empiris ialah penelitian tentang kurikulum pendidikan dasar dan menengah” [Lihat sumber Disini - jiip.stkipyapisdompu.ac.id]
- Di bidang administrasi publik: penelitian empirisme mengamati pelayanan publik, kebijakan, dan interaksi manusia nyata dalam organisasi pemerintahan, dengan menggunakan data observasi lapangan sebagai basis analisis. [Lihat sumber Disini - jurnal.penerbitdaarulhuda.my.id]
- Sementara di pendidikan sejarah, artikel menyebut bahwa empirisme menjadi fondasi dalam penelitian sejarah karena pengalaman, pengamatan, dan fakta empiris menjadi pijakan dalam memperkuat pengetahuan sejarah. [Lihat sumber Disini - researchgate.net]
Contoh konkrit misalnya: peneliti melakukan survei lapangan terhadap implementasi kebijakan pendidikan, mengumpulkan data melalui kuesioner atau wawancara, kemudian menganalisis relasi antar variabel berdasarkan bukti empiris yang ada. Atau penelitian eksperimen di laboratorium yang mengamati variabel-independent dan dependent untuk kemudian menguji hipotesis secara empiris.
Keunggulan dan Keterbatasan Empirisme dalam Penelitian
Keunggulan
- Menekankan fakta dan observasi nyata sehingga hasil penelitian cenderung memiliki dasar yang kuat dan dapat diuji ulang. [Lihat sumber Disini - liputan6.com]
- Mendorong penggunaan metode ilmiah yang sistematis: pengamatan, pengumpulan data, analisis, verifikasi.
- Memungkinkan pengembangan pengetahuan yang relevan dengan realitas sehari-hari dan kebutuhan praktis.
Keterbatasan
- Pengalaman indrawi atau observasi bisa terbatas oleh indera manusia, persepsi subjektif, atau kondisi lingkungan yang berubah-ubah, sehingga mungkin mengandung bias. [Lihat sumber Disini - jurnal.uny.ac.id]
- Empirisme kadang sulit menangani fenomena yang sangat abstrak, metafisik, atau teoretis yang tidak mudah di-observasi langsung.
- Karena bergantung pada pengamatan, jika data lapangan atau observasi tidak memadai, maka penarikan kesimpulan bisa lemah.
Contoh Empirisme dalam Penelitian
Contoh Penelitian Empiris Kuantitatif
Misalnya dalam penelitian ekonomi: seorang peneliti tertarik meneliti penyebab naiknya harga cabai di pasar tradisional. Peneliti melakukan observasi langsung ke pasar dan ke penghasil cabai, mencatat volume produksi, jumlah pedagang, harga, faktor cuaca, kemudian mengumpulkan data kuantitatif dan menganalisis hubungan antar variabel. Pendekatan ini adalah empiris karena berdasarkan data lapangan nyata. [Lihat sumber Disini - penerbitdeepublish.com]
Dalam penelitian kuantitatif, angka-angka yang diperoleh dari observasi atau survei menjadi dasar untuk pengujian hipotesis, sesuai dengan semangat empirisme.
Contoh Penelitian Empiris Kualitatif
Dalam bidang pendidikan, misalnya penelitian tentang pengalaman siswa dalam pembelajaran berbasis proyek. Peneliti mengamati kegiatan siswa, melakukan wawancara mendalam, mendokumentasikan interaksi siswa-guru, kemudian membuat narasi deskriptif dan analisis tematik berdasarkan pengalaman langsung. Meski tidak menggunakan kuantitas besar angka, pendekatan tersebut tetap empiris karena berdasarkan pengalaman nyata dan pengamatan. Artikel “Implementasi Aliran Empirisme dalam Dunia Pendidikan” memberikan contoh penelitian yang berbasis pengalaman konkret siswa dan guru. [Lihat sumber Disini - jiip.stkipyapisdompu.ac.id]
Penelitian semacam ini menunjukkan bahwa empirisme bukan hanya untuk penelitian kuantitatif tetapi juga sangat relevan dalam penelitian kualitatif yang berfokus pada pengalaman, observasi, dan interpretasi.
Hubungan Empirisme dengan Validitas Penelitian
Dengan menggunakan pendekatan empiris, peneliti dapat meningkatkan kredibilitas penelitian melalui:
- Observasi langsung dan dokumentasi pengalaman nyata
- Pengumpulan data yang bisa diuji atau diverifikasi oleh peneliti lain atau melalui metode yang transparan
- Analisis yang berdasarkan fakta, bukan sekadar opini atau asumsi tanpa dasar
Karena itu, empirisme menjadi landasan penting agar penelitian tidak hanya “karangan” tetapi mempunyai dasar nyata yang kuat.
Kesimpulan
Empirisme adalah aliran pemikiran dan pendekatan metodologis yang fundamental dalam penelitian ilmiah karena menegaskan bahwa pengetahuan hanya dapat diperoleh melalui pengalaman atau pengamatan nyata, bukan semata spekulasi atau ide yang tidak didukung bukti. Secara umum, empirisme menekankan bahwa akal manusia tidak membawa semua pengetahuan sejak lahir, melainkan memperoleh pengetahuan melalui interaksi dengan realitas. Dalam penelitian, penerapan empirisme tercermin melalui pengumpulan data lapangan, observasi, eksperimen, dan analisis yang bersandar pada fakta nyata. Contoh-nyata dari penelitian kuantitatif maupun kualitatif menunjukkan relevansi empirisme dalam menghasilkan pengetahuan yang kredibel. Meskipun demikian, empirisme memiliki keterbatasan, seperti potensi bias indera manusia dan tantangan dalam menangani fenomena abstrak. Bagi peneliti modern, memahami dan menerapkan prinsip empirisme dengan baik penting agar penelitian memiliki validitas dan relevansi yang tinggi terhadap kenyataan.
