Ontologi Penelitian: Konsep, Fungsi, dan Penerapan
Pendahuluan
Penelitian ilmiah adalah proses sistematis untuk mengungkap pengetahuan baru maupun memperkuat yang sudah ada. Agar suatu penelitian memiliki fondasi yang kuat, perlu adanya pemahaman terhadap aspek-filsafat ilmu, termasuk di dalamnya adalah aspek ontologi. Ontologi dalam konteks penelitian membicarakan “apa” dan “bagaimana” yang menjadi objek kajian, hakikat realitas yang hendak diteliti, serta asumsi-dasar yang melandasi pilihan metodologi dan interpretasi hasil. Dengan demikian, memahami ontologi penelitian akan membantu peneliti merumuskan objek, kerangka konseptual, dan arah penelitian dengan lebih tepat. Artikel ini akan menguraikan definisi ontologi penelitian secara umum, dalam KBBI, dan menurut para ahli; kemudian membahas fungsi ontologi dalam penelitian, serta penerapannya dalam berbagai bidang penelitian.
Definisi Ontologi Penelitian
Definisi Ontologi Penelitian Secara Umum
Secara umum, istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani ontos (berada, yang ada) dan logos (ilmu) sehingga secara harfiah berarti “ilmu tentang yang ada”. [Lihat sumber Disini - detik.com] Dalam konteks penelitian, ontologi merujuk pada kajian mengenai hakikat objek penelitian: apa yang menjadi realitas atau fenomena yang hendak diteliti, bagaimana keberadaannya, dan bagaimana struktur atau relasi antar konsep dalam objek tersebut. Sebagai contoh, dalam suatu penelitian sosial, ontologi menyangkut pertanyaan seperti “apakah struktur sosial itu nyata secara independen dari persepsi individu?”, “bagaimana relasi antara individu dan struktur sosial?”, atau “apakah kelompok sosial merupakan konstruk atau realitas objektif?”. Pemahaman ini penting karena akan mempengaruhi bagaimana peneliti memilih pendekatan (kuantitatif, kualitatif, konstruktivis) dan bagaimana penafsiran hasil dilakukan.
Definisi Ontologi Penelitian dalam KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, kata ontologi diartikan sebagai “cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat hidup.” [Lihat sumber Disini - kbbi.web.id] Meskipun definisi ini bersifat umum dan lebih mendasar, dalam konteks penelitian istilah “hakikat hidup” dapat diperluas sebagai “hakikat sesuatu yang diteliti” atau “hakikat objek dan fenomena yang menjadi fokus penelitian”.
Definisi Ontologi Penelitian Menurut Para Ahli
Berikut beberapa definisi dari para ahli yang relevan dengan konteks penelitian:
- Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa ontologi adalah analisis filosofis mengenai “apa yang mau kita tahu, seberapa jauh kita mau ketahui”, atau dengan kata lain suatu analisis terhadap keberadaan (being) suatu objek ilmu. [Lihat sumber Disini - jonedu.org]
- Dewi Rokhmah dalam artikelnya menjelaskan bahwa ontologi sebagai aspek filsafat ilmu menekankan hakikat realitas atau objek kajian, misalnya melalui dua sudut pandang: kuantitatif (“apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?”) dan kualitatif (“apakah kenyataan itu memiliki kualitas tertentu?”). [Lihat sumber Disini - media.neliti.com]
- Ermida Ardimen menyebut bahwa ontologi ilmu pengetahuan adalah ilmu yang menelaah dasar ilmu atau wawasan objektif, mengenai apa dan bagaimana suatu objek atau realitas itu ada. [Lihat sumber Disini - jonedu.org]
- M. Iksan Fahmi Nursyeha dalam kajian “Eksplorasi Peran Ontologi dalam Pengembangan Penelitian Pendidikan Inklusif dan Berkeadilan” menyebut bahwa ontologi dalam penelitian memungkinkan pemahaman lebih dalam terhadap realitas perbedaan dan keragaman di sekolah, sehingga kerangka penelitian menjadi lebih responsif terhadap keberagaman. [Lihat sumber Disini - jurnal.peneliti.net]
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa ontologi penelitian adalah kerangka pemikiran yang menelaah hakikat dan struktur realitas objek penelitian, yang menjadi landasan bagi rumusan masalah, desain penelitian, dan interpretasi hasil.
Konsep dan Fungsi Ontologi dalam Penelitian
Konsep Ontologi dalam Penelitian
Konsep ontologi dalam penelitian mencakup beberapa aspek penting, antara lain:
- Objek penelaahan: Apa yang diteliti? Apakah fenomena sosial, perilaku individu, struktur organisasional, teknologi, atau lainnya? Misalnya, dalam penelitian pendidikan inklusif, objeknya adalah keberagaman peserta didik dan praktik inklusi. [Lihat sumber Disini - jurnal.peneliti.net]
- Asumsi realitas: Apakah peneliti menganggap realitas sebagai sesuatu yang tunggal dan objektif (realistik) atau sebagai konstruk sosial yang subjektif (konstruktivis)? Ini akan mempengaruhi pendekatan metodologis. Sebagai contoh, artikel “Analisis Ontologi Pengembangan Kehidupan Beragama” menyebut bahwa ontologi menetapkan batas-ruang lingkup yang menjadi objek kajian ilmu. [Lihat sumber Disini - ojs.unpkediri.ac.id]
- Relasi konsep dan konstruk: Bagaimana elemen-elemen dalam objek penelitian saling berhubungan? Misalnya, dalam penelitian organisasi, bagaimana struktur organisasi, budaya, dan individu saling mempengaruhi. Ontologi akan membantu memetakan relasi tersebut.
- Implikasi penelitian: Asumsi ontologis akan mempengaruhi desain penelitian, jenis data yang dikumpulkan, analisis yang dilakukan, serta interpretasi hasil. Sebagai contoh, jika dianggap bahwa realitas dibangun secara sosial, maka fenomena harus diteliti melalui perspektif partisipan dan konteks budaya, bukan hanya data kuantitatif.
Fungsi Ontologi dalam Penelitian
Beberapa fungsi penting ontologi dalam proses penelitian antara lain:
- Menetapkan kerangka konseptual yang jelas: Dengan memahami apa yang ada dalam objek penelitian dan bagaimana relasinya, peneliti bisa merumuskan kerangka berpikir atau model konseptual yang mendasari penelitian.
- Menguatkan validitas dan kejelasan penelitian: Asumsi ontologis yang eksplisit membuat pembaca penelitian memahami bagaimana peneliti memandang realitas dan objek penelitian, sehingga interpretasi hasil menjadi lebih transparan. Misalnya, Rokhmah (2021) menyebut bahwa aspek ontologi dari ilmu pengetahuan harus dirumuskan secara sistematis, rasional, komprehensif, dan universal. [Lihat sumber Disini - media.neliti.com]
- Menunjang pemilihan metodologi yang sesuai: Pemahaman terhadap hakikat realitas dan objek penelitian memungkinkan peneliti memilih metode yang tepat, apakah pendekatan kuantitatif, kualitatif, atau mixed-methods, serta mengatur desain dan teknik pengumpulan data secara konsisten dengan asumsi ontologis.
- Mengendalikan bias-metodologis dan interpretatif: Dengan refleksi terhadap ontologi penelitian, peneliti dapat lebih berhati-hati terhadap asumsi tersembunyi, seperti menganggap fenomena sebagai objektif padahal bersifat subjektif, atau sebaliknya.
- Meningkatkan relevansi penelitian praktis: Karena ontologi memuat apa yang ada dan bagaimana relasi antar entitas, penelitian akan lebih mampu menghasilkan rekomendasi yang relevan dalam konteks praktik dan kebijakan, bukan sekadar teori abstrak. Sebuah artikel menyebut bahwa pemahaman ontologis yang mendalam dapat membantu mengatasi permasalahan seperti distribusi pendapatan dalam ekonomi Islam. [Lihat sumber Disini - jurnal.globalscients.com]
Penerapan Ontologi dalam Penelitian
Penerapan dalam Penelitian Kualitatif
Dalam penelitian kualitatif, ontologi seringkali menekankan bahwa realitas sosial adalah konstruksi sosial yang bermakna melalui interaksi manusia dalam konteks. Peneliti akan mempertimbangkan bahwa fenomena tidak hanya dapat diukur secara kuantitatif, tetapi dipahami melalui perspektif atau pengalaman subjek penelitian. Sebagai contoh, penelitian pendidikan inklusif oleh Nursyeha (2025) menggunakan kerangka ontologi untuk memahami keberadaan peserta didik minoritas dan keragaman sebagai realitas penelitian. [Lihat sumber Disini - jurnal.peneliti.net] Dalam pengumpulan data, peneliti akan memilih metode seperti wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan analisis naratif yang sesuai dengan asumsi bahwa realitas sosial bersifat subjektif dan kontekstual.
Penerapan dalam Penelitian Kuantitatif
Pada penelitian kuantitatif, sering diasumsikan bahwa realitas bersifat obyektif dan dapat diukur secara numerik. Ontologi yang mendasari penelitian ini adalah realisme, bahwa fenomena tertentu ada secara independen dari persepsi manusia, dan bisa diobservasi, diukur, dan dianalisis secara statistik. Dalam konteks ontologi penelitian, peneliti harus menggambarkan secara eksplisit bahwa objek pengukuran dianggap memiliki keberadaan yang terukur dan relasinya dapat dibakukan. Sebagai contoh, dalam artikel “Ontologi Ilmu Pengetahuan” oleh Ardimen & Ermida (2023) disebut bahwa ontologi ilmu pengetahuan menelaah dasar wawasan objektif yang dapat dipikirkan orang secara logis dan dapat dicermati lewat panca indera. [Lihat sumber Disini - jonedu.org] Dengan demikian, pemilihan instrumen, variabel, dan analisis statistik harus konsisten dengan asumsi tersebut.
Penerapan dalam Penelitian Mixed-Methods
Dalam penelitian yang menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif, pemahaman ontologi menjadi sangat penting agar peneliti mampu mengintegrasikan dua paradigma yang berbeda realitasnya: satu yang menganggap realitas sebagai obyektif dan dapat diukur, dan satu yang menganggap realitas sebagai konstruksi sosial. Peneliti harus mengartikulasikan bagaimana kedua asumsi tersebut akan disatukan dalam kerangka penelitian, bagaimana objek penelitian dilihat, dan bagaimana relasi antar entitas akan dianalisis. Sebagai contoh penerapan, artikel “Aspek Ontologi Ilmu Pengetahuan” (2025) menyebut bahwa ilmu pengetahuan sebagai objek penelitian harus dirumuskan secara metodis, sistematis, koheren, rasional, komprehensif dan universal. [Lihat sumber Disini - media.neliti.com]
Contoh Kasus: Ontologi dalam Penelitian Pendidikan
Dalam penelitian pendidikan, misalnya penelitian mengenai model pembelajaran, ontologi akan mempertanyakan hakikat belajar itu sendiri, siapa yang belajar, dalam konteks apa, dan bagaimana elemen-nya saling terkait. Artikel “Kajian Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)” (2025) menyebut bahwa secara ontologis model TTW memandang belajar sebagai proses aktif yang mengintegrasikan berpikir, berdiskusi, dan menulis sebagai satu kesatuan. [Lihat sumber Disini - jpion.org] Hal ini kemudian mempengaruhi bagaimana model tersebut diterapkan, pengukuran keberhasilannya, dan interpretasi hasilnya (misalnya peningkatan keterampilan menulis, kerja sama, keberanian mengemukakan pendapat). Dengan demikian, penelitian pendidikan yang baik harus menyadari dan menjelaskan asumsi ontologisnya agar desain, analisis, dan interpretasi dapat dipertanggungjawabkan.
Kesimpulan
Ontologi penelitian adalah aspek fundamental dalam filsafat ilmu yang berkaitan dengan hakikat objek penelitian, asumsi tentang realitas, dan struktur relasi antar entitas yang diteliti. Dalam konteks penelitian ilmiah, pemahaman ontologis membantu peneliti merumuskan kerangka konseptual, memilih metodologi yang tepat, dan memastikan bahwa interpretasi hasil sesuai dengan asumsi dasar yang dipakai. Fungsi ontologi meliputi penguatan validitas, kejelasan penelitian, pemilihan metodologi yang sesuai, pengendalian bias, dan peningkatan relevansi praktis. Penerapannya dapat ditemukan dalam penelitian kualitatif, kuantitatif, maupun mixed-methods, dan harus dijabarkan secara eksplisit agar penelitian menjadi transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, setiap peneliti hendaknya menyadari dan mengartikulasikan asumsi ontologisnya dalam laporan penelitian agar hasil yang diperoleh tidak hanya valid secara metodologis, tetapi juga relevan secara teoritis dan praktis.
